Kamis, 05 Desember 2013

LAPORAN PRODUKSI TERNAK PERAH PEMERIKSAAN KOMPOSISI SUSU





Mohon dukungannya ya kakak, teman-teman, adik-adiku, untuk memajukan FAPET tercinta kita.
Saya mengunggah laporan ini agar dijadikan referensi dan mempermudah kalian dalam membuat laporan, jadi apa salahnya jika kalian semua membantu kami dengan memberikan suara kalian pada tanggal 20 Desember 2013 nanti.





LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM
ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH
PEMERIKSAAN KOMPOSISI SUSU

OLEH :
NURSHOLEH
E10011128
D4




675467.jpeg
 









FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012



I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak perah adalah ternak yang secara genetik mampu menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kerbau, kambing dan lain-lain. Ternak perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi susu. Secara umum penelitian susu adalah pemeriksaan kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna susu tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli, dan juga bau susu tersebut, kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut sehingga susu tersebut dapat di produksi tubuh dengan cara kontiniu. Dan seharusnya komponen susu tersebut seharusnya tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain sehingga mutu atau kualitas susu tersebut juga maksimal.
Pada umumnya bentuk Susu berupa cairan yang diproduksi oleh kelenjar ambing hewan mamalia betina dengan warna putih kekuning-kuningan yang tidak tembus cahaya, mempunyai rasa sedikit manis berasal dari laktosa dan bau yang khasberasal dari lemak susu, bersih, dan kosistensinya homogen tanpa ada bentuk gumpalan.
Susu murni merupakan bahan makanan yang sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri karena komposisi itu sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada suhu yang tinggi. Susu yang sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia sangat berpengaruh sekali di dalam sistem pencernaan  dan dapat menjadi toksik atau racun bagi tubuh manusia. Air susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai  gizi tinggi karena mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia. Air susu merupakan air susu sapi yang tidak dikurangi ataupun tidak ditambahkan sesuatu apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan. Komposisi air susu adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya.
Komposisi utama susu terdiri dari protein, lemak, laktosa dan mineral. Sedangkan perbandingan susu manusia denagan susu sapi berbeda dlam kandungan protein, laktosa dan mineral. Pada susu sapi kandungan protein dan whey adlah 4:1. Susu domba lebih kaya lemak dan protein dari pada susu kambing. Susu sapi sebanding dengan susus kerbau.
1.2.  Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dari praktikum Produksi Ternak Perah ini adalah agar mahasiswa dapat lebih jelas dalam memahami setiap kegiatan atau materi yang telah dipraktikumkan serta dapat menambah wawasan pengetahuannya mengenai komposisi susu yaitu berat jenis susu,kadar bahan kering susu,kadar lemak pada susu, dan kadar protein yang terkandung pada susu.


















II. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya(Aksi Agraris Kanisius, 2001).
Produk susu dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi apabila dalam susu tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma, yaitu menjadi asam, busuk, tidak segar dan susu menggumpal atau memisah. Untuk produk susu cair, perubahan warna biasanya menunjukkan indikasi awal kerusakan produk, yaitu adanya pertumbuhan bakteri dan peningkatan asam. Produk seperti ini sebaiknya tidak dikonsumsi (Anonimus, 2004).
            Walaupun ada pula susu yang dihasilkan oleh ternak lain misalnya kerbau, kambing, kuda dan domba, akan tetapi penggunaannya dimasyarakat tidaklah sepopuler susu sapi perah (Anonimous, 2007).
Sampel susu ditimbang dahulu sebelum diletakkan didalam cawan khusus yang dipanaskan dengan menggunakan oven dengan temperature ± 1050C, sampel dipanaskan sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan berat (Allen D, Tilman, 2004).
Dengan dilakukan penyuntikan steroid progesteron yang dapat bekerja sangat lama pada setiap bulan sehingga dapat meningkatkan kandungan protein pada ternak kambing dan akan tetapi tidak mengganggu dan mempengaruhi keadaan  protein susu (Bambang soemantoro, 2005).
Keamanan pangan asal ternak juga berkaitan dengan kualitas pakan yang diberikan pada ternak. Pakan dan bahan pakan ternak harus jelas jenis dan asalnya, serta disimpan dengan baik (Bastianelli dan Bas 2002).
Apabila susu makin encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar (Bearkley, 2000).
Kasein yang terdapat dalam koloidal susu akan menyebabkan warna susu akan keruh, dan kalau terkena zat asam yang sengaja dibubuhkan pada susu maka akan membuat susu tersebut masam, dan membuat zat asam terlepas dan kasein protein pada susu tersebut akan mengendap karena tidak tidak larut dalam susu (B. Sarwono, 2003).
Nilai yang rendah pada sampel susu dikarenakan ternak tersebut kekurangan gizi, sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk tubuh ternak yang berasal dari bahan kering yang dimakan dan juga korelasi antara kandungan lemak dan nitrogen (C, Devendra, 2002).
Air susu yang diperah sering tercemar jika bagian luar dari sapi dan daerah sekitarnya sebelum diperah tidak diperhatikan. Keadaan demikian menyebabkan air susu walaupun berasal ambing yang sehat (bebas dari bakteri) tetap terkontaminasi setelah pemerahan susu. Susu yang baru diperah sekalipun dari sapi-sapi yang sehat dan diperah secara aseptis biasanya mengandung jumlah bakteri yang sedikit (Eckles dkk., 1998).
Dipandang dari segi peternakan, susu merupakan suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi dan dilakukan pemerahan susu sempurna tanpa dikurangi atau ditambah suatu komponen (Nurliyani, dkk 2008)
Komposisi susu terdiri dari air, bahan kering, lemak dan protein. Dimana komposisi susu ini mencakup jenis kandungan gizi yang mana bermanfaat bagi kesehatan bagi tubuh hewan maupun manusia (Raguarti, 2010).
Berat jenis berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan. Berat jenis dekat pada saat pemerahan lebih kecil dari pada berat jenis jauh dari saat pemerahan. Hal ini disebabkan oleh memadatnya lemak (Ressang dan Nasution, 2000 ).
Kerusakan air susu terjadi apabila telah menunjukkan penyimpangan yang melebihi batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasanya digunakan. Kerusakan bahan makanan dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: yaitu pertumbuhan dan aktifitas bakteri, aktifitas enzim, pemanasan atau pendinginan, parasit, serangga, tikus, sinar, udara dan lama penyimpanan. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran bakteri dalam susu meliputi faktor peyakit dan faktor perlakuan seperti: alat yang digunakan tindakan sanitasi dan pemberian pakan sapi (Ressang dan Nasution, 1998).
Secara fisiologis, susu merupakan sekresi kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983 dijelaskan, susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu sterilisasi (Shiddieqy, 2008).
Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat air susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu dapat menyebabkan mencret atau gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim lactase dalam mukosa usus (Suhendar dkk., 2008).
Susu sapi mengandung lemak sekitar 4,2% lemak tersebut terdapat didalam keadaan emulsi yang tersebar merata dalam susu, dan kalau susu tersebut kita diamkan beberapa lama  maka emulsi lemak akan naik ke permukaan susu dan akan membentuk kepala susu (Undang Santoso, 2001).
            Beberapa kerusakan pada susu yang disebabkan tumbuhnya mikroorganisme antara lain adalah pengasaman dan penggumpalan, berlendir seperti tali yang disebabkan terjadinya pengentalan dan pembentukan lendir oleh beberapa jenis bakteri dan penggumpalan susu yang timbul tanpa penurunan pH. (Titiek dan Rahayu, 2007).
Protein susu sangat diperlukan dalam membentuk jaringan baru di dalam tubuh terutama pada masa pertumbuhan (Winarno 1992).Protein susu sebagian besar adalah kasein yakni sebagai protein utama susu yang berkisar 80% dari semua protein susu (Winarno 1993).
           
           

III. MATERI DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
     Pratikum Produksi Ternak Perah dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 30 November 2012 pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium Produksi Ternak Perah, Universitas Jambi.

3.2 Materi
Adapun materi yang digunakan pada praktikum Pemeriksaan  komposisi susu adalah Laktodensimeter, Termometer, Gelas ukur 100 ml dan 250 ml, Labu erlemeyer 250 ml dan 500 ml, Timbangan analitik skala 0,1 mg, Oven temperatur 1200c, Eksikator, Cawan gelas dengan penutup, berdiameter 5 cm, H2SO pekat (91-92%), Amil alkohol, Butyrometer, Pipet otomat 1 ml± 0,05 ml dan 10 ml, Pipet khusus susu 10,75 ml, Sentrifus, penangas air, Larutan NaOH 0,1 N, Kalium oksalat (K2C2O7.H2O), formalin 35%, Phenolpthaline (PP) 2%, Cobalt sulfat (C0SO4.7H2O), Rosanilin klorida 0,01%, Aquadest, Pipet 1 ml dan 25 ml, Labu erlemeyer, Gelas becker, dan Buret

3.3 Metoda
Pengukuran berat jenis dengan cara sample susu dihomogenkan dengan cara memindahkan dari erlemeyer ke erlemeyer yang lain berulang-ulang secara hati-hati. Sample susu dituangkan kedalam gelas ukur melalui dindingnya agar tidak berbentuk buih. Laktodensimeter dicelupkan kedalam sample susu secara berlahan-lahan, biarkan timbul dan tunggu sampai laktodensimeter berhenti bergerak ( ± 1 menit ). Baca skala yang tertera. Setelah pembacaan selesai, catat suhu yang tertera di laktodesimeter dan ukur suhu sample susu dengan thermometer. Ulangi prosedur diatas sebanyak 2-3 kali. Angka yang diperoleh dirata-ratakan.
Pengukuran bahan kering caranya: keringkan cawan dan tutupnya dalam oven ( 102o c ) selama 10 menit. Setelah itu masukkan cawan kedalam eksikator sampai suhunya sama dengan suhu kamar. Tabung cawan beserta tutupnya. Masukkan 3 ml sample susu kedalam cawan. Timbang kembali cawan yang berisi sample beserta tutupnya. Masukkan cawan kedalam oven ( 102 – 2o c ) dan letakkan tutup cawan disamping cawan. Biarkan selama 1 jam, setelah itu keluarkan dari oven dan masukkan cawan yang telah ditutup kedalam eksikator. Setelah cawan dingin, timbanglah cawan beserta tutupnya. Masukkan kembali cawan kedalam oven, keringkan selama 1 jam. Setelah itu masukkan kembali kedalam eksikator sampai dingin. Timbang kemlai cawan tersebut. Lakukan prosedur tersebut sampai tercapai berat konstan. Penambahan berat cawan pada cawan kosong adalah berat bahan kering sample, kemudian lakukan perhitungan.
Pengukuran kadar lemak dengan metoda gerber dilakukan dengan cara masukan 10 ml h2so4 pekat kedalam butyrometer. Melalui dinding butyrometer, masukan 10,75 ml sample susu secarta hati-hati dan 1 ml amil alcohol. Butyrometer disumbat sampai rapat, kemudian di kocok dengan arah angka delapan selama 3-5 meeit agar bagian-bagian didalamnya tercampur rata. Karena ada reaksi panas yang ditimbulkan, maka dianjurkan sebelum mengocok butyrometer sebaiknya dibungkus dengan kain lap. Setelah terbentuk warna ungu tua sampai kecoklatan, masukan butyrometer kedalam sentrifus dan pasang sentrifus pada 1200 rpm selama 5 menit. Kemudian masukkan butyrpmeter kedalam penangas air dengan suhu 65o c selama 5 menit. Cara meletakkan butyrometer didalam penangas air adalah bagian yang ada sumbatnya di bawah dan bagian yang ada skalanya di atas. Setelah itu baca skala yang tertera pada butyrometer skala tersebut menunjukan persentase kadar lemak.
Pengukuran kadar protein dengan cara masukkan 10 ml susu kedalam erlemeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml aquades serta 0,4 ml larutan calium oksalat jenuh dan 1 ml phenolphtalin 2% diamkan selama 2 menit. Titrasi ca,puran tersebut dengan naoh 0,1 n sampai mencapai warna standar atau warna merah muda. Warna standar yaiotu 10 ml susu + 10 ml aquades + 0,4 ml kalium oksalat jenuh + 1 tetes 0,01% indicator rosanilin klorida. Setelah warna tercapai ,tambahkan 2 ml larutan formalin dan titrasi kembali dengan NaOH sampai warna tercapai kembali. Catatlah titrasi ini. Buatlah titr si blanko yang terdiri dari : 20 ml aquades + 0,4 ml larutan kalium oksalat  jenuh + 1ml indicator phenolphtalin + 2 ml larurtan formalin dan titrasi dengan larutan NaOH. Titrasi terkoreksi yaitu titrasi kedua dikurangi titrasi blanko.















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi air susu adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya. Komposisi utama susu terdiri dari protein, lemak, laktosa, dan mineral. Sebagai bahan pangan, susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai satu kesatuan maupun dari bagian-bagiannya.
Secara fisiologis, susu merupakan sekresi kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983 dijelaskan, susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu sterilisasi (Shiddieqy, 2008). Pangan yang berasal dari ternak harus aman dengan memperhatikan keamanan dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut, sesuai dengan pendapat Bastianelli dan Bas (2002) yang menyatakan bahwa Keamanan pangan asal ternak juga berkaitan dengan kualitas pakan yang diberikan pada ternak.
Pakan dan bahan pakan ternak harus jelas jenis dan asalnya, serta disimpan dengan baik  Hasil pengamatan yang dilakukan praktikan kelompok 4 adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran Berat Jenis Susu
Pada pengukuran berat jenis kita menggunakan Bobot jenis ditera dengan suatu alat yang disebut laktodensimeter. Prinsip kerja alat ini berdasarkan hukum Archimedes yang menyatakan bahwa tiap benda yang dimasukkan  ke dalam zat cair, maka pada benda tersebut akan bekerja tekanan ke atas yang sama dengan berat cairan yang dipindahkan oleh alat tersebut.
Setelah sample susu dihomogenkan dengan memindahkan susu dari erlemeyer yang satu ke erlemeyer yang lain secra berulang-ulang, kemudian dituangkan pada kedalam gelas ukur secara hati-hati agar tidak timbul buih lalu dicelupkan laktodensimeter secara perlahan-lahan sampai laktodensimeter itu berhenti bergerak dan setelah itu catat suhu yang tedapat pada laktodensimeter dan diukur dengan thermometer maka didapat hasil yaitu :

BJ =
BJ =  + (22-20) X 0,0002
                       =1,0290 + 0,0004
                       =1,0294


Gambar 1. Laktodensimeter
Untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat dari Aksi Agraris Kanisius, 2001). Dimana hasil yang didapat ini adalah termasuk dalam golongan normal, karena untuk susu sapi berat jenisnya diatas 1,027. Ada factor yang mempengaruhi dari BJ susu menurut pendapat dari Bearkley,(2000 ) berpendapat bahwa apabila susu makin encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar.         


                                   

                      

                                  
Gambar 2. Pengukuran Berat Jenis
2. Pengukuran Kadar Bahan Kering
Pada pengukuran kadar bahan kering dengan metode pengeringan. Setelah cawan dan tutupny dikeringkan dalam oven (102c) selam 10 menit, kemudian cawan dimasukkan kedalam eksikator sampai suhunya sama dengan suhu kamar, ketiga timbangan cawan berserta tutupnya didapat hasil 23,358 gr ,kemudian  masukkan 3ml sample susu kedalam cawan dan timbang kembali cawan yang berisi sample berserta tutupnya 26,343 gr , masukkan cawan kedalam oven suhu 102oc dan letakkan tutup cawan disamping cawan, biarkan selama 1jam, keluarkan dari oven kemudian masukkan kedalam eksikator. Setelah itu ditimbang kembali didapat hasil 24, 080. Sampel susu ditimbang dahulu sebelum diletakkan didalam cawan khusus yang dipanaskan dengan menggunakan oven dengan temperature ± 1050C, sampel dipanaskan sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan berat (Allen D, Tilman, 2004).

Untuk kadar bahan kering sebenarnya adalah,
G1 = 23,358 gr
G2 = 26,343 gr
G3 = 24,080 gr

Kadar bahan kering     =
                                    = x 100%
                                    = x 100 = 24,18 %




Gambar 3. Pengukuran Bahan Kering

Kadar bahan kering pada susu segar dipengaruhi oleh faktor umur, makanan dan manajemen sapi perah yang baik Kadar bahan kering yang diperoleh praktikan adalah 12.8 % (perhitungan kadar BK ini dapat dilihat dilampiran) . Bahan kering yang terkandung dalam susu merupakan bahan pangan yang sangat penting yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah banyak. Dimana, bahan kering tersebut terdiri dari lemak, protein, laktosa, mineral, enzim, gas, vitamin dan asam (sitrat, format, asetat, laktat dan oksalat).
Dalam tubuh, bahan kering ini sangat berfungsi untuk melaksanakan dan membantu seluruh proses fisiologis tubuh. Salah satu yang penting dari susu adalah laktosa, Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat air susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu dapat menyebabkan mencret atau gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim lactase dalam mukosa usus (Suhendar dkk., 2008).

3. Pengukuran Kadar Lemak
Pada saat pengukuran kadar lemak terjadi kesalahan tekhnis , karena alat yang digunakan untuk pengukuran kadar lemak tersebut rusak maka dari itu pada saat pengukuran hasilnya tidak diketahui. Menurut Undang Santoso, (2001) Susu sapi mengandung lemak sekitar 4,2% lemak tersebut terdapat didalam keadaan emulsi yang tersebar merata dalam susu, dan kalau susu tersebut kita diamkan beberapa lama  maka emulsi lemak akan naik ke permukaan susu dan akan membentuk kepala susu.
Produk susu dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi apabila dalam susu tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma, yaitu menjadi asam, busuk, tidak segar dan susu menggumpal atau memisah. Untuk produk susu cair, perubahan warna biasanya menunjukkan indikasi awal kerusakan produk, yaitu adanya pertumbuhan bakteri dan peningkatan asam. Produk seperti ini sebaiknya tidak dikonsumsi (Anonimus, 2004).
            Hasilnya adalah didapat bahwa kadar lemak 4,8% kadar lemak yang didapat tdak masuk standar kadar lemak susu dikarnakan ada kesalahan atau kebanyakan menggunakan larutan,sehingga hasil tidak maksimal. Bisa di katakana bahwa  Percobaan pada  pengukuran kadar lemak gagal dilakukan karena kesalahan teknis. Dan untuk menyatakan bahwa susu kambing mengandung lemak sekitar 4,8% lemak tersebut terdapat didalam keadaan emulsi yang tersebar merata dalam susu, dan kalau susu tersebut kita diamkan beberapa lama  maka emulsi lemak akan naik ke permukaan susu.
       


















Gambar3. Pengukuran Kadar Lemak dengan Metode Gerber
          Menurut Wahyudi, (2006) menyatakan bahwa Air susu merupakan suspensi alam antara air dan bahan terlarut didalamnya. Salah satu diantaranya adalah lemak. Kadar lemak didalam air susu adalah 3,45%. Kadar lemak sangat berarti dalam penentuan nilai gizi air susu. Bahan makanan hasil olahan dari bahan baku air susu seperti mentega, keju, krim, susu kental dan susu bubuk banyak mengandung lemak.
Kadar lemak air susu normal adalah antara 3,3 – 3,9%. Ketidaknormalan dikarenakan adanya kerusakan pada lemak susu. Hasil dari pemeriksaan kadar lemak pada praktikum bernilai dibawah nilai standar, jadi susu segar maupun susu simpan telah mengalami kerusakan pada lemak susu (Ressang dan Nasution, 2004).
Persentase lemak susu bervariasi antara 2.4 % - 5.5 %. Lemak susu terdiri dari atas trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (fatty acid) melalui ikatan – ikatan ester ( ester bonds). Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikroba dalam rumen ( lambung ruminansia ) atau dari sintesis sel sekretori. Asam lemak disusun rantai hidrokarbon dan golongan karboksil ( carboxyl group ). Sala satu contoh dari asam lemak susu adalah susu butirat ( butirat acid ) berbentuk asam lemak rantai pendek ( short chain fatty acid ) yang akan menyebabkan aroma tengkik ( rancid flavour ) pada susu . Ketika asam butirat ini dipisahkan dari gliserol dengan enzim lipase.
Bentuk lemak di dalam air susu merupakan butir yang di sebut globuler. Besar kecilnya butir lemak ditentukan oleh kadar air yang ada di dalamnya. Makin banyak air, maka makin besar globuler dan keadaan ini di khawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler pecah, maka air susu di sebut pecah. Air  susu yang pecah tidak dapat dipisahkan lagi krimnya, dan tidak dapat dijadikan sebagai bahan makanan.
Kandungan lemak bervariasi antara 3-6 persen (berat basah) yang dalam susu berbentuk globula lemak yang bergaris tengah antara 1-20 mikron, biasanya dalam setiap mililiter susu mengandung kira-kira 3 milyar butiran lemak. Sekitar 98% - 99% lemak susu berbentuk trigliserida, yaitu tiga molekul asam lemak yang diesterifikasikan terhadap gliserol sedangkan lemak yang berbentuk digliserida dan monogliserida masing-masig terdapat sekitar 0,5% dan 0,04 %. Lebih lanjut dijelaskan bahwa lemak terdapat dalam 3 tempat, yaitu di dalan globula, pada membran material dan di dalam serum. Secara kuantitatif lemak tersusun oleh 98% - 99% trigliserida yang terdapat dalam globula lemak, 0,2% - 1,0% fosfolipida yang terdapat dalam membran material dan sebagian di dalam serum. Sisanya adalah sterol, yang kandungannya berkisar antara 0,25% - 0,40%.
Butiran lemak cenderung memisah dan timbul pada permukaan yang merupakan suatu lapisan. Bagian lemak ini disebut krim dan cairan susu yang terdapat di bawahnya disebut skim. Bagian lemak tersebut dapat terpisah dengan mudah karena berat jenisnya kecil. Karena mempunyai luas permukaan yang sangat besar, maka reaksi-reaksi kimia mudah sekali terjadi dipermukaan perbatasan lemak dengan mediumnya.

4. Pengukuran Kadar Bahan kering Tanpa Lemak
                        Bahan kering tanpa lemak adalah bahan kering dalam susu yang telahdikurangi dengan lemak susu yang disingkat dengan BKTL. BKTL terdiri atas protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat dan oksalat), enzim (peroksidase, katalase, fosfatase dan lipase), gas (oksigen dan nitrogen), dan vitamin (Vitamin A, C, D, tiamin dan riboflavin). Jadi BKTL dapat dicari dengan mengetahui kadar lemak terlebih dahulu, sayangnya penentuan kadar lemak gagal diketahui sehingga dalam praktikum tentang komposisi susu ini, kadar BKTL tidak diketahui, jika komponen makanan yang tersebut diatas tidak ada lagi ataupun dalam jumlah yang sangat seddikit, maka susu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan rusak yang sangat besar kemungkinannya disebabkan kesalahan pengelolaan susu mulai dari peternak sampai kepada pengolahnya, hal ini sesuai dengan pendapat Ressang dan Nasution, (1998) yang menyatakan bahwa Kerusakan air susu terjadi apabila telah menunjukkan penyimpangan yang melebihi batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasanya digunakan.
            Kerusakan bahan makanan dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: yaitu pertumbuhan dan aktifitas bakteri, aktifitas enzim, pemanasan atau pendinginan, parasit, serangga, tikus, sinar, udara dan lama penyimpanan. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran bakteri dalam susu meliputi faktor peyakit dan faktor perlakuan seperti: alat yang digunakan tindakan sanitasi dan pemberian pakan sapi.
Dengan mengetahui nilai kadar lemak dan berat jenis, maka kadar bahan kering tanpa lemak (BKTL) sampel susu dapat dihitung. Persentase BKTL dapat menggunakan rumus Herz-Henkel, yaitu:
BKTL (%) =  +  + 0,48
Atau:
BKTL = BK - L
= 24% - 4,8%
            = 19,2%






V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada pratikum pemeriksaan komposisi susu kali ini adalah setelah dilakukan banyak pemeriksaan ternyata didalam air susu tersebut kita dapat mengetahui berapa berat jenis yang dihasilkan susu, berapa kadar bahan kering yang diperoleh pada susu, kadar lemak dengan metode Gerber dan  juga berapa jumlah kadar bahan kering tanpa lemak serta baerapa jumlah protein yang dihasilkan pada air susu. Berat jenis ditera dengan suatu alat uang disebut laktodensimeter. Prinsip kerja alat ini berdasarkan hukum Archimedes yang menyatakan bahwa tiap benda yang dimasukkan  ke dalam zat cair, maka pada benda tersebut akan bekerja tekanan ke atas yang sama dengan berat cairan yang dipindahkan oleh alat tersebut.
5.2 Saran
            Kami berharap semoga praktikum yang akan datang menjadi lebih baik, dan praktikan dapat menciptakan suasana yang kondusif demi kelancaran kegiatan praktikum.





DAFTAR PUTAKA
Aksi Agraris Kanisius. 2001. Penuntun Beternak Sapi Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Allen D, Tilman. 2004. Pemeliharaan Ternak Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonimus, 2007. Penuntun Kesehatan Masyarakat Veteriner (susu, daging dan telur).  
           Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Anonimus, 2007. Penuntun Kesehatan Masyarakat Veteriner (susu, daging dan telur).
           Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Bastianelli, D. and C.L. Bas. 2002. Evaluating the role of animal feed in food safety:
            Perspectives for action. Proceeding of the International Workshop on Food
            Safety Management in Developing Countries. CIRAD-FAO, Montpellier,
            France. p. 11-13.
Bearkley, 2000. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,      
           Yogyakarta.
Cunningham, J.G. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. 3rd Ed. W.B. Saunders
           Company, Philadelphia.
Davendra . (1983).  Produksi Sapi di Daerah Tropis . Universitas Udayana : Bali
Eckles, C.H., Combs and H. Macy. 1998. Milk and product. 4 th. Ed. Mc. Graw Hill
            Publishing Co. Ltd., New Delhi.
Nursholeh.2012.laporan praktikum ptp komposisi susu. fakultas peternakan. Universitas Jambi
Raguarti. 2010. Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan.Universitas Jambi.
Ressang dan Nasution.2000. Teknologi Dan Analisa.Ghalia Indonesia,Jakarta
Sarwono, B. 2003. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Suhendar. Y., W.I. Dadang, T. Mardi, S. Riyanto, I.R. Palupi dan O. Sucahyo, 2008.
            Pasca Panen Lalai Kualitas Susu Terbengkalai. http://www.agrina-online.com.
Titiek F.D. dan S. Rahayu, 2007. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit
            yang Ditimbulkan dan Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian, Vol.26

Winarno, F.G. 1996. Pangan, Gizi, Tekhnologi dan Konsumen. PT. Gramedia
             Pustaka Utama. Jakarta










Tidak ada komentar:

Posting Komentar