Selasa, 07 Mei 2013

Hemolisis (Laporan Praktikum Hemolisis) Nursholeh Tanjung Jabung Timur/fapet unja



KATA PENGANTAR
          Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan mingguan praktikum Anatomidan Fisiologi Ternak ini.
Harapan kami semoga laporan praktikum ini bermanfaa tbagi mahasiswa maupun para pembac alainnya dan dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam mempelajari Anatomi dan Fisiologi Ternak.
          Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi dari sebelumnya. Demikian laporan ini penulis berharap agar bermanfaat bagi kita semua.



Jambi,  Mei 2012


Penulis











 
PENDAHULUAN
Latar Belakang
          Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
Tujuan dan Manfaat
              Praktikum Anatomi dan Fisiologi Ternak yang berjudul Hemolisis ini bertujuan untuk mengamati hemolisis darah dan keriput pada membran peritrosit (krenasi) akibat perubahan larutan medium darah. Menentukan batas konsentrasi NaCl dari medium dimana eritrosit mulai lisis (minimum resistance) dan hemolisis total (maximum resistance).
Manfaat yang didapatkan dari praktikum hemolysis ini adalah kita adapat mengetahui terjadinya krenasi pada darah jika kita meberikan larutan hipotonis. Kita juga mengetahui bentuk krenasi darah dari mikroskop setelah dilakukan percobaan.

MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
Praktikum Mingguan Anatomi dan Fisiologi Ternak Hemolisis ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 9 Mei 2012pukul 14.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.

Materi
Adapun alat yang digunakan dealam praktikum adalah darah sapi dan antikoagulansNaCl fisiologis, Larutan NaCl konsentrasi 0,65%, 0,8%, 0,9 %, 1%, 3%, larutan Urea 1% dalam aquades, larutan 1% urea dalam NaCl 0,9%, larutan 1% saponin dalam aquades, larutan 1% saponin dalam Nacl 0,9, pipet pasteur, darah sapi yang sudah diberi koagulan,kaca benda (obyec glass) dan penutup (cover glass, Mikroskop , Natrium sitrat 3.8%, Tabung reaksi 5 buah dan raknya.

Metoda
Adapun cara atau metoda yang digunakan pada praktikum Hemolisis ini adalah mengambil 10 tabung reaksi dan beri label, isi 10 tabung tersebut masing-masing 5ml larutan tersebut, lalu masing-masing tuangi 3 tetes darah sapi dan biarkan selama 10 menit, periksa/amati warna dan kekeruhan larutan di dalam tabung. Warna merah cerah menunjukan adanya hemolysis. Warna keruh belum tentu terjadi perubahan.Kemungkinan sebagian sel mengalami hemolysis atau perubahan lainnya.Untuk memastikan terjadinya hemolysis atau perubahan dilakukan secara mikroskopis.
Cara pemeriksaan secara mikroskopis adalah sebagai berikut ; Pada gelas objek sebelah kiri ditetes larutan dari tabung pertama yang berisi larutan NaCl 0,9% sebagai control (pembanding), bagian kiri kanan teteskan larutan tabung kedua, tutup dengan cover glass. Periksa dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. lakukan hal yang sama untuk tabung lainnya dengan menggunakan larutan dari tabung pertama sebagai control.
Pencatatan hasil pengamatan pada tabel sebagai berikut : Pada pemeriksaan mikroskopis, tuliskan tanda (+) bila terlihat jelas adanya hemolysis (larutan dalam tabung berwarna merah cerah) dan tanda (+)  bila belum terlihat adanya hemolysis (larutan dalam tabung berwarna keruh).
Pada pemeriksaan mikroskopis, tuliskan pada kolom bentuk sel bulat licin atau bulat bergerigi, atau bentuk lainnya, pada kolom besasr bandingkan dengan control (tabung 1) tulis tanda (=) apabila besarnya sama dengan control, tanda (>) apabila lebih besar, dan tanda (<) apabila kecil. Untuk jumlahnya relative sama banyak dengan control, tanda (>) apabila relative lebih banyak dan tanda (<) apabila relative lebih sedikit.


















HASIL DAN PEMBAHASAN
Hemolisis
          Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
 
Bentuk Krenasi Darah
Pada hasil percobaan praktikum kami, jika darah diberi NaCl eritrosit menggembung sedangkan jika diberi Aquades eritrosit pecah. Hal tersebut terjadi karena NaCl adalah larutan hipotonis dan aquades adalah larutan hipertonis. Dan dari percobaan diatas diketahui bahwa eritrosit yang pecah tidak dapat kembali lagi seperti semula. Pada darah yang diberi ureum terjadi sebaliknya yaitu jika ditambah aquades eritrosit menggembung sedangkan jika diberi NaCl eritrosit pecah. Hal tersebut terjadi karena aquades menjadi larutan hipotonis dan NaCl menjadi larutan hipertonis.
Hemolysis juga disebabkan karena penurunan tegangan permukaan membrane sel misalnya saponin, sabun, garam-garam dan empedu.Hal tersebut juga sesuai dengan Portal Pendidikan Biologi (2002) mengatakan bahwa hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular  famili Elapidae.
Portal Pendidikan Biologi (2002).Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular  famili Elapidae.
Sarkar & Devi (1968)Hemolisis secara langsung tidak dibutuhkan penambahan lesitin sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada sel darah merah atau penambahan dari luar sangat diperlukan.Secara umum, mekanisme hemolisis berlangsung dua tahap. Tahap pertama lesitin dalam sel darah atau yang ditambahkan dari luar akan diubah menjadi lisolesitin oleh lesithinase A.  Lisolesitin merupakan bentuk lesitin yang  memiliki aktivitas hemolitik. Selanjutnya, lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan menyerap material lemak dinding sel  sehingga merusak keutuhan struktur sel darah.
Di bawah ini adalah hasil pengamatan Hemolisis secara Makroskopis dengan warna yang berbeda-beda.

 
1





1.      Tabung 1menunjukan terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 0,65%.
2.      Tabung 2menunjukan tidak terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 0,8%.
3.      Tabung 3menunjukan tidak terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 0,9%.
4.      Tabung 4 menunjukan terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 1%.
5.      Tabung 5menunjukan tidak terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 3%.
Tabel Hasil pengamatan Hemolisis

Nomor Tabung
Makroskopis (Hemolisis)
Mikroskopis
Bentuk
Besar
Jumlah (relatif)
1
+
Bulat licin
2
-
Bulat licin
3
-
Bulat licin
=
=
4
+
Bulat bergerigi
5
-
Bulat bergerigi

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada :
1.    Tabung 1
Pada tabung 1darah dilihat secara makroskopis berwarna merah cerah.Dilihat secara mikroskopis mempunyai bentuk bulat licin dan jumlahnya relative lebih banyak.Pada tabung 1 darah yang ditambahkan NaCl 0,65% akan mengalami krenasi, karena NaCl 0,65% merupakan cairan hipertonis. Jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari sel tersebut.
2.    Tabung 2
Pada tabung 2darah dilihat secara makroskopis terlihat berwarna merah. Dilihat secara mikroskopis mempunyai bentukbulat licin, jumlahnya relative sama banyak dengan control.Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,8% memiliki konsentrasi yang sama dengan sel darah atau isotonis, karena itu darah yang diberi larutan NaCl 0,8% tidak mengalami perubahan. Akan tetapi jika darah tersebut terlalu lama di diamkan maka darah tersebut akan membeku dan terbentuklah benang-benang fibrin yang akan membuat darah tersebut menjadi kental dan tidak dapat tembus cahaya, oleh karena itu tulisan tidak akan terbaca, terlihat sangat buram sekali.
3.    Tabung 3
Pada tabung 3darah dilihat secara makroskopis terlihat memudar warna merahnya.Dilihat secara mikroskopis mempunyai bentukbulat licin, jumlahnya relative sama banyak dengan control.Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,9% memiliki konsentrasi yang sama dengan sel darah atau isotonis, karena itu darah yang diberi larutan NaCl 0,9% tidak mengalami perubahan. Akan tetapi jika darah tersebut terlalu lama di diamkan maka darah tersebut akan membeku dan terbentuklah benang-benang fibrin yang akan membuat darah tersebut menjadi kental dan tidak dapat tembus cahaya, oleh karena itu tulisan tidak akan terbaca, terlihat sangat buram sekali.
4.    Tabung 4
          Pada tabung 4darah dilihat secara makroskopis berwarna merah cerah.Dilihat secara mikroskopis mempunyai bentuk bulat dan jumlahnya relative lebih banyak.Pada tabung 4darah yang ditambahkan NaCl 1% akan mengalami krenasi, karena NaCl 1% merupakan cairan hipertonis. Jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari sel tersebut.
5.    Tabung 5
          Pada tabung 5 dilihat secara makroskopis berwarna merah keruh. Darah yang ditambahkan NaCl 3% akan mengalami krenasi, karena NaCl 3% merupakan cairan hipertonis. Jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari sel tersebut. Setelah pengamatan secara makroskopik telah kita lakukan terhadap darah yang kita kenai perlakuan seperti ini dan hasilnya tulisan yang dikenakan darah tersebut akan buram, tidak terlihat terlalu jelas, karena darah tidak pecah, hanya mengkerut sehingga darah tersebut masih mengandung Hb yang menghalangi cahaya yang tembus.
         
            Pada tabung yang berisi aquades sebagai pembanding, darah yang ditambahkan aquades mengalami hemolisis, karena aquades merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel darah merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya, karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Oleh karena itu, apabila darah tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut akan terlihat jelas.


Gambar.1 Hemolisis darah terlihat dimikroskop
          Kita ketahui bahwa sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang.

Sel darah

          Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus.Pernyataan tersebut berbeda dengan darah pada sapi. Pada darah ikan nila, setelah dilakukan pengamatan dengan perlakukan penambahan NaCl 0,90% terlihat jelas bahwa sel darah merah pada sapi memiliki inti di tengahnya.
          Ketika pengamatan kedua darah ikan nila yang di masukan ke 5 tabung reaksi yang berbeda. Setiap tabung reaksi tersebut berisi larutan NaCl yang berbeda konsentrasinya mulai dari NaCl 0,3%,0,65%, 0,8%, 0,9%, 3%. Sebelum homogen darah masih menggumpal di bawah sehingga ditunggu 5 menit sampai darah homgen.
          Pengamatan sel pada mikroskop ternyata sel darah merah ada yang mengalami pengerutan (krenasi) dan ada yang mengalami pengembungan (hemolisa) yang dapat menyebabkan pencahnya sel darah merah.Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Adapun karekteristik dari larutan hipotonik adalah sebagai berikut :
-   Memiliki tekanan osmotic lebih rendah dari sel darah merah
-   Menyebabkan air mengalirke dalam sel darah merah
-   Menyebabkan hemolisis: sel darah mengembang dan dapat pecah
Peristiwa hemolisa atau hemolisis terjadi pada larutan NaCl berkosentrasi diatas 0,9% yaitu pada NaCl 3 %. Hal ini menyebabkan warna atau keadaan campuran larutan NaCl dan tetesan darah ikan nila homogen, disebabkan bercampurnya larutan NaCl dan hemoglobin.
          Sedangkan krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil. Hal ini terjadi pada tabung reaksi dengan penambahan larutan NaCl berkosentrasi tinggi dibawah 0,9% yaitu NaCl 0,3%, 0,65%, dan 0,8% yang keadaan campuran larutan dan darah  adalah semakin tinggi konsentrasi NaCl, semakin mendekati homogen (jernih). Krenasi sel darah merah terjadi karena lingkungan hipertonik, Adapun karekteristik dari larutaan hipertonik adalah sebagai berikut :

-   Memiliki tekanan osmotic lebih besar dari sel darah merah.
-   Menyebabkan air mengalir keluar sel darah merah
-   Menyebabkan krenasi:penyusutan sel darah merah

          Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma). Karekteristik larutan isotonic adalah sebagai berikut :

-   Memiliki tekanan osmotic sama dengan tekanan osmotik sel darah merah.
-   NaCl 0.9% biasa digunakan untuk keperluan medis karena memberikan tekanan osmotik sama dengan yang dimiliki sel darah merah
Gambar (a).Krenasi           Gambar (b). Hemolisis

Adapun kesimpulan dari pengamatan ini adalah sebaga berikut :
          Sel darah sapi memiliki inti.NaCl pada konsentrsi 0,9% merupakan larutan isotonic bagi sel dara merah karena dapat mengembalikan sel darah merah yang mengalami krenasi atau pengerutan kembali seperti semula. NaCl pada kosentrasi 0,3%, 0,65% dan 0,8% atau di bawah 0,9% akan menyebabkan sel darah merah mengerut. Hal ini dikarenakan air mengalir keluar sel darah merah, sehingga krenasi atau:penyusutan sel darah merah. Larutan yang menyebakan krenasi adalah larutan hipertonik.NaCl 3% pada konsetrasi di atas 0,9% atau larutan hipotonik dapat menyebabkan sel darah merah mengembang dan pecah. Karena air masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel mengembang.
          Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah menuju cairan disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah.Membran sel darah termasuk membran yang permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma.
          Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 8 % belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 4 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah yang muda, membran selnya masih kuat.
          Bila sel darah merah dimasukkan kedalam laritan NaCl 0, 3 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa sempurna. (Wulangi, 1993: 43)
Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu,. (wulangi, 1993: 43).
Portal Pendidikan Biologi (2002).Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular  famili Elapidae.
Sarkar & Devi (1968)Hemolisis secara langsung tidak dibutuhkan penambahan lesitin sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada sel darah merah atau penambahan dari luar sangat diperlukan.Secara umum, mekanisme hemolisis berlangsung dua tahap.Tahap pertama lesitin dalam sel darah atau yang ditambahkan dari luar akan diubah menjadi lisolesitin oleh lesithinase A.  Lisolesitin merupakan bentuk lesitin yang  memiliki aktivitas hemolitik. Selanjutnya, lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan menyerap material lemak dinding sel  sehingga merusak keutuhan struktur sel darah.
Sama halnya dengan sel tumbuhan pada sel hewan juga terjadi suatu proses yang diakibatkan perbedaan potensial cairan walupun terdapat beberapa perbedaan, kalau pada tumbuhan disebut proses plasmolisis dan deplasmolisis sedang pada hewan disebut proses krenasi dan hemolisis. Proses ini biasanya terjadi pada sel darah merah.
            Sel darah merah yang berada di luar cairannya dapat mempertahankan bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan sitoplasmanya. Apabila sel darah merah berada di dalam cairan yang hipertonis maka sel darah merah akan mengalami pengerutan (krenasi), apabila sel darah merah berada dalam cairan yang bersifat hipotonis maka sel akan pecah dan hemoglobin akan ke luar (hemolisis).



















PENUTUP
Kesimpulan
              Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pada darah yang dicampur aquades, akan mengalami hemolisis sehingga hemoglobin keluar bebas dari eritrosit, tetapi tetap berada di sekitar membrane. Sedangkan Darah yang diberi larutan hipertonis, akan mengalami krenasi (mengkerutnya sel eritrosit).Pada darah yang mengalami hemolisis akan tembus cahaya (tulisan terlihat jelas), sedangkan yang lainnya tidak.Pada darah yang telah mengalami hemolisis atau pecah tidak dapat kembali seperti semula karena membran maupun inti selnya telah pecah, sehingga apabila diberikan larutan hipertonis tidak berubah.Pada darah yang mengalami krenasi akan kembali ke bentuk normal atau isotonis ketika diberi larutan hipotonis karena membran dan inti selnya tidak pecah, hanya mengkerut saja.

Saran
              Semoga semua mahasiswa yang mengikuti praktikum ini agar dapat melaksanakannya sebaik mungkin dan penuh ketenangan, supaya praktikum ini dapat berjalan degan lancar dan tepat waktu.
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Eritrosit (Online),(http://id.wikipedia.org/wiki/eritrosit , diakses
pada tanggal 8/10/2010).

Anonim. 2010. Hemolisis (Online),(http://id.wikipedia.org/wiki/hemolisis ,
diakses pada tanggal 8/10/2010).

Anonim. 2010. Krenasi (Online),(http://id.wikipedia.org/wiki/krenasi , diakses
pada tanggal 8/10/2010).

Aria,Perwira. 2008. Darah Ikan (Online),( http://maswira.wordpress.com/ 2008/09/17/darah-ikan-2/ , diakses pada tanggal 8/10/2010))

Dietor, delman H. 1992.Histologi veterinner. UI Press : Jakarta
Eponxponge.pongeponge.blogspot.com/2010_12_01_archive.html.15 mei 2012
Hoffbrand. 1987. Metode Praktikum Sistematik Hewan. Erlangga.Jakarta.
Imabio-unja.blogspot.com/2009/10/konsentrasi-sel-darah.html.
Kimball, John W. 1983. Biologi Edisi kelima Jilid 2.Erlangga.Jakarta.
Nursholeh.2011. Laporan Anatomi dan Fisiologi Ternak.fakultas peternakan universitas Jambi. Jambi
Penerbit Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner I. Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Udayana. Bali.
Sherwood, Laurancee. 1986. Fisiologi Manusia. Exakta Ganeca.Jakarta.
Sismami-ayu.blogspot.com/.../fisiologi-darah-dan-cairan-tubuh.html
Sutarmi H. Siti. Biologi jilid 2.IPB : Bogor
Vitasari. 2010. Larutan Dan Koloid (Online), (http://blog.ums.ac.id/ vitasari/files/2010/05/kuliah-9_larutan-dan-koloid.pdf , diakses pada tanggal 08/10/2010)Dharmawan, N.S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner Hematologi Klinik.

Wulangi S. Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip fisiologo hewan. Jurusan biolobi. ITB:
        Bandung.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar