LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN PAKAN
PENGENALAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK, DAYA KECAMBAH, VIGORITAS, CARA
PEMUPUKAN, SALINITAS, DAN INTENTITAS PEMOTONGAN
OLEH :
NURSHOLEH
E10011128
D

FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
atas nikmat yang Allah SWT berikan berupa rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan semester pratikum ilmu tanaman pakan.
Laporan ini diharapkan dapat
menjadi acuan kita bersama dalam mata kuliah ilmu tanaman pakan yang didasarkan
pada praktikum yang telah dilaksanakan
supaya menjadi titik acuan dalam studinya yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan sehari-hari umumnya dan dunia peternakan khususnya.
Penulis sangat menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya konstruktif dan dapat memperbaiki laporan ini ke depannya sangat
penulis harapkan.
Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun dan membuat laporan ini yang dalam hal ini tidak dapat penulis
sebutkan.
Jambi, Januari 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iii
PENDAHULUAN........................................................................................
1
Latar
belakang...................................................................................... 1
Tujuan dan Manfaat
Praktikum............................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3
MATERI DAN METODA........................................................................... 7
Waktu dan
Tempat............................................................................... 7
Materi................................................................................................... 7
Metoda................................................................................................. 7
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 10
PENUTUP.................................................................................................... 19
Kesimpulan.......................................................................................... 19
Saran.................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
ii
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel 1 Pengamatan
vigoritas………………………………………….…...
15
Tabel 2 Pengamatan
pemupukan………………………………….….…….
16
Tabel 3 Pengamatan air tanah
………………………………………….….. 17
Tabel 4 Pengamatan
pemotongan…………………………………….….....
18
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hijaun dalam
bidang peternakan sangat dibutuhkan dapat dikatakan bahwa kebutuhan untuk ternak ruminansia itu muklak.
Dibidang peternakan dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan
peternakan yang modern dan berkompeten untuk bersaing dalam mencukupi kebutuhan
daging sesuai dengan visi Indonesia swsembada daging 2014.
Dalam upaya peningkatan produksi ternak harus seiring
dengan peningkatan kualitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat juga berfungsi sebagai Bulk dan juga sebagai
sumber karbohidrat,protein,vitamin dan mineral.Untuk menjaga agar ketersediaan
akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan maka salah satu alternatif
yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami.Pada
sumber hijauan makanan ternak sesuai dengan kapasitas tampung terhadap jumlah
ternak,disamping itu perlu adanya pembuatan kebun rumput yang menyediakan
berbagai jenis hijauan yang berkualitas tinggi demi ketersediaan sumber hijauan
yang mencukupi.
Rumput dapat dikatakan sebagai salah satu tumbuh –
tumbuhan darat yang paling berhasil. Rumput terdapat dalam semua tipe tempat
tumbuh dan pada bermacam – macam keadaan. Mutu dan produktivitas hijauan di
tentukan oleh sifat pembawaan dari hijauan dan dipengaruhi oleh perlakuan
manusia itu sendiri. Dari pratikum ini, mahasiswa dapat belajar lebih banyak
tentang bagaimana caranya memperlakukan tanaman dapat di gunakan sebagai bahan
ternak – ternak yang dipelihara, memiliki mutu dan kualitas yang baik sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ternak. Rumput-rumputan memiliki ciri-ciri berakar serabut, batang
tidak bercabang, tulang daun sejajar jumlah bunga tiga atau kelipatannya. Leguminosa
memiliki cirri-ciri yaitu berakar tunggang, batang bercabang, tulang daun
menyirip dan tiga helai daun pada satu tangkai. Legum calopo merupakan salah
satu rumput berumur pendek, membentuk,jumlah anakan sedikit, batang berwarna coklat
tua,sedangkan rumput raja merupakan salah satu graminae yang berumur panjang,batang
beruas, dan berakar serabut.
Hijauan makanan
ternak merupkan kelompok tanaman yang unggul dan berkualitas, sebagai kebutuhan
utama makanan ternak yang mengandungan nutrient (gizi-gizi) yang lebih efisien
dan bermanfaat terhadap ternak. Hijauan makanan ternak berasal daripada 2
bagaian komunitas besar yaitu kelompok rumput-rumputan (Graminae) dan kacang-kacangan (Leguminosa).
Dalam penentuan keberadaan hijauan makanan ternak terdapat pengaruh besar yang
mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan daripada produktifitasnya
yaitu system penanamannya. Hingga saat ini banyak para ahli ingin menngusahakan
system penanaman hijauan makanan ternak yang lebih unggul dan efisien serta
tidak mengandung unsur genetik yang rendah sebagai penyedia hijauan makanan
ternak yang terbaik.
Tujuan
dan manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mempelajari
hijauan tanaman yang lebih baik dengan sistem penanaman yang lebih efisien. Dan
mahasiswa dapat mengetahui factor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri.
Adapunn manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana membuat hijauan pakan ternak yang berkualitas dan
dapat menunjang kebutuhan ternak tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Abidin (1987), Faktor-faktor yang dapat menyebabkan dormansi adalah adanya kulit
biji yang keras, impermeabel, biji yang belum masak fisiologis, dan terdapatnya
zat penghambat dalam biji.
Amrina, R. (2005) menyatakan bahwa proses penanaman hijauan makanan ternak berupa
kelompok rumputan (graminaae) maupun
leguminosa (kacang-kacangan) dengan
efisiensi penanaman yang berbeda akan menunjukkan produksi tanamannya yang
berbeda.
Anrodi (2000), menyatakan bahwa produksi hijauan dengan metode pemotongan akan lebih
efisien dalam penambahan cabangan batang-batang tanaman yang baru, yang
diproduksi dari anakan tanaman inang yang dipotong.
Burhan
(2000), menyatakan bahwa perbandingan tanaman rumputan
(graminae) dengan kacang-kacangan (leguminosa), yang bersumber sebagai hijauan
makanan ternak terlihat pada intensitas pemotongannya, bahwa rumputan lebih
besar memproduksi bagian batang tanaman, sedangkan leguminosa lebih besar
memproduksi daunan tanaman tersebut.
Culito dan mayer (2009)
yang menunjukkan bahwa keefektifan penggunan pupuk
ada hubungannya dengan kandungan unsur haranya.
Denida (2008), menyatakan bahwa jika interval pemotongan diperpanjang, maka
kandungan kualitas pertumbuhan rumput,
baik produksi batang, daun untuk kebutuhan makanan ternak akan menurun.
Garber dkk (2005) bahwa setiap spesies
tanaman ternak akan menberikan Respon yang berbeda terhadap tingkat cahaya yang
diterimah. Pada umumnya tanaman C4 mampu
meningkatkan fotosintesis pada tingkat cahaya matahari penuh,sedangkan
C3 telah mencapai kejenuhan sebelum mencapai matahari penuh.
George (2004) pupuk kandang(kotoran hewan)dan pergiliran tanaman yang melibatkan
tanaman legum merupakan sarana untuk mengubah perladangan menjadi pertanian
menetap didaerah iklim sedang.
George (2010) Tanaman legum tahunan membelit dan memanjat dengan batang utama yang
lurus sepanjang sampai 10 m. Daun yang masih muda ditutupi bulu berwarna
cokelat yang tebal. Daun besar, berdaun tiga (trifoliat) dan berbulu. Helai
daun segi tiga-bulat dan panjang 2-20 cm dan lebar 2-15 cm dengan lobus kecil.
Bunga kecil, merah ungu sampai ungu, dalam tandan berasal dari buku-buku
ketiak. Tandan panjang 15-30 cm pada tangkai dengan panjang sekitar 12 cm. Buah
polong lurus, atau sedikit lengkung, linear, 4-11 cm x 3-5 mm, ditutupi dengan tipis
oleh bulu yang kaku dan berdekatan. Biji 3 mm x 2 mm, bulat dengan sudut bulat,
berwarna cokelat sampai cokelat kehitaman. 10-20 biji/buah polong.
Hardianto (1995).menyatakan bahwa unsur hara nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat banyak ditemukan
oleh tanaman.Fungsi nitrogen didalam tanaman adalah untuk memperbaiki
pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein.Kekurangan nitrogen pada tanaman
umumnya menyebabkan terhambatnya pembentukan butir hijau daun,sehingga daun
menjadi hijau muda sampai kekuning-kuningan dan bentuk daun lebih kecil(susetyo
1980).Sedangkan kelebihan nitrogen bagi tanaman menyebabkan tanaman lemah,mudah
rontok dan menambah kepekaan terhadap penyakit(jumin 1991).
Kartasapoetra (1989), Benih bermutu
ditentukan oleh dua faktor yaitu genetik dan faktor fisik. Faktor genetik
meliputi sifat-sifat tumbuh tanaman seperti produksi tinggi, tahan terhadap
hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi lingkungan yang baik. Faktor
fisik yang mempengaruhi mutu benih meliputi kemurnian, persen perkecambahan
tinggi, bebas dari kotoran dan benih lainnya, ukuran benih seragam.
Kartopisno (2007)
Menyatakan bahwa pemadatan tanah sering di
akibatkan oleh penimpaan atas penumpukan butir air hujan, pengembalaan ternak
dan penggunaan alat-alat berat.
Lembaga Biologi
Nasional (2006), yang menyatakan bahwa Euchlena
mexicana (rumput mexico),
merupakan jenis tanaman yang mempunyai sifat perennial serta mempunyai ciri
batang besar serta kasar yang dijadikan sebagai rumput potongan dan bahan untuk
pembuatans silage.
Lubis (2003), yang menyatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan kembali (egrowth)
yang optimal, yang dikandung gizi, defoliasi harus dilakukan pada periode
tertentu yakni pada akhir vegetatif dan menjelang berbunga. Biasanya defoliasi
dilakukan 40 hari sekali pada musim penghujan dan 60 hari sekali pada musim
kemarau. Kesemuanya itu bisa dilakukan bila pemeliharaan itu baik.
Mcilroy (2003), yang menyatakan bahwa hasil yang diperoleh juga sangat didukung
dengan pemberian pupuk yang bertujuan untuk memberikan zat-zat makanan kepada
tanaman agar zat-zat dalam tanah yang hilang atau dihisap bisa diganti,
memperbaiki struktur tanah.
Menurut Fitter dan Hay(2002)cahaya
termasuk faktor lingkungan yang penting,
karena peranan yang mendasar dari fotosintesis didalam metabolisme tanaman.
Secara fisilogis cahaya mempunyai pengaruh baik lansung maupun tidak langsung
pengaruh pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis dan secara tidak
lansung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Minson (2009), yang menyatakan bahwa hama/gulma yang ada pada tanaman yang kita
pelihara akan memberikan pengaruh negative yaitu adanya persaingan karena
keduanya berinteraksi. Hama/gulma sebagai pesaing akan berusaha mengalahkan
pertumbuhan tanaman yang kita pelihara. Hama
yang dari sifat aslinya adalah sebagai tumbuhan yang rakus merupakan sifat yang
sangat menguntungkan dari adanya pesaingan.
Newton (2000).ia menyimpulkan
bahwa tidak ada pola pergiliran tanaman yang melibatkan tanamana legum dan/atau
tanaman pupuk hiajau yang berhasil mempertahankan pertanaman terus menerus
didaerah perladangan.
RRIM (2007) penanaman campuran antara legum dengan rumput dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas hijauan.Purbayanti dkk.(2005) produksi bahan kering
rumput gajah yang diintregasikan dengan legum lebih tinggi dibandingkan bila
rumput gajahditanasm tanpa legum.
Rusminandar (2009) bahwa Rumput
Benggala membentuk rumpun yang tebal melalui akar rimpang yang pendek berserat
kuat dan dalam batangnya tegak,rumput ini dapat tumbuh mencapai timggi 0,5
m.Susetyo (1980) Menyatakan bahwa Rumput Benggala mengandung 10,9 % protein,
32,9 % serat kasar 2,43 % lemak 12,5 % Abu dan 41,3 % BETN.
Sadjad (1994)Bila benih berkemampuan tinggi menghasilkan tanaman normal pada
kondisi tersebut maka benih itu mempunyai vigor yang tinggi. Benih bervigor
tinggi jika prosentase vigor lebih dari 70%.
Schroeder (2004).Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang
berlangsung dimuka daratan bumi dibawa pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
bekerja selama waktu yang sangat panjang,dan maujud sebagai suatu tubuh dengan
organisasi dan morfologi tertakrifkan.
Soedomo reksohadiprodjo (2001) Bagi
kebanyakan cultivar tanaman, panjang siang hari atau panjang malam hari penting
untuk terjadinya bunga dan adanya reaksi kekutan untuk berbunga.Stylo
merupankan legum yang tidak tolerant terhadap naungan .Sillar (1967) menujukan
bahwa penguragan sampai legum hanya mengalami 0.74 % dari panjang siang hari menurunkan pertumbuhan tunas sebanyak 47
%,sedangkan naungan sampai menyebabkan peguran panjang siang hari sampai hanya
0,38 % akan menyebabkan kematian sebanyak 33%.
Sutopo (1988) Proses perkecambahan benih meliputi lima tahapan. Tahap pertama
perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih, melunaknya
kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua yaitu kegiatan sel-sel
dan naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga adalah penguraian bahan-bahan
seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari
bahan-bahan yang telah diuraikan didaerah meristemmatik yang menghasilkan
energi untuk kegiatan pembentukkan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap
kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan
pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
Van parijs(2009) Didaerah darau dizaire bagian timur mengembangkan suatu sistem
untuk penggunaan pupuk kandang secara efektif .ia menemukan bahwa tanah
penggembalaandengan luas hanya 3 ha dapat memenuhi kebutuhan pupuk kandang
untuk pertanaman seluas 1 ha selama waktu tak terbatas.
MATERI DAN METODA
Waktu dan tempat
Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai
daya kecambah, vigoritas dan pemupukan, dilaksanakan
mulai hari Jum,at 30 Oktober - 14 Desember
2012, yang
bertempat di Farm, Lokasi Rumah Kaca Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.
Materi
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanaman Pakan ini
adalah beberapa hijauan makanan ternak berupa: rumput gajah, rumput setaria,
legume sentro, legume calopo, rumput gajah yang berdekatan tumbuhnnya 3 buah,
legume stylo yang berdekatan tumbuhnya 3 buah, gulma dengan legume dan rumput
yang tumbuh bersamaan, pupuk kandang, tanah ayakan dan tanah tanpa ayakan, dan air secukupnya untuk
penyinaran.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
cangkul, ember, mistar, timbangan,
plastik polibet, gunting, alat penyiram tanaman, tali plastik, ayakan,
pisau, alat-alat tulis untuk pengamatan tanaman dan pengambilan data.
Metoda
Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum Dasar Tanaman
Pakan ini adalah:
- Daya Kecambah
Adapun cara kerja
yang digunakan dalam proses praktikum daya kecambah adalah menanam 30 butir benih yang sudah disediakan oleh
dosem pengajar dan kemudian menanam di atas kapas yang sudah diberi air.
Biarkan selama 10 hari dan lihatlah
parameter seperti tumbuh atau tidak benih tersebut dan jika tumbuh, tumbuhnya
normal ataupun tidak.
- Vigoritas
Adapun cara kerja untuk praktikum
vigoritas ini adalah kita diharuskan untuk menanam benih 15 butir di atas tanah
yang miskin akan unsur hara. Kami melakukan praktikum ini bertujuan untuk
melihat seberapa besar kekuatan tanah dan kemudian di bandingkan dengan hasil
penanaman dengan cara daya kecambah diatas.
- Pemupukan
Adapun cara kerja dari praktikum
pemupukan ini adalah kita mencampurkan tanah sebanyak 5 kg dengan ½ kg pupuk
kandang untuk ulangan pertama dan mencampurkan tanah 5 kg 1 kg pupuk kandang
untuk ulangan kedua.
Setelah itu tanam lah tanaman sesuai
dengan yang diperintahkan dan amati pertumbuhan tanaman tersebut setiap
minggunya.
- Ketersediaan Air Tanah
Adapun
cara kerja yang dilakukan dalam praktikum penanaman berdasarkan ketersediaan
air tanah ini yaitu menyediakan 2 buah tanaman rumput ataupun legume sebagai
anakan dari tanaman di lahan bebas, sample tersebut ditanam pada media tanam
polibet 1 buah dan pada media tanam plastik tanpa ada rongga udara pada tanah,
tanaman diamati dengan penyediaan air pada kuantitas 500 ml, 750 ml dan 1000
ml. Setelah itu pada setiap minggunya dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan
sampel tanaman tersebut. Kemudian hasil pengamatan simpulkan dalam laporan
saudara.
- Penanaman Berdasarkan Intensitas Pemotongan
Adapun
cara kerja dalam praktikum intensitas pemotongan ini yaitu pertama setiap
praktikan mencari rumput dan legume yang tumbuhanya berdekatan sebanyak 3 buah
dengan kategori tanaman yang sama di lahan tanpa pengelolalaan, kemudian
rumput+ gulma, dan legume+ gulma yang tumbuhnya berdekatan. Setelah itu
membersihkan areal sekitar sample yang akan diamati, setelah itu seluruh sample
dipotong dengan intensitas potong masing-masing. Seperti untuk rumput dipotong 5 cm, 10 cm, dan 15 cm dari permukaan
tanah, kemudian untuk Legum dipotong 10 cm , 15 cm, dan 20 cm dari permukaan
tanah. Sedangkan untuk rumput+ gulma,
rumput dipotong 10 cm, 15 cm dan 20 cm dan gulma untuk keseluruhannya 5 cm dari
permukaan tanah, kemudian untuk Legum dipotong 10 cm, 15 cm dan 20 cm, serta
gulma 5 cm dari permukaan tanah untuk setiap intensitas pemotongan legume
tersebut. Setelah itu tanaman yang akan diamati terhadap pertumbuhannya akan
diberi galur ataupun tanda, dan tanaman diamati setiap minggunya terhadap
pertumbuhannya, data pengamatan dicatat, setelah itu hasil pengamatan simpulkan
dalam laporan saudara.
- Pemupukan
Adapun
cara kerja dalam kegiatan pemupukan ini yaitu penyediaan pupuk terhadap tanaman
berupa pupuk KCL, TSP, dan SP36. Pupuk tersebut diberikan terhadap tanaman
sebanyak 2 ST pada permukaan larikan tanah. Pertumbuhan tanaman diamati setiap
minggunya lewat kualitas pemberian pupuknya. Hasil pengamatan simpulkan dalam
laporan saudara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengenalan Jenis Hijauan Makanan Ternak (HMT)
Hijauan makanan
ternak merupakan factor lingkungann yang sangat mendukung dalam pengembanga
ternak ruminansia . dalam pelaksaan pengenalan hijauan makanan ternak mahsiswa
harus mengetahui hijauan apa saja yang dapat di dijadikan makanan ternak secara
morfologi maaupun fisiologi nya. Hal ini sesuai dengan pendapat Parning,
(2000).hijauan sbagai bahan makanan ternak bias di berikan dalam dua
bentuk yakni hijauan segar dan hijaun kering hal ini sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa hijauan makanan ternak mengandung berbagai sumber sperti sumber
protein, sumber vitamin, sumber karbohidrat, sumber mineral. Dan dinyatakan oleh pendapat Murvinno (2005) semakin tinggi serat kasar bagi ternak
semakin merugikan tapi semakin tinggi serat kasar bagi tumbuhan semakin
menguntungkan.
Yang
termasuk kelompok makanan hijauan yaitu bangsa rumput (graminae),leguminose,dan
hijauan dari tumbuh-tumbuhan lainnya seperti daun nangka,daun waru,dan lain
sebagainya.kelompok makanan hijauan ini biasanya di sebut makanan kasar.hijauan
sbagai bahan makanan ternak bias di berikan dalam dua bentuk yakni hijauan
segar dan hijaun kering hal ini sesuai dengan pendapat Yullen (2007), yang
menyatakan bahwa hijauan makanan ternak mengandung berbagai sumber sperti
sumber protein, sumber vitamin, sumber karbohidrat, sumber mineral. Dan dinyatakan oleh pendapat
Murvinno (2005) semakin tinggi serat
kasar bagi ternak semakin merugikan tapi semakin tinggi serat kasar bagi
tumbuhan semakin menguntungkan.
Hijauan
Makanan Ternak yang digunakan
sebagai bahan praktikum yakni rumput gajah
(Pennisetum purpureum), rumput
setaria (Setaria sphacelata), legum sentro (Centro pubescens), dan legum Calopo (Calopogonium mucunoides).
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Adapun Klasifikasi dari Rumput Gajah adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub
Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Spesies : Pennisetum
purpureum
Ciri-ciri dari pada rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah memiliki akar serabut, tergolong dalam
graminae, batangnya beruas-ruas, atau memiliki buku-buku batang, daunnya
panjang dan melengkung, pada permukaan daun terdapat bulu-bulu. Rumput ini berasal dari Afrika
daerah tropik, perennial dan dapat tumbuh setinggi 3-4,5 m. Berkembang
dengan rhizoma yang panjangnya dapat mencapai 1 m. Panjang daun 16–90 cm dan
lebar daun 8–35 mm. Kultur teknis rumput ini adalah bahan tanam berupa pols dan
stek, interval pemotongan 40-60 hari, responsif terhadap pupuk nitrogen,
campuran dengan legum seperti Centro dan Kudzu, produksinya
100-200 ton/ha/th (segar), 15 ton/ha/th bahan kering (BK), renovasi 4-8 tahun
(Reksohadiprojo, 1994).
Rumput setaria (Setaria sphacelata)
Adapun Klasifikasi dari Rumput
setaria adalah sebagai berikut
:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub
Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Ciri-ciri dari pada Rumput setaria (Setaria Anceps/spacelata) adalah :
berakar serabut, daun panjang dan melengkung, termasuk graminae, memiliki
batasan daun diantara pucuk daun yang melengkung dan berwarna hijau.
Setaria sphacelata atau setaria memiliki spesifikasi
sebagai berikut :
Dapat tumbuh didaerah dataran tinggi mulai dari 1000m diatas permukaan laut. Setaria dapat dikembangbiakan dengan cara merecah akarnya. Ciri khas dari rumput ini yaitu pada bawah batangnya berwarna merah, rumput ini juga dapat bersimbiosis dengan mikroba yang dapat memfiksasi nitrogen.
Dapat tumbuh didaerah dataran tinggi mulai dari 1000m diatas permukaan laut. Setaria dapat dikembangbiakan dengan cara merecah akarnya. Ciri khas dari rumput ini yaitu pada bawah batangnya berwarna merah, rumput ini juga dapat bersimbiosis dengan mikroba yang dapat memfiksasi nitrogen.
Legum sentro ( Centro pubescens)
Adapun Klasifikasi dari Legum Sentro adalah sebagai berikut :
Diviso
: Spermatophyta
Subdiviso : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo
: Rosales
Subordo : Rosinae
famili
: Leguminosaseae
genus : Centro
Spesies : Centro pubescens
Ciri – ciri dari pada Legum
sentro ( Centro pubescens adalah ; berakar serabut,
tergolong dalam leguminosa (kacang-kacangan), bentuk batang bercabang, dan
strukturnya keras, dan terdapat pembungkus batang, berdaun tiga agak keci-kecil,
dan memiliki tangkai dau juga memiliki bunga berwarna kuning.
Legum Calopo (Calopogonium mucunoides)
Adapun Klasifikasi dari Legum Calopo adalah sebagai berikut :
Diviso
: Spermatophyta
Subdiviso : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo
: Rosales
Subordo : Rosinae
famili
: Leguminosaseae
genus : Calopogonium
Spesies : Calopogonium mucunoides
Ciri
– ciri dari pada Legum Calopo (Calopogonium mucunoides)adalah ; berakar serabut, tergolong dalam leguminosa
(kacang-kacangan), bentuk batang bercabang, dan strukturnya keras, dan terdapat
pembungkus batang, berdaun tiga, dan memiliki tangkai dau juga memiliki bunga
berwarna kuning.
Penanaman
Berdasarkan Daya Kecambah
Berdasarkan hasil
pengamatan setelah kami melakukan penanaman benih jagung dan leguminosa,
ternyata pada hari kedua, kami sudah mendapatkan hasil yakni tumbuhnya bibit
jagung dan keudian di ikuti pada keesokan harinya yakni pertumbuhan
leguminosanya. Disini kami mengamati cepat tumbuhnya tanaman tersebut, dan kami
nantinya akan membandingkan dengan cepat tumbuhnya tanaman jagung dan
leguminosa pada vigoritas, dan ternyata memang cepat yang pada vigoritas dari
pada daya kecambah, tapi uka dihitung dari tingginya, pada daya kecambah lebih
memiliki tinggi yang bagus dibandingkan dengan vigoritas. Disinim karena pada
daya kecambah, kami tidak memberikan pupuk pada tanaman tersebut. Mcilroy (2003), yang menyatakan bahwa hasil yang diperoleh juga sangat didukung
dengan pemberian pupuk yang bertujuan untuk memberikan zat-zat makanan kepada
tanaman agar zat-zat dalam tanah yang hilang atau dihisap bisa diganti,
memperbaiki struktur tanah.
Biji merupakan suatu
organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup
untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang
terdapat pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya,
mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelansungan
hidupnya(Anonim,2009).
Kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan disebut vigor
benih (Sutopo, 2008). Bila benih berkemampuan tinggi menghasilkan tanaman
normal pada kondisi tersebut maka benih itu mempunyai vigor yang tinggi. Benih
bervigor tinggi jika prosentase vigor lebih dari 70% (Sadjad, 2004).
Kriteria kecambah
yang abnormal adalah kecambah yang tidak mempunyai akar primer, jaringan
hipokotil banyak yang rusak sehingga mengganggu pertumbuhan, tidak mempunyai
kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil membengkok
(Kamil, 1983).Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks
dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Daya kecambah biji
erat hubungannya dengan pemasakan biji, dalam kehidupan seari-hari sering
dibayangkan bahwa perkecambahan biji adalah suatu peristiwa atau proses pada
biji yang terjadi sesudah panen atau biji berkecambah setelah biji tersebut
masak. Akan tetapi biji bisa berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan
fisiologis atau sebelum tercapai berat kering maksimum.
Proses perkecambahan
benih merupakan kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan
biokimia. Dan yang menjadi factor-faktornya ialah : tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansai,dan penghambat perkecambahan. Benih dapat berkecambah
apabila dalam keadaan sehat atau terbebas dari pathogen yang berupa bakteri ,
virus, kotoran dll atau dengan kata lain benih tersebut dalam kondisi
optimum. Informasi tetang daya kecambah
benih itu sendiri yang ditentukan di Laboratorium adalah kondisi yang optimum
karena keadaan yang suboptimum dapat mengakibatkan turunnya persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal, semua benih
harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga apabila ditanam pada
kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta
dapat berproduksi tinggi dengan kualitas baik, diaman vigor benih dicerminkan
oleh dua informasi tetang viabilitas. Masing-masing berisi tentang kekuatan
tumbuh dan daya simpan. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada
kemungkinan kemampuannya untuk tumbuuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan
biofisik lapangan produksi suboptimum / sesudah benih melapaui suatu periode simpan
yang lama( Lita Sutopo,2008 ).
Penanaman
berdasarkan Vigoritas
Tabael 1. Hasil pengamatan
Waktu
pengamatan hari ke-
|
benih yang tumbuh
|
|||
Jagung
|
colopogonium
|
javanicus
|
||
1
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
1
|
0
|
0
|
|
5
|
0
|
0
|
0
|
|
6
|
1
|
0
|
0
|
|
7
|
1
|
0
|
0
|
|
8
|
1
|
1
|
0
|
|
9
|
1
|
0
|
1
|
|
10
|
1
|
0
|
0
|
|
Total
|
6
|
1
|
1
|
|
Dapat kita ketahui bahwa
kekuatan vigorotas yang kami amati dapat kami simpulkan bahwa benih yang kami
gunakan mempunyai daya vigor yang lemah di karena kurang unsur hara dari tanah.
Sesuai dengan pendapat kartsapoetra 2006, Vigor fisiologi dapat dilihat antara
lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan
terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap
Tetrazolium Test. (Kartasapoetra,2006).
Pada hakekatnya vigor
benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor
tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi
dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama
penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa
yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub
optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena
terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh
karena itu digunakan kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara
kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor
pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia ( Lita Sutopo,2008 ).
Penanaman berdasarkan faktor Sistem Pemupukan
Tabel 2. Hasil pengamatan
Hari/minggu
|
Tinggi tanaman
|
Banyak daun
|
Bakal anakan
|
1
|
18
|
5
|
2
|
2
|
20
|
8
|
5
|
3
|
24
|
14
|
3
|
4
|
26
|
12
|
2
|
5
|
28
|
25
|
3
|
6
|
30
|
18
|
1
|
7
|
31
|
17
|
3
|
8
|
33
|
23
|
1
|
9
|
37
|
29
|
1
|
Jumlah
|
151
|
21
|
Dari data di atas bahwa system pemupukan mempunyai
banyak mamfaat dalam pertumbuhan dan perkembangan hijauan yang baru kita tanam
dengan system pemupukan, sesuai dengan pendapat Culito dan mayer (2009) yang menunjukkan bahwa keefektifan
penggunan pupuk ada hubungannya dengan kandungan unsur haranya.
Selain penanaman dengan mengamati pada intensitas
pemotongan juga melalui proses pemupukan pada tanaman. Pemupukan merupakan
proses penambahan pupuk yang terkandung unsur organik dan anorganik terhadap
tanah dalam mengubah unsur ataupun proses reaksi didalam tanah yang lebih baik,
dengan tujuan untuk penggemburan tanah dalam pertumbuhan tanaman. Bentuk pupuk
yang digunakan pada evaluasi penanaman yang lebih baik dapat berupa pupuk
organik berupa: KCL, TSP, SP36. Kami
disini menggunakan pupuk kandang untuk tanaman yang kami uji ketersediaan
airnya, dan menggunakan pupuk urea untuk tanamn yang kami uji ketersediaan
airnya. Norman (2002), yang menyatakan bahwa pemupukan
N pada rumput memberikan N hanya 10 % dari jumlah yang diberikan, kepada
ternak. Pemupukan N pada rumput yang unggul akan memberikan N sebanyak 40 %
sampai 70 % kepada ternak. Ternyata rumput alam tidak efisien dalam memberikan
N pupuk kepada ternak. Wilshon D. Jenwer
(2005), yang menyatakan bahwa
penggunaan pupuk organic akan memberikan keuntungan yaitu penghematan tenaga
kerja, karena pupuk buatan yang harus dikerjakan biasanya lebih sedikit dan
menaburkan zat makanan tanaman dapat dilakukan dalam satu kali kerja.
Hijauan makanan ternak yang unggul cukup efisien dalam
pertumbuhan dan perkembangannya denga segala factor yang mempengaruhinya. Baik
factor negtip untuk produktifitas yang rendah maupun factor baik untuk
produktifitas yang tinggi. Sepertihalnya tanaman bermuda dengan puncak
produksinya yang tinggi, selain faktr pemupukan, juga terdapat factor yang
mempengaruhi hasil produktifitasnya, yaitu factor ekologi. Pernyataan ini
sejalan dengan pendapat Rismunandar (
2006 ), yang menyatakan bahwa walaupun rumput mudah menyesuaikan diri terhadap
lingkungan faktor ekologi yang cocok bagi setiap jenis masih tetap menentukan
produktipitas.
Penanaman
dengan faktor Salinitas (Ketersediaan Air Tanah)
Reaksi – reaksi kimia
di dalam tanah hanya akan terjadi apabila terdapat air. Dalam hal pengolahan
tanah, air tanah juga berfungsi untuk mempermudah dalam mengolah tanah,
mengendalikan perubahan suhu, dan apabila menggenang dapat menghambat
pertumbuhan gulma.
Dalam pertumbuhan
tanaman untuk produksi yang lebih baik, system penyediaan air sangat
mempengaruhi, baik sebagai bagian untuk metabolisme utama tanaman juga sebagai
cadangan untuk aktifitas utama sel didalam tanaman. Efek umunya tanaman dengan
ketersediaan air yang jarang akan menyebabkan tanaman sering layu, struktur
kerdil ataupun beranting banyak, daun kuning dan perlahan menjelang kering, dan
biasanya umur tanaman akan pendek.
Beberapa cara yang
digunakan untuk menentukan kadar air tanah, antara lain : cara gravimetrik, tegangan dan hisapan, hambatan
listrik, dan cara pembauran neutron.
Tabel 3.
Hasil
pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dengan salinitas air.
NO
|
Hal yang diamati
|
Minggu Pertama
|
Minggu Kedua
|
1
|
Tinggi tanaman
|
15 cm
|
19 cm
|
2
|
Pertumbuhan tanaman
|
Baik
|
Lebih Baik
|
Keterangan
: Tanaman yang ditanam adalah Rumput Raja. Dan ternyata setelah
kami menanam tanaman ini, ternyata pertumbuhan Rumput Raja ini sangat
baik.
Sesuai
dengan pendapat Subandri (2007), yang menyatakan bahwa
air dari bahan pangan memiliki tiga bentuk yaitu air terikat, air bebas, dan
air terikat secara kimia. Kadar airnya dapat dinyatakan dalam dua cara
berdasarkan bahan kering dan berdasarkan bahan kering dan berdasarkan bahan
basah.
Penanaman Berdasarkan faktor Intensitas Pemotongan
Intensitas pada pengamatan ini sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan daun yang tumbuh dan berkembang pada saat itu.
Tabel 4. Hasil pengamatan
Hari/minggu
|
Intensitas pemotongan
dengan pupuk urea
|
|||||||||
5cm/3 sendok
|
10cm/2 sendok
|
15cm/1 sendok
|
||||||||
Respon
|
tinggi
|
daun
|
anakan
|
tinggi
|
daun
|
anakan
|
tinggi
|
daun
|
anakan
|
|
1
|
15
|
2
|
0
|
12
|
2
|
0
|
16
|
2
|
0
|
|
2
|
19
|
2
|
0
|
14
|
2
|
0
|
17
|
2
|
0
|
|
3
|
21
|
3
|
0
|
15
|
2
|
0
|
18
|
2
|
0
|
|
Dari pengamatan diatas dapat kita ketahui
bahwa repon yang sangat menghasilkan pertumbuhan dan menguntungkan adalah
dengan intensitas pemotongan yang tinggi.
Sesuai dengan pendapat susmono 2004, yang menyatakan
bahwa dalam efisiensi pertumbuhan hijauan makanan ternak yang dilakukan dengan
metode pemotongan yang tinggi sehingga hijauan tersebut dapat mengatasi
penguapan air sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
hijauan makann ternak banyak factor yang mempengaruhi nya sehingga kita harus
benar-benar mrngetahui semua keadaan itu di lapangan. Pertumbuhan dan perkembangan
rumput dan legum salah satunya dipengaruhi oleh iklim, keadaan tanah, kandungan
air dalam tanah dan keadaan hama dan penyakit serta gulma. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal untuk kebutuhan produktivitas ternak maka dalam pengolaan tanaman untuk ternak harus
kita lakukan pemupukan baik pupuk organik maupun anorganik.
Saran
Setelah
terlaksanannya praktikum saya mengharapkan agar para praktikan dapat
mengerjakannya atau mengembangkan ilmu ini dilingkungan sekitar tempat mereka
tinggal sehingga ilmu ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dan agar peternakan
dapat dipandang lebih baik dimata masyarakat
iii
|
Abidin, B.S. 1987. Dasar pengetahuan Ilmu Tanaman. PT Angkasa,
Bandung.
Anwar, S.
Karno, F. Kusmiyati dan Sumarsono.
2003. Pengembangan Tanaman Rumput Pakan Unggul yang Toleran
terhadap Tekanan Aluninium dan Salinitas.
Laporan Hibah Bersaing. Dikti. Jakarta.
Agraris. 2009. Kawanan Berternak. Kanisus. Yogyakarta
Amrin.2005. Ilmu Gizi Dan Makanan Ternak. Angkasa. Bandung.
Aphani, 2001. Kembali ke Pupuk Organik. Kanwil Deptan Sumsel. Sinartani. No. 2880.
Buckman, H. O. Dan N. C.
Brady. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman). Penerbit Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Dewi Hoediati, Sumarsono dan D. W. Widjajanto. 1998.
Pengaruh pupuk kandang dan inokulasi rhizobium terhadap pertumbuhan
kembali lamtoro gung (Leucaena leucochepala) setelah pemotongan
pertama. J. Pastura 2(1) : 1-5.
Haryadi, S.
S. Dan S. Yahya. 2008. Fisiologi Stres Lingkungan. PAU-IPB, Bogor.
Haswanto,
A. J. Sumarsono dan E. D. Purbayanti.
1998. Pengaruh aras pupuk kandang
pada beberapa jenis tanah terhadap penampilan lamtoro gung (Leucaena leucochepala) pada defoliasi
kedua. J. Pastura 2(1) : 10-15.
Kamil, M.
1983. Tingkat Kesuburan Tanah untuk Pertanian Tropika. CV Rajawali, Jakarta.
Kerley, S.J., and
Darvis, S.C. 2006. Preliminary studies of the impact of excreted N on cycling
and uptake of N in pasture systems using natural abundance stable isotopic
discrimination. Plant and Soil 178: 287-294
Maeschner, 2006.
Mineral Nutrition of Higher Plant.
Cad. Press Inc., London.
Nursholeh, 2012. Laporan semester ilmu tanaman pakan.fapet-unja, Jambi
Kusmiyati, F., E. D. Purbayanti, dan W. Slamet. 2000. Pengaruh pemupukan kalsium dan nitrogen terhadap produksi dan kualitas hijauan rumput makanan ternak pada tanah salin. Laporan Penelitian Dosen Muda. Dikti, Jakarta.
Kusmiyati, F., E. D. Purbayanti, dan W. Slamet. 2000. Pengaruh pemupukan kalsium dan nitrogen terhadap produksi dan kualitas hijauan rumput makanan ternak pada tanah salin. Laporan Penelitian Dosen Muda. Dikti, Jakarta.
.
Mashima, S. I.,
Matsumoto, N. and Kenjiro, O. 2009. Nitrogen flow associated with agricultural
practices and environmental risk in Japan. Soil Sci. Plant Nutr., 45:
881-889
Matsushita, K.,
Miyauchi, N., and Yamamuro, S. 2000. Kinetics of 15N-labelled nitrogen from co-compost made from cattle
manure and chemical Fertilizer in a paddy field. Soil Sci. Plant Nutr.,
46 (2): 355-363
Sadjad, S.D. 1994. Teknologi Pembenihan
Hijauan. PT Angkasa, Bandung.
Sastra Pradja, S.S, Affrisiani dan H. Sutarno. 1983. Makanan Ternak.
Sastra Pradja, S.S, Affrisiani dan H. Sutarno. 1983. Makanan Ternak.
Lembaga Biologi
Nasional. LIPI, Jakarta.
Sanchez Pedro A.2003.Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika.Penerbit
ITB.Bandung.
Setyati, S.H. 1996. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi, Fakultas
Peternakan, IPB, Bogor.
Soegiri, et al. 1982. Penuntun Produksi Benih Hijauan Makanan Ternak. Dirjen
Soegiri, et al. 1982. Penuntun Produksi Benih Hijauan Makanan Ternak. Dirjen
Peternakan, Jakarta.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Tissacuitzz.blogspot.com/2010/12/laporan-ilmu-tanaman-pakan.html
luar biasa terus kembangkan dan berbagi ilmu kepada sesama
BalasHapus