Selasa, 28 Juli 2015

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat) (Anonimus 2010).
Ternak menggunakan komponen zat-zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan kondisi normal tubuhnya, pertumbuhan jaringan tubuh, berproduksi dan bereproduksi. Produk-produk ternak, seperti daging, susu, telur dan hasil-hasil ikutan lain,pada dasarnya merupakan hasil dari serangkaian proses yang kompleks, mulai dari prosespencernaan sampai metabolisme zat-zat gizi, yang mengakumulasikan protein, karbohidrat,lemak dan mineral pada jaringan-jaringan tubuh. Laju akumulasinya menentukan jumlahproduk yang dibentuk dan komposisi atau kualitas dari produk tersebut ditentukan oleh lajuakumulasi dari masing-masing komponennya selama waktu tertentu (Kartadiasastra, 1997)
Produksi daging identik dengan pertumbuhan jaringan pada ternak muda yangbertumbuh. Protein, karbohidrat dan lemak berakumulasi pada jaringan-jaringan dengan lajuyang sama dengan perbedaan antara laju sintesis dan katabolismenya. Pada keadaan normal,laju akumulasi lebih sedikit dibandingkan laju sintesis ataupun laju katabolismenya.Komponen-komponen organik pada susu dan telur berakumulasi pada laju yang sama denganlaju sintesisnya karena produk-produk tersebut merupakan produk sel yang langsungdiekskresikan oleh sel yang bersangkutan dan tidak mengalami proses katabolik. Tenagayang dibutuhkan untuk mengendalikan rangkaian proses sintesis tersebut berasal dari energy yang dibebaskan oleh proses oksidatif dalam sel-sel (Kartadiasastra, 1997)
Laju akumulasi vitamin dan mineral mempunyai nilai yang penting yang menentukan kualitas dari produk-produk ternak, akan tetapi memberikan pengaruh yang terbatas terhadap kuantitas produk. Neraca vitamin dan mineral mempengaruhi jumlah produk secara tidak langsung, karena metabolisme protein, karbohidrat dan lemak banyak bergantung pada kehadirannya. Umumnya tanaman mengandung zat-zat tersebut, karena itu maka dalam makalah ini akan diulas lebih lanjut tentang bahan pakan asal hijauan tersebut (Kartadiasastra, 1997).
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea.). Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :        
- Hijauan : 35 - 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.        
- Konsentrat : 2 - 5 kg
- Pakan tambahan : 30 - 50 gr (Anonimus 2010).      
Tujuan dan Manfaat
            Adapun tujuan dari praktikum manajemen ternak potong ini yaitu untuk mengetahui sitem manajemen pemeliharaan sapi potong di peternakan rakyat yang sdah berkembang, tepatnya di Peternakan Satiman.
            Adapun manfaat dari praktikum Manajemen Ternak Potong ini adalah, kita mengetahui bagaimana cara memelihara ternak yang baik.







TINJAUAN PUSTAKA

Usaha pengemukan sapi potong merupakan salah satu usaha untuk mempercepat dan meningkatkan produksi, karena dengan usaha ini diharapkan hasil pertambahan berat badan tinggi dan efisien dan menghasilkan kualitas karkas yang lebih baik (Dyer and O’Mary, 1997).
Feedlot atau penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk mendapatkan kenaikan berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal (Blakely dan Bade, 1991).
Dalam usaha feedlot ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksinya, antara lain pengadaan pakan baik hijauan maupun konsentrat, penanggulangan penyakit, penanganan selama pemeliharaan dan pemasarannya. Selain faktor tersebut, faktor genetik yang meliputi bangsa, umur, berat badan dan jenis kelamin dapat mempengaruhi produksi dan kualitas daging yang dihasilkan (Anonim, 1996). Ternak akan dapat tumbuh secara normal jika bahan pakan yang diberikan mengandung protein, energi, mineral dan vitamin sesuai dengan tujuan peternakan (Tillman et al., 1984).
          Penggemukan pada sapi selama beberapa bulan sebelum dijual ke pasaran atau pedagang ternak, sekarang ini sudah umum dilakukan para peternak untuk meningkatkan kualitasnya sehingga harganyapun lebih tinggi. Usaha penggemukan sapi mendatangkan keuntungan ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot badan yang dicapai dalam proses penggemukan, lama penggemukan dan harga daging (Siregar, 2000).
Untuk memperoleh pertambahan bobot badan yang cepat dan effisien menurut Reksodiprojo (1984) adalah dengan memperhatikan semua makanan yang diberikan sehingga untuk keberhasilan dalam usaha penggemukan sapi potong adalah dengan menjalankan Panca Usaha Ternak, yaitu meliputi: bibit, makanan, tata laksana, kandang dan kesehatan.       
         
MATERI DAN METODA
Waktu dan manfaat
            Praktikum Manajemen Ternak potong dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Juni 2013 pukul 10.00 samapi 12.30 WIB di peternakan Pak Satiman.
Materi
            Adapun alat yang digunakan yaitu pena, kertas, kamera.
Metoda
            Adapun cara kerja praktikum manajemen ternak potong ini yaitu praktikan mewawancari peternak yakni Pak Satiman, kmeudian dicatat dan dimuat dalam laporan.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen pemeliharaan sapi potong sangat diperlukan dalam usaha penggemukan. Hal ini agar tercapai tujuan dari pemeliharaan utama. Adapun dalam menejemen ini yang diperhatikan yaitu bibit, kandang, pakan, kesehatan dan penjualan.

Riwayat Peternak
Pada praktikum manajemen ternak potong praktikan melaksanakannya di peternakan rakyat yaitu peternakan Pak Satiman berikut merupakan biodata dari peternak
Desa/kelurahan : DRT. Kenali Besar
Kecamtan : Kota Baru
Kabupaten/Kota : Kota Jambi
Nama Peternak: Satiman
Peternak memiliki pendidikan hanya tamatan SD, sedangkan pengalaman beternak sudah selama 23 tahunyakni dimulai dari tahun 1990 hingga seekarang. Pengetahuan cara  beternak yakni dari turun temurun dari keluarga.
            Pak Satiman awalnya bekerja sebagai petani sambil beternak. Awalnya beternak hanya bertujuan untuk hobi namun akhirnya berakhir menjadi bisinis yang fungsinya penambah pendapatan hingga tabungan. Awal bibitnya peternakannnya dengan dibantu oleh pemerintah, dimana bibit diberi oleh pemerintah


Bangsa-bangsa Sapi Potong
            Adapun sapi potong yang dipelihara di Peternakan Satiman yakni Sapi Bali, sapi Simental dan limosin. Berikut ciri-ciri dari sapi potong yang ada di Peternakan Satiman :
1.      Sapi Bali
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

Sapi Bali
2.      Sapi Simnetal
Sapi Simental
Sapi Simental adalah tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), di bagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor berwarna putih.
Sapi Simental berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika.
3.    Sapi Limosin
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik
Sapi Limousin

Manajemen Kandang
            Untuk pemeliaraan ternak sapi yang baik peternak memerlukan perkandangan dan peralatan kandang yang baik yang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak untuk melindungi dari pengaruh buruk iklim (hujan, panas, angin, temperatur) dan gangguan lainnya seperti hewan liar dan pencurian ternak. Agar ternak dapat berproduksi secara optimal maka kandang harus mampu memberikan tempat yang nyaman bagi ternak. Dalam pembuatan kandang ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan yaitu faktor biologis, faktor teknis dan ekonomis. Masing-masing faktor dijelaskan sebagai berikut: Faktor Biologis: faktor biologis, bagi ternak sapi yang perlu dipertimbangkan adalah sensitifitas respon ternak terhadap unsur iklim. Misal ternak yang sensitif terhadap panas maka perlu merancang kandang agar tidak menyebabkan iklim didalam kandang panas. Hal ini bertujuan agar ternak dapat berproduksi secara optimal.
Pada daerah yang padang rumputnya masih cukup luas, sapi masih bisa dipelihara secara ekstensif (dibiarkan berkeliaran di padang rumput mencari pakan sendiri tanpa diberi fasilitas kangdang). Sapi-sapi tersebut dikandangkan hanya pada musim membajak sawah. Ada juga yang memelihara secara semi instensif, dilepas disiang hari dan dikandangkan di malam hari. Namun bagi daerah yang lahan untuk ternak sudah sangat terbatas, fungsi kandang sangat penting untuk memudahkan pemeliharaan tanpa menggangu kepentingan manusia. Sapi membutuhkan kandang yang sangat sederhana di banding dengan kandang sapi.
Persyaratan kandang sapi terbuat dari:
Ø  Kandang sapi terbuat dari bahan-bahan yang murah tapi kuat
Ø  Kandang sapi pada umunya tidak memerlukan atap seperti sapi atau kambing, atap dibutuhkan hanya untuk melindungi ternak sapi dari sinar matahari
Ø  Ternak Sapi termasuk ternak yang membutuhkan air, jadi biasanya disamping kandang perlu dibuatkan kubangan yang sewaktu-waktu sapi masuk untuk berkubang
Ø  Mengingat kondisi udara di Indonesia yang panas, maka dinding kandang tidak perlu rapat, sehingga udara bisa masuk lebih banyak.
Ø  Kebutuhan luasan kandang bagi ternak sapi kurang lebih sama dengan sapi yakni sekitar 12 m2 /ekor.
Manajemen Bibit
Seleksi sapi dilakukan untuk mendapatkan calon sapi yang memiliki kualitas dan penampilan yang bagus. Adapun untuk seleksi bibit sapi dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon bibit sapi.
            Agar dalam pemeliharaan/budidaya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka diperlukan seleksi kebau secara baik. Sedangkan untuk mendapatkan sapi yang baik, maka diperlukan seleksi bibit sapi juga. Seleksi sapi dilakukan untuk mendapatkan calon sapi yang memiliki kualitas dan penampilan yang bagus. Adapun seleksi sapi tergantung pada tujuan pemeliharaan, yaitu : 1) Pemeliharaan sapi untuk mencari pengembangbiakan sebaiknya dipilih sapi yang berusia gudel pascasapih, karena mudah dipelihara dan diarahkan sebagai calon sapi bibit yang baik; 2) Untuk memperoleh bibit sapi yang akan dijadikan ternak kerja, sebaiknya dibeli bibit sapi dengan berat sekitar 200 -250 kg, sudah dilatih sebagai ternak kerja, sehat dan tidak cacat; 3) Sapi yang akan digemukan sebaiknya dibeli dalam keadaan kurus tapi sehat, tidak cacat dan berat tubuhnya sekitar 200 kg; 4) Sapi yang akan dijadikan ternak perah, sebaiknya dipilih sapi yang termasuk tipe perah seperti sapi Murrah. Bibit sapi perah dapat diperoleh dari sapi hasil pembibitan atau sapi yang sudah dipelihara sebagai ternak perah.
            Untuk seleksi bibit sapi dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon bibit sapi, kriteria seleksi yang dapat digunakan, yaitu : 1) Seleksi dilakukan oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan dikembangkan di peternakan maupun terhadap keturunan/bibit ternak yang diproduksi baik oleh kelompok peternak rakyat maupun perusahaan peternakan untuk keperluan peremajaan atau dijual sebagai bibit; 2) Seleksi calon bibit jantan dipilih dari hasil perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina unggul 75 - 80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan yang dilanjutkan dengan uji zuirat untuk menghasilkan proven bull; 3) Seleksi calon bibit betina dipilih dari hasil perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina unggul 75 - 80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan.
            Persyaratan teknis secara umum : 1) Sapi bebas dari penyakit, terutama penyakit menular seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), radang limpa (Anthraks), Septichaemia Epizootica (SE), kluron menular (Brucellosis), dan lain-lain; 2) Sapi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; 3) Semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukan gejala kemandulan; 4) Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelminnya.


Manajemen Pakan
            Pakan merupakan salah satu unsur yang sangat enting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Kebutuhan pakan  akan meningkat selama ternak masih dalam masa pertumbuhan berat tubuh dan masa kebuntingan. Secara umum, jumlah kebutuhan hijaun adalah 10 % dari berat tubuh ternak dan diberikan dua kali dari jumlah makanan hijaun yang diperlukan.
Pemberian pakan pada sapi disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan dan ukuran tubuhnya. Kebutuhan pakan sapi dengan berat badan sekitar 500kg, untuk hidup pokok membutuhkan 7-9kg bahan kering. Bagi ternak sapi yang bekerja perlu ditambahkan sekitar 1/3 hari dari kebutuhan pokonya. Penambahan yang sama bahkan lebih dari induk yang sedang menyusui.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.(Agus, 2012)
Di peternakan Satiman sapi dieri pakan rumput-rumputan unggul seperti rumput benggala, rumput alam dan legum. Diberikan dua kali seahri yakni pada pagi hari dan sore hari. Dimana hijauan di cut and carry dari rumput sekitar. Rumpput yang diberikan 10% dari bobot badan jika habis diberikan lagi, jadi secara kontinu. Pemberian air diberikan secara adlibitum. Selain diberi konsentrat dan hijauan diberikan pakan tambahan yakni taik minyak. Taik minyak yaitu sisa dari pembuatan minyak sayur dari santan kelapa.

Manajemen Perkawinan
Sistem perkawinan merupakan sebuah gambaran dari beberapa metode perkawinan untuk program pengembakbiakan sapi. Masa berahi seekor sapi cukup singkat, maka perlu pengamatan secara teliti terhadap tanda - tanda berahi seekor ternak agar program perkawinan dapat berjalan sesuai rencana.
Sapi betina umumnya beranak pertama kali pada umur 15 bulan dengan lama kebuntingan 9 bulan. Bila pakannya cukup memadai maka 3-4 bulan setelah melahirkan induk sapi biasanya sudah dapat dikawinkan lagi. Sebagian petani melaporkan jarak beranak selama 14 bulan. Namun umumnya ditemui bahwa usia kebuntingan induk sekitar dua bulan pada saat anak sudah berumur setahun. Dengan demikian jarak beranak menjadi 21 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reproduksi sapi hanya mencapai 60%. Apabila dikelola dengan baik maka jarak beranak dapat dipersingkat lagi, terutama dengan penyediaan pakan yang memadai bagi kebutuhan induk dan bagi produksi susunya.
            Pada peternakan Satiman sistem perkawinannya yakni perkawinan buatan yakni IB (Inseminasi Buatan). Perkawinan buatan sering dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB) atau Artificial Insemination (AI) yaitu dengan cara memasukkan sperma kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus (Blakely dan Bade, 1998). Melalui inseminasi buatan (IB), sapi tersebut menunjukkan gejala-gejala berahi dan mencocokkan data yang ada dalam satu siklus.        
Tujuan Inseminasi Buatan
a.    Memperbaiki mutu genetika ternak
b.    Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
c.    Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama
d.   Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
e.    Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.       

f.      
Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) 
a.      Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
b.      Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik; 
c.      Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);  
d.     Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama
e.      Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
f.       Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
g.      Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

            Sesudah beranak, saluran reproduksi (uterus) akan kembali ke bentuk serta ukuran semula. Proses pengembalian ini berlangsung selama 25 - 35 hari. Namun demikian, proses tersebut dapat lebih lama lagi uterus terinfeksi sesudah beranak. Hal ini dapat terjadi jika induk beranak dalam kondisi kurang higienis atau dalam keadaan abnormal seperti distocia, uterus mengalami prolapus dan plasenta tertarik.
            Tanda-tanda birahi akan tampak 30 - 60 hari sesudah beranak. Perkawinan yang dilakukan dengan tidak memperhatikan musim kawin, akan mengurangi nilai keberhasilan. Kegagalan perkawinan akan nambah panjang jarak antara satu kelahiran dan kelahiran berikutnya. Apabila melihat jarak antara 2 kelahiran dan lama kebuntingan masing-masing 450 - 580 hari dan 310 - 317 hari, maka terkesan bahwa sapi tersebut tidak bunting cukup lama.
Kesehatan Ternak
Untuk mendukung kesehatan ternak sapi agar dapat berproduksi dengan maksimal maka di Peternakan Sapi  Jantan Perkasa dilakukan program kesehatan secara rutin. Diantaranya adalah: setiap 3 bulan sekali ternak diberi obat cacing, dan pengobatan dengan segera bila terdapat gejala penyakit pada ternak.
Kebutuhan pemeliharaan kesehatan hewan secara alami semakin lama semakin meningkat. Metode pemeliharaan kesehatan hewan secara alami tidak menyembuhkan penyakit secara langsung, tetapi memulihkan kekuatan pada hewan tersebut untuk mampu melawan penyakit dengan sendirinya hingga sembuh.
Penggunaan bahan-bahan alami untuk menjaga kesehatan hewan dan bahkan penyembuhan penyakit pada hewan akan mengembalikan fungsi fisiologi dan kimiawi dari hewan tersebut sehingga semua organ hingga tingkat sel mampu berfungsi sebagai mana mestinya sehingga bisa terhindar dan menyembuhkan dirinya sendiri dari penyakit serta memiliki tingkat produktifitas yang tinggi dengan kondisi tubuh yang optimal.
Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
            Di peternakan pak Satiman kesehatan ternaknya sangat terjaga, dan jika ternaknya mengalami sakit maka ternak tersebut di beri obat oleh Dokter hewan, dokter hewan tersebut adalah anak pak Satimah itu sendiri. Adapun penyakit yang pernah menyerang sapi di peternakan pak Satiman adalah Mencret.
Pemasaran
Hasil produksi usaha pembibitan sapi Jantan a sebagian besar dipasarkan diseputar lingkungan Jambi. Proses penjualannya, pembeli datang sendiri dilokasi peternakan Sapi Pak Satiman itu sendiri. Kebanyakan konsumen yang datang membeli sapi untuk dipotong.



PENUTUP
Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan pada hari Sabtu 8 Juni  2013  sampai pembahasan yang telah dibahas diatas maka dapat disimpulkan bahwa peternakan sapi pak Satiman dengan sistem di kandangkan terus - menerus, tidak pernah dilepaskan atau digembalakan. Pemberian pakannya secara terus-menerus, jika habis pakan diberikan kembali. Dan kesehatan ternak ditanggulangi sendiri oleh anaknya sendiri selaku dokter hewan.
Saran
Praktikan seharusnya dapat berkunjung ke tempat peternakan lainnya agar dapat membandingkan manajemen peternakan yang baik. Dan dapat mengaplikasikan ke kehidupannya masing-masing.











DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012a.budidayaternak.comxa.Penggemukan sapi potong .Diakses pada tanggal 12 juni 2012
Aritonang, D. 1995. Babi Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.
Blakely, J. Dan D.H. Blade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Bundy, C., R. V. Diggins and V. W. Christensen. 1976. Swine Production. Iowa State University, USA.
http://sapi.penawaran.net/jenis-sapi-limousin-sapi-po-peranakan-ongole-sapi-simental-sapi-bali
http://agusafwantonofpp.blogspot.com/2012/09/jenis-jenis-sapi-potong-dan-cara.html
khaeryah.blogspot.com/2010/10/manajemen-ternak-potong-jenis-kandang. Diakses pada tanggal 12 juni 2012
Pond, W. G. dan J. H. Manner. 1974. Swine Production in Temperate and Tropical Environments. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.
Sihombing, D.T.H. .1997 . Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sastroamidjojo, S.M. 1985. Ternak Potong dan Kerja. CV.Yasaguna, Jakarta.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Daerah Tropis. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar