LAPORAN SEMESTER
TEKHNOLOGI PENGOLAHAN
HIJAUAN
“PEMBUATAN SILASE”
NURSHOLEH E10011128
.
.
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Hijaun
dalam bidang peternakan sangat dibutuhkan dapat dikatakan bahwa kebutuhan untuk ternak ruminansia itu muklak.
Dibidang peternakan dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan
peternakan yang modern dan berkompeten untuk bersaing dalam mencukupi kebutuhan
daging sesuai dengan visi Indonesia swsembada daging 2014.
Dalam upaya peningkatan
produksi ternak harus seiring dengan peningkatan kualitas pakan hijauan. Karena
pakan hijauan dapat juga berfungsi
sebagai Bulk dan juga sebagai sumber karbohidrat,protein,vitamin dan
mineral.Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai
kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami.Pada sumber hijauan makanan
ternak sesuai dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak,disamping itu
perlu adanya pembuatan kebun rumput yang menyediakan berbagai jenis hijauan
yang berkualitas tinggi demi ketersediaan sumber hijauan yang mencukupi.
Hijauan makanan ternak merupkan kelompok tanaman yang
unggul dan berkualitas, sebagai kebutuhan utama makanan ternak yang
mengandungan nutrient (gizi-gizi) yang lebih efisien dan bermanfaat terhadap
ternak. Hijauan makanan ternak berasal daripada 2 bagaian komunitas besar yaitu
kelompok rumput-rumputan (Graminae)
dan kacang-kacangan (Leguminosa).
Dalam penentuan keberadaan hijauan makanan ternak terdapat pengaruh besar yang
mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan daripada produktifitasnya
yaitu system penanamannya. Hingga saat ini banyak para ahli ingin menngusahakan
system penanaman hijauan makanan ternak yang lebih unggul dan efisien serta
tidak mengandung unsur genetik yang rendah sebagai penyedia hijauan makanan
ternak yang terbaik.
Teknologi
pakan ternak (ruminansia) meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan, yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas nutrisi pakan, meningkatkan daya cerna
hewan ternak, dan dapat memperpanjang daya simpan bahan pakan tanpa harus
mengurangi mutu secara berarti. Dilain pihak pengembangan teknologi pakan dari
hijauan atau limbah pertanian secara aktif telah memberikan sumbangan nyata
terhadap penurunan potensi limbah pertanian yang terbuang. Pengetahuan tentang
bahan-bahan pakan dan pakan yang telah siap dikonsumsi oleh ternak, masih terpaku pada
pengadaan dan proses, namun belum lebih jauh pada mutu dari kandungan
nutrisinya.
Tujuan
dan Manfaat
Adapun tujuan dari
praktikum Tekhnologi Pengolahan Hijauan pembuatan silase adalah untuk
memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau
bahan pakan ternak lainnya, agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama,
untuk kemudian di berikan sebagai pakuman bagi ternak. Sehingga dapat mengatasi
kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri silase yang baik
dilihat dari organoleptik.
TINJAUAN PUSTAKA
Silase adalah hijauan makanan ternak
yang disimpan dalam keadaan segar, dalam suatu tempat yang disebut silo. Silo
merupakan tempat penyimpanan makanan ternak (hijauan) baik yang dibuat dalam
tanah maupun diatas tanah. Silase merupakan suatu proses fermentasi dengan
maksud mengawetkan hijauan dalam keadaan basah (lembab). Hal-hal yang dapat
menyebabkan kerusakan silase adalah pemadatan hijauan dalam silo yang kurang
sempurna dan penutupan silo yang tidak sempurna (Komar, 1984). Silase yang
berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak
menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus dan berbau asam. Silase
merupakan hijauan yang diawetkan dengan cara fermentasi dalam kondisi kadar air
yang tinggi (40-80%) . Keunggulan pakan yang dibuat silase adalah pakan awet
(tahan lama), tidak memerlukan proses pengeringan, meminimalkan kerusakan zat
makanan/gizi akibat pemanasan serta mengandung asam-asam organik yang berfungsi
menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen (perut) sapi (Febrisiantosa,
2007).
Udara (oksigen) dapat masuk, populasi
yeast dan jamur akan meningkat dan menyebabkan panas dalam silase karena proses
respirasi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pemadatan bahan baku silase terkait
dengan ketersediaan oksigen di dalam silo, semakin padat bahan, kadar oksigen
semakin rendah sehingga proses respirasi semakin pendek (Murni et al., 2008). Kualitas silase
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : asal atau jenis hijauan, temperatur
penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat kematangan atau
fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan
hijauan dalam silo (Regan, 1997).
Pembuatan silase perlu ditambahkan
bahan pengawet agar terbentuk suasana asam dengan derajat keasaman optimal. Bau
asam dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat keberhasilan proses
ensilase, sebab untuk keberhasilan proses ensilase harus dalam suasana asam dan
secara anaerob (Siregar, 1996). Tidak tumbuhnya jamur dalam proses pembuatan
silase ini sangat penting untuk dipertahankan karena pH pertumbuhan optimum
jamur adalah 4,0-6,5 (Syarief et al,. 2003)
MATERI DAN
METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Pengolahan Hijauan dengan
materi Silase yang dilaksanakan pada tanggal 21 Mei sampai 11 Juni 2014 pukul 06.30 – 08.30 WIB di
Laboratorium Teknologi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.
Materi
Bahan yang
digunakan dalam praktikum silase adalah Legum Sentro sebanyak ………. gram. Peralatan yang
digunakan dalam silase adalah pisau untuk memotong-motong daunLegum Sentro, timbangan untuk menimbang daun Legum Sentro, plastik sebagai tempat proses fermentasi daun Legum Sentro, plastic terpal hitam sebagai tempat
menaruh Legum Sentro yang sudah di timbang, kertas label
untuk menandai plastik pada perlakuan, tali rafia, lakban putih, pH meter untuk mengukur pH dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
Metoda
Adapun cara
kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Pengamatan
yang dilakukan :
1. Warna
(akan diberikan standarnya pada saat pembukaan silo)
2. Aroma
3. Tekstur
4. Pengukuran
nilai pH
Sebanyak
20 g sampel silase segar dimasukkan kedalam botol plastic dan ditambahkan
dengan 70 ml aquades. Sampel dikocok menggunakan shakeer selama 30 menit,
kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada temperature 4ºC selama 12 jam.
Ekstrak disaring menggunakan 2 lembar kain kassa.
5. Persentase
kerusakan silase akibat pertumbuhan jamur :
Berat silase rusak
/berat total silase x 100%
6. Kehilangan
BK dihitung dari selisih BK awal dengan BK yang terdapat pada silase rumput
gajah analisis BK dilakukan menggunakan oven pada suhu 105ºC hingga
beratnya stabil.
7. Nilai
Fleigh (NF)
Dihitung berdasarkan
formula yang digunakan oleh OZTURK et al.
(2006) sebagai berikut :
NF = 220 + (2x % BK - 15) - (40 x
pH) ; nilai 85 – 100 menunjukan kualitas silase sangat baik ; 60 – 80, baik ;
55 – 60, agak baik ; 25 – 40, sedang dan <20, sangat buruk.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Silase adalah pakan
yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan
, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah
kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah
tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa disebut dengan Silo, selama
sekitar tiga minggu.
Didalam silo tersebut
tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa
udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang
terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi. Silase yang terbentuk
karena proses fermentasi ini dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama tanpa
banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.
Kriteria Silase yang baik :
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya :
a. Kewangian
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya :
a. Kewangian
1. Wangi
seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk
mencicipinya.
2. Ingin
mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi
3. Bau
asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama
sekali tidak ada bau.
4. Seperti
jamur dan kompos bau yang tidak sedap.
b.
Rasa
1. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult.
1. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult.
2.Rasanya sedikit asam
3.Tidak ada rasa
4.Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk
mencobanya.
c. Warna
1. Hijau
kekuning- kuningan.
2. Coklat
agak kehitam-hitaman.
3. Hitam,
mendekati warna kompos
d.
Sentuhan
1. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa.
2. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang.
3. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang.
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100 adalah yang terbaik
Penyimpanan Silase:
Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap berada dalam keadaan kedap udara
1. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa.
2. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang.
3. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang.
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100 adalah yang terbaik
Penyimpanan Silase:
Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap berada dalam keadaan kedap udara
Pengamatan Kualitas
Fisik Silase
Hasil pengamatan praktikum pembuatan
silase daun Legum
Sentrodisajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. HasilPengamatan Organoleptik Silase Daun Legum Sentro
No
|
Kode Silase
|
|
|
Pengamatan
|
|
|
|
pH
|
Temperatur
|
Warna
|
Aroma
|
Tekstur
|
Rasa
|
||
1
|
P2A1.1
|
|
29ºC
|
Hijau
Kecoklatan
|
Asam
|
Lembut
|
-
|
2
|
P2A1.2
|
|
29ºC
|
Hijau
Kecoklatan
|
Asam
|
Lembut
|
-
|
3
|
P2A1.3
|
|
29ºC
|
Hijau
Kecoklatan
|
Asam
|
Lembut
|
-
|
4
|
P2A1.4
|
|
29ºC
|
Hijau
Kecoklatan
|
Asam
|
Lembut
|
-
|
5
|
Legum
TAd
|
|
29ºC
|
Hijau
Kecoklatan
|
Agak
Asam
|
Lembut
|
-
|
Bau dan rasa
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bau dari silase
daun Legum Sentrodiperoleh hasil
pada minggu ke-0 masih berbau segar, minggu ke-1 berbau
…..,
minggu ke-2 berbau ……., minggu ke-3 berbau …….... Hal ini
menunjukkan bahwa silase memiliki kualitas yang kurang baik karena bau silase
sangat busuk dan merangsang. Bau silase yang baik adalah berbau busuk. Bau
busuk dan merangsang pada silase tersebut dikarenakan adanya udara yang masuk
dalam plastik, sehingga mikroorganisme beraktivitas karena didukung oleh
suasana yang aerob, seharusnya tempat silo harus dalam suasana anaerob. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Murni et al. (2008) yang menyatakan udara
(oksigen) dapat masuk, populasi yeast dan jamur akan meningkat dan menyebabkan
panas dalam silase karena proses respirasi, sehingga menyebabkan perubahan
untuk bahan silase. Rasa silase dari secara garis besar adalah asam. Hal ini
dikarenakan bakteri yang ada pada sampel akan bekerja pada suasana asam dan
dalam keadaan anaerob. Silase tersebut mempunyai kualitas yang sangat baik. Hal
ini sesuai dengan pendapat Deptan (1980) yang menyatakan bahwa silase yang baik
mempunyai rasa yang asam.
Tekstur
Berdasarkan
hasil praktikum pengamatan tekstur silase Legum Sentro……gram,
diperoleh hasil pada minggu ke-0 bertekstur sesuai asli, minggu ke-1 bertekstur
……..,
ke-2 bertekstur ……. dan ke-3 bertekstur ……. Silase yang
terbentuk menandakan berkualitas jelek karena tekstur berubah menjadi lembek
dikarenakan adanya rongga udara yang mengakibatkan adanya uap air yang
tercampur dalam sampel tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Komar (1984)
yang menyatakan bahawa hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan silase adalah
pemadatan hijauan dalam silo yang kurang sempurna dan penutupan silo yang tidak
sempurna. Pioner Development foundation (1991)
menambahkan bahwa kadar air yang rendah dapat mempengaruhi tekstur silase.
Warna
Berdasarkan
hasil praktikum pengamatan warna dari silase daun Legum Sentro………
gram, diperoleh hasil pada minggu ke-0 berwarna hijau, minggu ke-1 dan 2 berwarna
hijau kecoklatan dan ke-3 berwarna hijau seperti daun direbus. Warna pada
silase dikarenakan kandungan kadar air dalam daun Legum Sentro yang
dimampatkan dalam suasana anaerob sehingga tidak terjadi proses fotosintesis
dan menyebabkan warna menjadi hijau seperi daun direbus (menandakan normal).
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang menyatakan silase
yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak
menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus dan berbau asam. Silase
merupakan hijauan yang diawetkan dengan cara fermentasi dalam kondisi kadar air
yang tinggi (40-80%).
Jamur
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan
jamur dari silase daun Legum
Sentro….. gram, diperoleh
hasil pada minggu ke-0 sampai minggu ke-1 tidak terdapat jamur dan pada minggu
ke-2 dan ke-3 ada sebagian
berjamur. Kualitas silase tersebut tergolong lumayan bagus dikarenakan adanya jamur yang tidak banyak pada
minggu terakhir. Pertumbuhan jamur pada silase ini dapat disebabkan karena
kondisi lingkungan yang mempunyai kelembapan tinggi dan aliran udara yang
kurang baik yang tidak sesuai dengan keadaan normalnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pioner Development foundation (1991) bahwa
faktor yang mempengaruhi kualitas silase adalah asal atau jenis hijauan,
temperatur penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat
kematangan atau fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan,
dan kepadatan hijauan dalam silo. Regan menambahkan (1997) bahwa kualitas
silase yang baik tidak terdapat jamur.
Penggumpalan
Berdasarkan hasil pratikum pengamatan
ada tidaknya penggumpalan silase daun Legum Sentro dengan …….. gram, diperoleh
hasil pada minggu ke-0, minggu ke-1 tidak terdapat penggumpalan, ke-2 dan ke-3
terdapat penggumpalan menyeluruh. Hal
ini disebabkan pada minggu ke-2 dan ke-3 karena adanya oksigen dalam plastik, sehingga uap air dan oksigen dalam
plastik tersebut menyebabkan silase menggumpal.Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Murni
et al. (2008) yang menyatakan bahwa
udara (oksigen) dapat masuk, populasi yeast dan jamur akan meningkat dan
menyebabkan panas dalam silase karena proses respirasi sehingga dapat
menyebabkan penggumpalan.
pH
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan
pH dari silase daun Legum
Sentro…….. gram, diperoleh hasil
pada minggu ke-3 pH ……….. Hal ini
membuktikan penambahan bekatul dapat menjadikan suasana menjadi asam, ciri-ciri silase yang baik yaitu bersifat
asam. Hal ini sesuai dengan Siregar (1996) bahwa, pada pembuatan silase perlu
ditambahkan bahan pengawet agar terbentuk suasana asam dengan derajat keasaman
optimal.Syarief et al. (2003) menyatakan bahwa tidak tumbuhnya jamur dalam silase
ini sangat penting untuk dipertahankan karena pH pertumbuhan optimum jamur
adalah 4,0-6,5.
Data pemanenan
No
|
Kode
silase
|
Berat
silase utuh
|
Berat
silase rusak
|
Berat
silase baik
|
%
silase rusak
|
Berat
segar sampel
|
Berat
kering sampel oven 60ºC
|
%
BK 60ºC
|
%
BK 105ºC
|
Nilai
Fleigh
|
1
|
P2A1.1
|
966
|
32
|
934
|
3,31
|
250
|
120
|
|
4,15
|
|
2
|
P2A1.2
|
1030
|
116
|
914
|
11,26
|
250
|
124
|
|
4,09
|
|
3
|
P2A1.3
|
956
|
67
|
889
|
7,00
|
250
|
126
|
|
4,10
|
|
4
|
P2A1.4
|
977
|
62
|
915
|
6,34
|
250
|
119
|
|
4,00
|
|
5
|
Legum TAd
|
1003
|
-
|
1003
|
0
|
250
|
126
|
|
4,07
|
|
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa prinsip
utama pengawetan melalui teknologi silase adalah mempercepat kondisi anaerob
dan suasana asam didalam silo. Hal ini dapat terjadi apabila jumlah udara di
dalam silo minimal yaitu dengan pemadatan yang maksimal, disamping menekan
aktivitas mikroba yang menyebabkan kerusakan silase dengan mendorong percepatan
terbentuknya asam laktat.
Kualitas silase campuran rumput raja dan daun gamal
menunjukkan hasil baik. Hal ini dikarenakan memilki sifat berbau dan rasa asam,
berwarna hijau seperti daun direbus, tekstur hijau seperti bahan asal, tidak
berjamur dan tidak menggumpal sesuai dengan persyaratan silase yang baik.
Saran
……
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian, 1980. Silase sebagai Makanan
Ternak. Departemen
Pertanian. Balai Informasi Pertanian. Ciawi, Bogor.
Febrisantosa, S. 2007. Silase
Komplit Untuk Pakan Ternak. http://jiwocore. wordpress.com/2009/01/06/silase-komplit-untuk-pakan-ternak/.
Diakses pada tanggal 11 Desember 2010 pukul 13.00 WIB.
Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan
Ternak. Yayasan Dian Grahita, Bandung.
Murni, R.,
Suparjo, Akmal dan B. L. Ginting. 2008. Teknologi pemanfaatan Limbah untuk
pakan. Laboratorium
Makanan Ternak fakultas Peternakan Universitas, Jambi. http://jojo.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Desember
2010 pukul 13.08 WIB.
Regan, C.S. 1997. Forage
Concervation in The Wet Dry Tropics for Small Landholder.
Siregar,
S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syarief, R., La E., dan C.C.
Nurwitri. 2003. Mikotoksin Bahan
Pangan. IPB Press. Bogor.