KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan mingguan praktikum
Anatomidan Fisiologi Ternak ini.
Harapan kami semoga laporan praktikum ini bermanfaa tbagi mahasiswa maupun
para pembac alainnya dan dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam mempelajari Anatomi
dan Fisiologi Ternak.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh
dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
laporan ini dapat lebih baik lagi dari sebelumnya. Demikian laporan ini penulis
berharap agar bermanfaat bagi kita semua.
Jambi,
Mei 2012
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hemolisis
adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga
hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran
eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis,
hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit,
zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam
sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis
(karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt.
NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel
dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan
tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah,
akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila
eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar
menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput
(krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan
isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
Tujuan dan Manfaat
Praktikum Anatomi dan Fisiologi Ternak yang berjudul Hemolisis ini bertujuan
untuk mengamati hemolisis darah dan keriput pada membran peritrosit (krenasi)
akibat perubahan larutan medium darah. Menentukan batas konsentrasi NaCl dari
medium dimana eritrosit mulai lisis (minimum
resistance) dan hemolisis total (maximum
resistance).
Manfaat yang didapatkan dari
praktikum hemolysis ini adalah kita adapat mengetahui terjadinya krenasi
pada darah jika kita meberikan larutan hipotonis. Kita juga mengetahui bentuk
krenasi darah dari mikroskop setelah dilakukan percobaan.
MATERI
DAN METODA
Waktu dan Tempat
Praktikum Mingguan Anatomi dan Fisiologi Ternak Hemolisis ini dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 9 Mei
2012pukul 14.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas
Jambi.
Materi
Adapun alat yang digunakan dealam praktikum adalah darah sapi dan antikoagulansNaCl fisiologis, Larutan NaCl konsentrasi 0,65%, 0,8%, 0,9 %, 1%, 3%, larutan Urea 1% dalam aquades, larutan 1% urea dalam NaCl 0,9%, larutan
1% saponin dalam aquades, larutan 1% saponin dalam Nacl 0,9, pipet pasteur,
darah sapi yang sudah diberi koagulan,kaca benda (obyec
glass) dan penutup (cover glass, Mikroskop ,
Natrium sitrat 3.8%, Tabung
reaksi 5 buah dan raknya.
Metoda
Adapun cara atau metoda yang
digunakan pada praktikum Hemolisis ini adalah mengambil 10 tabung reaksi dan beri label, isi 10 tabung tersebut masing-masing
5ml larutan tersebut, lalu
masing-masing tuangi 3 tetes
darah sapi dan biarkan selama 10 menit, periksa/amati warna dan kekeruhan
larutan di dalam tabung. Warna merah cerah menunjukan adanya hemolysis.
Warna keruh belum tentu terjadi perubahan.Kemungkinan sebagian sel mengalami
hemolysis atau perubahan lainnya.Untuk memastikan terjadinya hemolysis atau
perubahan dilakukan secara mikroskopis.
Cara pemeriksaan secara mikroskopis adalah sebagai berikut ; Pada gelas
objek sebelah kiri ditetes larutan dari tabung pertama yang berisi larutan NaCl
0,9% sebagai control (pembanding), bagian kiri kanan teteskan larutan tabung
kedua, tutup dengan cover glass. Periksa dengan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10x dan 40x. lakukan hal yang sama untuk tabung lainnya dengan
menggunakan larutan dari tabung pertama sebagai control.
Pencatatan hasil pengamatan pada tabel sebagai berikut : Pada pemeriksaan
mikroskopis, tuliskan tanda (+) bila terlihat jelas adanya hemolysis (larutan
dalam tabung berwarna merah cerah) dan tanda (+) bila belum terlihat adanya hemolysis (larutan
dalam tabung berwarna keruh).
Pada pemeriksaan mikroskopis, tuliskan pada kolom bentuk sel bulat licin
atau bulat bergerigi, atau bentuk lainnya, pada kolom besasr bandingkan dengan
control (tabung 1) tulis tanda (=) apabila besarnya sama dengan control, tanda
(>) apabila lebih besar, dan tanda (<) apabila kecil. Untuk jumlahnya
relative sama banyak dengan control, tanda (>) apabila relative lebih banyak
dan tanda (<) apabila relative lebih sedikit.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hemolisis
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam
medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh
antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan
tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di
sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis)
medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung.
Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit
itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam
medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis,
maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan
dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit
(plasma).
Bentuk Krenasi Darah
Pada hasil
percobaan praktikum kami, jika darah diberi NaCl eritrosit menggembung
sedangkan jika diberi Aquades eritrosit pecah. Hal tersebut terjadi karena NaCl
adalah larutan hipotonis dan aquades adalah larutan hipertonis. Dan dari
percobaan diatas diketahui bahwa eritrosit yang pecah tidak dapat kembali lagi
seperti semula. Pada darah yang diberi ureum terjadi sebaliknya yaitu jika
ditambah aquades eritrosit menggembung sedangkan jika diberi NaCl eritrosit
pecah. Hal tersebut terjadi karena aquades menjadi larutan hipotonis dan NaCl
menjadi larutan hipertonis.
Hemolysis juga disebabkan karena penurunan tegangan
permukaan membrane sel misalnya saponin, sabun, garam-garam dan empedu.Hal
tersebut juga sesuai dengan Portal Pendidikan Biologi (2002) mengatakan
bahwa hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari
stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam
empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari
stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular famili Elapidae.
Portal Pendidikan Biologi
(2002).Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari
stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam
empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari
stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular famili Elapidae.
Sarkar & Devi (1968)Hemolisis secara langsung tidak dibutuhkan
penambahan lesitin sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada
sel darah merah atau penambahan dari luar sangat diperlukan.Secara umum,
mekanisme hemolisis berlangsung dua tahap. Tahap pertama lesitin dalam sel
darah atau yang ditambahkan dari luar akan diubah menjadi lisolesitin oleh
lesithinase A. Lisolesitin merupakan
bentuk lesitin yang memiliki aktivitas
hemolitik. Selanjutnya, lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan
menyerap material lemak dinding sel
sehingga merusak keutuhan struktur sel darah.
Di bawah
ini adalah hasil pengamatan Hemolisis secara Makroskopis dengan warna yang
berbeda-beda.
1 |
1.
Tabung
1menunjukan terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 0,65%.
2.
Tabung
2menunjukan tidak terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 0,8%.
3.
Tabung
3menunjukan tidak terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 0,9%.
4.
Tabung
4 menunjukan terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 1%.
5.
Tabung
5menunjukan tidak terjadinya hemolisis dengan konsentrasi NaCl 3%.
Tabel Hasil pengamatan Hemolisis
Nomor Tabung
|
Makroskopis (Hemolisis)
|
Mikroskopis
|
||
Bentuk
|
Besar
|
Jumlah
(relatif)
|
||
1
|
+
|
Bulat licin
|
>
|
>
|
2
|
-
|
Bulat licin
|
>
|
>
|
3
|
-
|
Bulat licin
|
=
|
=
|
4
|
+
|
Bulat bergerigi
|
>
|
<
|
5
|
-
|
Bulat bergerigi
|
>
|
>
|
Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa pada :
1. Tabung 1
Pada tabung 1darah dilihat
secara makroskopis berwarna merah cerah.Dilihat secara mikroskopis mempunyai
bentuk bulat licin dan jumlahnya relative lebih banyak.Pada tabung 1 darah yang ditambahkan NaCl 0,65%
akan mengalami krenasi, karena NaCl 0,65% merupakan cairan hipertonis. Jika
darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan
(krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari
membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah
merah akan keluar dari sel tersebut.
2. Tabung 2
Pada tabung 2darah dilihat
secara makroskopis terlihat berwarna merah. Dilihat secara mikroskopis
mempunyai bentukbulat licin, jumlahnya relative sama banyak dengan
control.Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,8% memiliki konsentrasi yang
sama dengan sel darah atau isotonis, karena itu darah yang diberi larutan NaCl
0,8% tidak mengalami perubahan. Akan tetapi jika darah tersebut terlalu lama di
diamkan maka darah tersebut akan membeku dan terbentuklah benang-benang fibrin
yang akan membuat darah tersebut menjadi kental dan tidak dapat tembus cahaya,
oleh karena itu tulisan tidak akan terbaca, terlihat sangat buram sekali.
3. Tabung 3
Pada
tabung 3darah dilihat secara makroskopis terlihat memudar warna
merahnya.Dilihat secara mikroskopis mempunyai bentukbulat licin, jumlahnya
relative sama banyak dengan control.Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,9%
memiliki konsentrasi yang sama dengan sel darah atau isotonis, karena itu darah
yang diberi larutan NaCl 0,9% tidak mengalami perubahan. Akan tetapi jika darah
tersebut terlalu lama di diamkan maka darah tersebut akan membeku dan
terbentuklah benang-benang fibrin yang akan membuat darah tersebut menjadi
kental dan tidak dapat tembus cahaya, oleh karena itu tulisan tidak akan
terbaca, terlihat sangat buram sekali.
4. Tabung 4
Pada
tabung 4darah dilihat secara makroskopis berwarna merah cerah.Dilihat
secara mikroskopis mempunyai bentuk bulat dan jumlahnya relative lebih banyak.Pada tabung 4darah yang
ditambahkan NaCl 1% akan mengalami krenasi, karena NaCl 1% merupakan cairan
hipertonis. Jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi
proses pengerutan (krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah
akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di
dalam sel darah merah akan keluar dari sel tersebut.
5. Tabung 5
Pada tabung 5 dilihat secara
makroskopis berwarna merah keruh. Darah yang ditambahkan NaCl 3% akan mengalami
krenasi, karena NaCl 3% merupakan cairan hipertonis. Jika darah dicampurkan
dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu
proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang
selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari
sel tersebut. Setelah pengamatan secara makroskopik telah kita lakukan terhadap
darah yang kita kenai perlakuan seperti ini dan hasilnya tulisan yang dikenakan
darah tersebut akan buram, tidak terlihat terlalu jelas, karena darah tidak
pecah, hanya mengkerut sehingga darah tersebut masih mengandung Hb yang
menghalangi cahaya yang tembus.
Pada tabung yang berisi aquades
sebagai pembanding, darah yang ditambahkan aquades mengalami hemolisis, karena
aquades merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi
dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga
beberapa cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai
konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah
tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya
sel darah merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya,
karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Oleh karena itu, apabila darah
tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut akan terlihat
jelas.
Gambar.1 Hemolisis
darah terlihat dimikroskop
Kita
ketahui bahwa sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam
hewan bertulang belakang.
Sel darah
Di
dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus.Pernyataan tersebut berbeda dengan
darah pada sapi. Pada darah ikan nila, setelah dilakukan pengamatan dengan
perlakukan penambahan NaCl 0,90% terlihat jelas bahwa sel darah merah pada sapi
memiliki inti di tengahnya.
Ketika
pengamatan kedua darah ikan nila yang di masukan ke 5 tabung reaksi yang
berbeda. Setiap tabung reaksi tersebut berisi larutan NaCl yang berbeda
konsentrasinya mulai dari NaCl 0,3%,0,65%, 0,8%, 0,9%, 3%. Sebelum homogen
darah masih menggumpal di bawah sehingga ditunggu 5 menit sampai darah homgen.
Pengamatan
sel pada mikroskop ternyata sel darah merah ada yang mengalami pengerutan
(krenasi) dan ada yang mengalami pengembungan (hemolisa) yang dapat menyebabkan
pencahnya sel darah merah.Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga
hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran
eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis ke
dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia
tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam
sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena
penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan
masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan
menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan
tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah,
akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Adapun
karekteristik dari larutan hipotonik adalah sebagai berikut :
-
Memiliki
tekanan osmotic lebih rendah dari sel darah merah
-
Menyebabkan
air mengalirke dalam sel darah merah
-
Menyebabkan
hemolisis: sel darah mengembang dan dapat pecah
Peristiwa hemolisa atau hemolisis
terjadi pada larutan NaCl berkosentrasi diatas 0,9% yaitu pada NaCl 3 %. Hal
ini menyebabkan warna atau keadaan campuran larutan NaCl dan tetesan darah ikan
nila homogen, disebabkan bercampurnya larutan NaCl dan hemoglobin.
Sedangkan
krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir
sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air
melalui osmosis. (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan
pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya.
Sebagai akibatnya, sel mengecil. Hal ini terjadi pada tabung reaksi dengan
penambahan larutan NaCl berkosentrasi tinggi dibawah 0,9% yaitu NaCl 0,3%,
0,65%, dan 0,8% yang keadaan campuran larutan dan darah adalah semakin tinggi konsentrasi NaCl,
semakin mendekati homogen (jernih). Krenasi sel darah merah terjadi karena
lingkungan hipertonik, Adapun karekteristik dari larutaan hipertonik adalah
sebagai berikut :
-
Memiliki
tekanan osmotic lebih besar dari sel darah merah.
-
Menyebabkan
air mengalir keluar sel darah merah
-
Menyebabkan
krenasi:penyusutan sel darah merah
Sebaliknya
bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan
keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan
cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma). Karekteristik larutan
isotonic adalah sebagai berikut :
-
Memiliki
tekanan osmotic sama dengan tekanan osmotik sel darah merah.
-
NaCl
0.9% biasa digunakan untuk keperluan medis karena memberikan tekanan osmotik
sama dengan yang dimiliki sel darah merah
Gambar (a).Krenasi Gambar (b). Hemolisis
Adapun kesimpulan dari pengamatan ini
adalah sebaga berikut :
Sel
darah sapi memiliki inti.NaCl pada konsentrsi 0,9% merupakan larutan isotonic
bagi sel dara merah karena dapat mengembalikan sel darah merah yang mengalami
krenasi atau pengerutan kembali seperti semula. NaCl pada kosentrasi 0,3%,
0,65% dan 0,8% atau di bawah 0,9% akan menyebabkan sel darah merah mengerut.
Hal ini dikarenakan air mengalir keluar sel darah merah, sehingga krenasi
atau:penyusutan sel darah merah. Larutan yang menyebakan krenasi adalah larutan
hipertonik.NaCl 3% pada konsetrasi di atas 0,9% atau larutan hipotonik dapat
menyebabkan sel darah merah mengembang dan pecah. Karena air masuk ke dalam sel
dan menyebabkan sel mengembang.
Hemolisis
adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah menuju cairan
disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran
sel darah merah.Membran sel darah termasuk membran yang permeabel selektif.
Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+,
PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam
urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+,
fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma.
Ada
dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena adanya
perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah merah
dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa sel
darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah merah
dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 8 % belum terlihat adanya hemolisa, tetapi
sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 4 % hanya sebagian saja
dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi sel darah
merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah merah yang
sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah yang muda, membran
selnya masih kuat.
Bila
sel darah merah dimasukkan kedalam laritan NaCl 0, 3 %, semua sel darh merah
akan mengalami hemolisa sempurna. (Wulangi, 1993: 43)
Yang kedua, hemolisis kimiawi membran
sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform,
aseton, alkohol, benzena dan eter, substansi lain adalah bisa ular,
kalajengking, dan garam empedu,. (wulangi, 1993: 43).
Portal Pendidikan Biologi
(2002).Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari
stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam
empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari
stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular famili Elapidae.
Sarkar & Devi (1968)Hemolisis secara langsung tidak dibutuhkan
penambahan lesitin sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada
sel darah merah atau penambahan dari luar sangat diperlukan.Secara umum, mekanisme
hemolisis berlangsung dua tahap.Tahap pertama lesitin dalam sel darah atau yang
ditambahkan dari luar akan diubah menjadi lisolesitin oleh lesithinase A. Lisolesitin merupakan bentuk lesitin
yang memiliki aktivitas hemolitik.
Selanjutnya, lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan menyerap
material lemak dinding sel sehingga
merusak keutuhan struktur sel darah.
Sama halnya dengan sel
tumbuhan pada sel hewan juga terjadi suatu proses yang diakibatkan perbedaan
potensial cairan walupun terdapat beberapa perbedaan, kalau pada tumbuhan
disebut proses plasmolisis dan deplasmolisis sedang pada hewan disebut proses
krenasi dan hemolisis. Proses ini biasanya terjadi pada sel darah merah.
Sel darah merah yang berada di luar
cairannya dapat mempertahankan bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang
isotonis dengan sitoplasmanya. Apabila sel darah merah berada di dalam cairan
yang hipertonis maka sel darah merah akan mengalami pengerutan (krenasi),
apabila sel darah merah berada dalam cairan yang bersifat hipotonis maka sel
akan pecah dan hemoglobin akan ke luar (hemolisis).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa Pada darah yang dicampur aquades, akan mengalami
hemolisis sehingga hemoglobin keluar bebas dari eritrosit, tetapi tetap berada
di sekitar membrane. Sedangkan Darah yang diberi larutan hipertonis, akan
mengalami krenasi (mengkerutnya sel eritrosit).Pada darah yang mengalami
hemolisis akan tembus cahaya (tulisan terlihat jelas), sedangkan yang lainnya
tidak.Pada darah yang telah mengalami hemolisis atau pecah tidak dapat kembali
seperti semula karena membran maupun inti selnya telah pecah, sehingga apabila
diberikan larutan hipertonis tidak berubah.Pada darah yang mengalami krenasi
akan kembali ke bentuk normal atau isotonis ketika diberi larutan hipotonis
karena membran dan inti selnya tidak pecah, hanya mengkerut saja.
Saran
Semoga
semua mahasiswa yang mengikuti praktikum ini agar dapat melaksanakannya sebaik
mungkin dan penuh ketenangan, supaya praktikum ini dapat berjalan degan lancar
dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Eritrosit (Online),(http://id.wikipedia.org/wiki/eritrosit ,
diakses
pada tanggal 8/10/2010).
Anonim. 2010. Hemolisis (Online),(http://id.wikipedia.org/wiki/hemolisis ,
diakses pada tanggal 8/10/2010).
Anonim. 2010. Krenasi (Online),(http://id.wikipedia.org/wiki/krenasi ,
diakses
pada tanggal 8/10/2010).
Aria,Perwira. 2008. Darah Ikan
(Online),( http://maswira.wordpress.com/
2008/09/17/darah-ikan-2/ , diakses pada tanggal 8/10/2010))
Dietor, delman H. 1992.Histologi
veterinner. UI Press : Jakarta
Eponxponge.pongeponge.blogspot.com/2010_12_01_archive.html.15
mei 2012
Hoffbrand. 1987. Metode Praktikum
Sistematik Hewan. Erlangga.Jakarta.
Kimball, John W. 1983. Biologi Edisi
kelima Jilid 2.Erlangga.Jakarta.
Nursholeh.2011. Laporan Anatomi dan Fisiologi Ternak.fakultas peternakan universitas Jambi. Jambi
Nursholeh.2011. Laporan Anatomi dan Fisiologi Ternak.fakultas peternakan universitas Jambi. Jambi
Penerbit
Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Penuntun Praktikum Fisiologi
Veteriner I. Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Udayana. Bali.
Sherwood, Laurancee. 1986. Fisiologi
Manusia. Exakta Ganeca.Jakarta.
Sismami-ayu.blogspot.com/.../fisiologi-darah-dan-cairan-tubuh.html
Sutarmi H. Siti. Biologi jilid 2.IPB :
Bogor
Vitasari. 2010. Larutan Dan Koloid (Online), (http://blog.ums.ac.id/
vitasari/files/2010/05/kuliah-9_larutan-dan-koloid.pdf , diakses pada tanggal
08/10/2010)Dharmawan, N.S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner Hematologi
Klinik.
Wulangi S. Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip fisiologo
hewan. Jurusan biolobi. ITB:
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar