PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar Belakang
Ternak-ternak
dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara
mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar
ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan.
Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda
maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging)
serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara
daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang
diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam
jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa:
hijauan dan konsentrat (makanan penguat) (Anonimus 2010).
Ternak
menggunakan komponen zat-zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan
kondisi normal tubuhnya, pertumbuhan jaringan tubuh, berproduksi dan
bereproduksi. Produk-produk ternak, seperti daging, susu, telur dan hasil-hasil
ikutan lain,pada dasarnya merupakan hasil dari serangkaian proses yang
kompleks, mulai dari prosespencernaan sampai metabolisme zat-zat gizi, yang
mengakumulasikan protein, karbohidrat,lemak dan mineral pada jaringan-jaringan
tubuh. Laju akumulasinya menentukan jumlahproduk yang dibentuk dan komposisi
atau kualitas dari produk tersebut ditentukan oleh lajuakumulasi dari
masing-masing komponennya selama waktu tertentu (Kartadiasastra, 1997)
Produksi daging
identik dengan pertumbuhan jaringan pada ternak muda yangbertumbuh. Protein,
karbohidrat dan lemak berakumulasi pada jaringan-jaringan dengan lajuyang sama
dengan perbedaan antara laju sintesis dan katabolismenya. Pada keadaan
normal,laju akumulasi lebih sedikit dibandingkan laju sintesis ataupun laju
katabolismenya.Komponen-komponen organik pada susu dan telur berakumulasi pada
laju yang sama denganlaju sintesisnya karena produk-produk tersebut merupakan
produk sel yang langsungdiekskresikan oleh sel yang bersangkutan dan tidak
mengalami proses katabolik. Tenagayang dibutuhkan untuk mengendalikan rangkaian
proses sintesis tersebut berasal dari energy yang dibebaskan oleh proses
oksidatif dalam sel-sel (Kartadiasastra, 1997)
Laju
akumulasi vitamin dan mineral mempunyai nilai yang penting yang menentukan
kualitas dari produk-produk ternak, akan tetapi memberikan pengaruh yang
terbatas terhadap kuantitas produk. Neraca vitamin dan mineral mempengaruhi
jumlah produk secara tidak langsung, karena metabolisme protein, karbohidrat
dan lemak banyak bergantung pada kehadirannya. Umumnya tanaman mengandung
zat-zat tersebut, karena itu maka dalam makalah ini akan diulas lebih lanjut
tentang bahan pakan asal hijauan tersebut (Kartadiasastra, 1997).
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea.). Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
- Hijauan : 35 - 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.
- Konsentrat : 2 - 5 kg
- Pakan tambahan : 30 - 50 gr (Anonimus 2010).
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea.). Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
- Hijauan : 35 - 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.
- Konsentrat : 2 - 5 kg
- Pakan tambahan : 30 - 50 gr (Anonimus 2010).
Tujuan dan Manfaat
Adapun
tujuan dari praktikum manajemen ternak potong ini yaitu untuk mengetahui sitem
manajemen pemeliharaan sapi potong di peternakan rakyat yang sdah berkembang,
tepatnya di Peternakan Satiman.
Adapun
manfaat dari praktikum Manajemen Ternak Potong ini adalah, kita mengetahui
bagaimana cara memelihara ternak yang baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha pengemukan sapi potong
merupakan salah satu usaha untuk mempercepat dan meningkatkan produksi, karena
dengan usaha ini diharapkan hasil pertambahan berat badan tinggi dan efisien
dan menghasilkan kualitas karkas yang lebih baik (Dyer and O’Mary, 1997).
Feedlot atau penggemukan sapi potong
adalah pemeliharaan sapi dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi
hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk mendapatkan kenaikan
berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal (Blakely dan Bade, 1991).
Dalam usaha feedlot ada beberapa
faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksinya, antara lain pengadaan
pakan baik hijauan maupun konsentrat, penanggulangan penyakit, penanganan
selama pemeliharaan dan pemasarannya. Selain faktor tersebut, faktor genetik
yang meliputi bangsa, umur, berat badan dan jenis kelamin dapat mempengaruhi
produksi dan kualitas daging yang dihasilkan (Anonim, 1996). Ternak akan dapat
tumbuh secara normal jika bahan pakan yang diberikan mengandung protein,
energi, mineral dan vitamin sesuai dengan tujuan peternakan (Tillman et al.,
1984).
Penggemukan
pada sapi selama beberapa bulan sebelum dijual ke pasaran atau pedagang ternak,
sekarang ini sudah umum dilakukan para peternak untuk meningkatkan kualitasnya
sehingga harganyapun lebih tinggi. Usaha penggemukan sapi mendatangkan
keuntungan ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot badan yang
dicapai dalam proses penggemukan, lama penggemukan dan harga daging (Siregar,
2000).
Untuk memperoleh
pertambahan bobot badan yang cepat dan effisien menurut Reksodiprojo (1984)
adalah dengan memperhatikan semua makanan yang diberikan sehingga untuk
keberhasilan dalam usaha penggemukan sapi potong adalah dengan menjalankan
Panca Usaha Ternak, yaitu meliputi: bibit, makanan, tata laksana, kandang dan
kesehatan.
MATERI DAN METODA
Waktu dan manfaat
Praktikum Manajemen Ternak potong
dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Juni 2013 pukul 10.00 samapi 12.30 WIB di
peternakan Pak Satiman.
Materi
Adapun alat yang digunakan yaitu
pena, kertas, kamera.
Metoda
Adapun cara kerja praktikum
manajemen ternak potong ini yaitu praktikan mewawancari peternak yakni Pak
Satiman, kmeudian dicatat dan dimuat dalam laporan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen
pemeliharaan sapi potong sangat diperlukan dalam usaha penggemukan. Hal ini
agar tercapai tujuan dari pemeliharaan utama. Adapun dalam menejemen ini yang
diperhatikan yaitu bibit, kandang, pakan, kesehatan dan penjualan.
Riwayat
Peternak
Pada praktikum manajemen
ternak potong praktikan melaksanakannya di peternakan rakyat yaitu peternakan
Pak Satiman berikut merupakan biodata dari peternak
Desa/kelurahan : DRT. Kenali
Besar
Kecamtan : Kota Baru
Kabupaten/Kota : Kota Jambi
Nama Peternak: Satiman
Peternak memiliki pendidikan hanya tamatan SD, sedangkan pengalaman
beternak sudah selama 23 tahunyakni dimulai dari tahun 1990 hingga seekarang.
Pengetahuan cara beternak yakni dari
turun temurun dari keluarga.
Pak Satiman awalnya bekerja sebagai petani sambil
beternak. Awalnya beternak hanya bertujuan untuk hobi namun akhirnya berakhir
menjadi bisinis yang fungsinya penambah pendapatan hingga tabungan. Awal
bibitnya peternakannnya dengan dibantu oleh pemerintah, dimana bibit diberi
oleh pemerintah
Bangsa-bangsa
Sapi Potong
Adapun
sapi potong yang dipelihara di Peternakan Satiman yakni Sapi Bali, sapi
Simental dan limosin. Berikut ciri-ciri dari sapi potong yang ada di Peternakan
Satiman :
1.
Sapi Bali
Cirinya berwarna
merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat,
punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat
beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

2.
Sapi Simnetal

Sapi Simental
adalah tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata),
di bagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor berwarna putih.
Sapi Simental
berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang
lebih cepat di benua Eropa dan Amerika.
3.
Sapi Limosin
Mempunyai ciri
berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna
putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat
produksi yang baik

Manajemen
Kandang
Untuk
pemeliaraan ternak sapi yang baik peternak memerlukan perkandangan dan
peralatan kandang yang baik yang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak untuk
melindungi dari pengaruh buruk iklim (hujan, panas, angin, temperatur) dan
gangguan lainnya seperti hewan liar dan pencurian ternak. Agar ternak dapat
berproduksi secara optimal maka kandang harus mampu memberikan tempat yang
nyaman bagi ternak. Dalam pembuatan kandang ada tiga faktor yang harus
dipertimbangkan yaitu faktor biologis, faktor teknis dan ekonomis.
Masing-masing faktor dijelaskan sebagai berikut: Faktor Biologis: faktor
biologis, bagi ternak sapi yang perlu dipertimbangkan adalah sensitifitas
respon ternak terhadap unsur iklim. Misal ternak yang sensitif terhadap panas
maka perlu merancang kandang agar tidak menyebabkan iklim didalam kandang
panas. Hal ini bertujuan agar ternak dapat berproduksi secara optimal.
Pada daerah yang padang rumputnya
masih cukup luas, sapi masih bisa dipelihara secara ekstensif (dibiarkan
berkeliaran di padang rumput mencari pakan sendiri tanpa diberi fasilitas
kangdang). Sapi-sapi tersebut dikandangkan hanya pada musim membajak sawah. Ada
juga yang memelihara secara semi instensif, dilepas disiang hari dan
dikandangkan di malam hari. Namun bagi daerah yang lahan untuk ternak sudah
sangat terbatas, fungsi kandang sangat penting untuk memudahkan pemeliharaan
tanpa menggangu kepentingan manusia. Sapi membutuhkan kandang yang sangat
sederhana di banding dengan kandang sapi.
Persyaratan
kandang sapi terbuat dari:
Ø Kandang
sapi terbuat dari bahan-bahan yang murah tapi kuat
Ø Kandang
sapi pada umunya tidak memerlukan atap seperti sapi atau kambing, atap
dibutuhkan hanya untuk melindungi ternak sapi dari sinar matahari
Ø Ternak
Sapi termasuk ternak yang membutuhkan air, jadi biasanya disamping kandang
perlu dibuatkan kubangan yang sewaktu-waktu sapi masuk untuk berkubang
Ø Mengingat
kondisi udara di Indonesia yang panas, maka dinding kandang tidak perlu rapat,
sehingga udara bisa masuk lebih banyak.
Ø Kebutuhan
luasan kandang bagi ternak sapi kurang lebih sama dengan sapi yakni sekitar 12 m2
/ekor.
Manajemen
Bibit
Seleksi sapi
dilakukan untuk mendapatkan calon sapi yang memiliki kualitas dan penampilan
yang bagus. Adapun untuk seleksi bibit sapi dilakukan berdasarkan performan
anak dan individu calon bibit sapi.
Agar
dalam pemeliharaan/budidaya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka
diperlukan seleksi kebau secara baik. Sedangkan untuk mendapatkan sapi yang
baik, maka diperlukan seleksi bibit sapi juga. Seleksi sapi dilakukan untuk
mendapatkan calon sapi yang memiliki kualitas dan penampilan yang bagus. Adapun
seleksi sapi tergantung pada tujuan pemeliharaan, yaitu : 1) Pemeliharaan sapi
untuk mencari pengembangbiakan sebaiknya dipilih sapi yang berusia gudel
pascasapih, karena mudah dipelihara dan diarahkan sebagai calon sapi bibit yang
baik; 2) Untuk memperoleh bibit sapi yang akan dijadikan ternak kerja,
sebaiknya dibeli bibit sapi dengan berat sekitar 200 -250 kg, sudah dilatih
sebagai ternak kerja, sehat dan tidak cacat; 3) Sapi yang akan digemukan sebaiknya
dibeli dalam keadaan kurus tapi sehat, tidak cacat dan berat tubuhnya sekitar
200 kg; 4) Sapi yang akan dijadikan ternak perah, sebaiknya dipilih sapi yang
termasuk tipe perah seperti sapi Murrah. Bibit sapi perah dapat diperoleh dari sapi
hasil pembibitan atau sapi yang sudah dipelihara sebagai ternak perah.
Untuk
seleksi bibit sapi dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon
bibit sapi, kriteria seleksi yang dapat digunakan, yaitu : 1) Seleksi dilakukan
oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan dikembangkan di peternakan maupun
terhadap keturunan/bibit ternak yang diproduksi baik oleh kelompok peternak
rakyat maupun perusahaan peternakan untuk keperluan peremajaan atau dijual
sebagai bibit; 2) Seleksi calon bibit jantan dipilih dari hasil perkawinan 5 -
10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina unggul 75 - 80 % dari
populasi selanjutnya dilakukan uji performan yang dilanjutkan dengan uji zuirat
untuk menghasilkan proven bull; 3) Seleksi calon bibit betina dipilih dari hasil
perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina unggul 75 -
80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan.
Persyaratan
teknis secara umum : 1) Sapi bebas dari penyakit, terutama penyakit menular
seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), radang limpa (Anthraks), Septichaemia
Epizootica (SE), kluron menular (Brucellosis), dan lain-lain; 2) Sapi bibit
harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan),
tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat
kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; 3) Semua sapi bibit betina
harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukan
gejala kemandulan; 4) Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak
menderita cacat pada alat kelminnya.
Manajemen
Pakan
Pakan merupakan salah satu unsur yang sangat enting dalam
menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Kebutuhan pakan
akan meningkat selama ternak masih dalam masa pertumbuhan berat tubuh dan masa
kebuntingan. Secara umum, jumlah kebutuhan hijaun adalah 10 % dari berat tubuh ternak
dan diberikan dua kali dari jumlah makanan hijaun yang diperlukan.
Pemberian pakan pada sapi disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan dan
ukuran tubuhnya. Kebutuhan pakan sapi dengan berat badan sekitar 500kg, untuk
hidup pokok membutuhkan 7-9kg bahan kering. Bagi ternak sapi yang bekerja perlu
ditambahkan sekitar 1/3 hari dari kebutuhan pokonya. Penambahan yang sama
bahkan lebih dari induk yang sedang menyusui.
Penelitian
menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja,
kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah
satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan
dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas
tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan.
Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga
ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna
hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat
badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang
dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah,
setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.(Agus, 2012)
Di peternakan
Satiman sapi dieri pakan rumput-rumputan unggul seperti rumput benggala, rumput
alam dan legum. Diberikan dua kali seahri yakni pada pagi hari dan sore hari.
Dimana hijauan di cut and carry dari rumput sekitar. Rumpput yang diberikan 10%
dari bobot badan jika habis diberikan lagi, jadi secara kontinu. Pemberian air
diberikan secara adlibitum. Selain diberi konsentrat dan hijauan diberikan pakan
tambahan yakni taik minyak. Taik minyak yaitu sisa dari pembuatan minyak sayur
dari santan kelapa.
Manajemen
Perkawinan
Sistem
perkawinan merupakan sebuah gambaran dari beberapa metode perkawinan untuk program
pengembakbiakan sapi. Masa berahi seekor sapi cukup singkat, maka perlu
pengamatan secara teliti terhadap tanda - tanda berahi seekor ternak agar
program perkawinan dapat berjalan sesuai rencana.
Sapi betina
umumnya beranak pertama kali pada umur 15 bulan dengan lama kebuntingan 9
bulan. Bila pakannya cukup memadai maka 3-4 bulan setelah melahirkan induk sapi
biasanya sudah dapat dikawinkan lagi. Sebagian petani melaporkan jarak beranak
selama 14 bulan. Namun umumnya ditemui bahwa usia kebuntingan induk sekitar dua
bulan pada saat anak sudah berumur setahun. Dengan demikian jarak beranak
menjadi 21 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reproduksi sapi hanya
mencapai 60%. Apabila dikelola dengan baik maka jarak beranak dapat
dipersingkat lagi, terutama dengan penyediaan pakan yang memadai bagi kebutuhan
induk dan bagi produksi susunya.
Pada
peternakan Satiman sistem perkawinannya yakni perkawinan buatan yakni IB
(Inseminasi Buatan). Perkawinan buatan sering dikenal dengan Inseminasi Buatan
(IB) atau Artificial Insemination (AI) yaitu dengan cara memasukkan sperma
kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus (Blakely
dan Bade, 1998). Melalui inseminasi buatan (IB), sapi tersebut menunjukkan
gejala-gejala berahi dan mencocokkan data yang ada dalam satu siklus.
Tujuan Inseminasi Buatan
Tujuan Inseminasi Buatan
a. Memperbaiki
mutu genetika ternak
b. Tidak
mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga
mengurangi biaya;
c. Mengoptimalkan
penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama
d. Meningkatkan
angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
e. Mencegah
penularan / penyebaran penyakit kelamin.
f.
Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)
a. Menghemat
biaya pemeliharaan ternak jantan;
b. Dapat
mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
c. Mencegah
terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
d. Dengan
peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang
lama
e. Semen
beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah
mati;
f. Menghindari
kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan
terlalu besar;
g. Menghindari
ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan
hubungan kelamin.
Sesudah
beranak, saluran reproduksi (uterus) akan kembali ke bentuk serta ukuran
semula. Proses pengembalian ini berlangsung selama 25 - 35 hari. Namun
demikian, proses tersebut dapat lebih lama lagi uterus terinfeksi sesudah
beranak. Hal ini dapat terjadi jika induk beranak dalam kondisi kurang higienis
atau dalam keadaan abnormal seperti distocia, uterus mengalami prolapus dan
plasenta tertarik.
Tanda-tanda birahi akan tampak 30 -
60 hari sesudah beranak. Perkawinan yang dilakukan dengan tidak memperhatikan
musim kawin, akan mengurangi nilai keberhasilan. Kegagalan perkawinan akan
nambah panjang jarak antara satu kelahiran dan kelahiran berikutnya. Apabila
melihat jarak antara 2 kelahiran dan lama kebuntingan masing-masing 450 - 580
hari dan 310 - 317 hari, maka terkesan bahwa sapi tersebut tidak bunting cukup
lama.
Kesehatan Ternak
Untuk mendukung
kesehatan ternak sapi agar dapat berproduksi dengan maksimal maka di Peternakan
Sapi Jantan Perkasa dilakukan program
kesehatan secara rutin. Diantaranya adalah: setiap 3 bulan sekali ternak diberi
obat cacing, dan pengobatan dengan segera bila terdapat gejala penyakit pada
ternak.
Kebutuhan
pemeliharaan kesehatan hewan secara alami semakin lama semakin meningkat.
Metode pemeliharaan kesehatan hewan secara alami tidak menyembuhkan penyakit
secara langsung, tetapi memulihkan kekuatan pada hewan tersebut untuk mampu
melawan penyakit dengan sendirinya hingga sembuh.
Penggunaan
bahan-bahan alami untuk menjaga kesehatan hewan dan bahkan penyembuhan penyakit
pada hewan akan mengembalikan fungsi fisiologi dan kimiawi dari hewan tersebut
sehingga semua organ hingga tingkat sel mampu berfungsi sebagai mana mestinya
sehingga bisa terhindar dan menyembuhkan dirinya sendiri dari penyakit serta
memiliki tingkat produktifitas yang tinggi dengan kondisi tubuh yang optimal.
Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif
akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi,
sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai
kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
Di peternakan pak Satiman kesehatan
ternaknya sangat terjaga, dan jika ternaknya mengalami sakit maka ternak
tersebut di beri obat oleh Dokter hewan, dokter hewan tersebut adalah anak pak
Satimah itu sendiri. Adapun penyakit yang pernah menyerang sapi di peternakan
pak Satiman adalah Mencret.
Pemasaran
Hasil
produksi usaha pembibitan sapi Jantan a sebagian besar dipasarkan diseputar
lingkungan Jambi. Proses penjualannya, pembeli datang sendiri dilokasi
peternakan Sapi Pak Satiman itu sendiri. Kebanyakan konsumen yang datang
membeli sapi untuk dipotong.
PENUTUP
Kesimpulan
Pada praktikum yang
telah dilakukan pada hari Sabtu 8 Juni
2013 sampai pembahasan yang telah
dibahas diatas maka dapat disimpulkan bahwa peternakan sapi pak Satiman dengan
sistem di kandangkan terus - menerus, tidak pernah dilepaskan atau
digembalakan. Pemberian pakannya secara terus-menerus, jika habis pakan
diberikan kembali. Dan kesehatan ternak ditanggulangi sendiri oleh anaknya
sendiri selaku dokter hewan.
Saran
Praktikan
seharusnya dapat berkunjung ke tempat peternakan lainnya agar dapat
membandingkan manajemen peternakan yang baik. Dan dapat mengaplikasikan ke
kehidupannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012a.budidayaternak.comxa.Penggemukan sapi potong
.Diakses pada tanggal 12 juni 2012
Anonim.2012c. peternakanunhas.blogspot.com/2011/04/penilaian-eksterior-tubuh-ternak. Diakses
pada tanggal 12 juni 2012
Anonim.2012 d.
hkti.org/2012/04/12/sapi-potong-untuk-penggemukan. Diakses
pada tanggal 12 juni 2012
Anonim.2012e.scribd.com/doc/19206169/Teknologi-Penggemukan-Sapi-Potong. Diakses
pada tanggal 12 juni 2012
Aritonang, D.
1995. Babi Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.
Blakely, J. Dan D.H. Blade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Bundy, C., R. V. Diggins and V. W. Christensen. 1976. Swine Production.
Iowa State University, USA.
http://sapi.penawaran.net/jenis-sapi-limousin-sapi-po-peranakan-ongole-sapi-simental-sapi-bali
http://agusafwantonofpp.blogspot.com/2012/09/jenis-jenis-sapi-potong-dan-cara.html
khaeryah.blogspot.com/2010/10/manajemen-ternak-potong-jenis-kandang.
Diakses pada tanggal 12 juni 2012
Pond, W. G. dan J. H. Manner. 1974. Swine Production in Temperate and
Tropical Environments. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.
Sihombing, D.T.H. .1997 . Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sastroamidjojo, S.M. 1985. Ternak Potong dan Kerja.
CV.Yasaguna, Jakarta.
Williamson,
G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Daerah Tropis. Universitas
Gadjah Mada Press, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar