PENDAHULUAN
Latar belakang
Integrasi ternak dalam usaha tani adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak sapi di areal tanaman tanpa mengurangi aktivitas dan
produktivitas tanaman bahkan
keberadaan ternak sapi ini dapat
meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus
meningkatkan produksi sapi itu
sendiri.Ternak sapi yang diintegrasikan dengan tanaman mampu memanfaatkan produk
ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa
hasil tanaman) untuk pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan
baku pupuk organik sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman.Sejalan dengan program pemerintah dalam peningkatan
populasi dan produksi ternak sapi
yaitu melalui program-program bantuan pengadaan bibit sapi maka hal ini sangat baik untuk penerapan integrasi ternak sapi dalam usaha tani
tanaman.Dalam tulisan ini akan
diuraikan integrasi ternak sapi dengan
tanaman pangan meliputi tanaman padi.
Berkurangnya
lahan mengakibatkan ketersediaan sumber pakan untuk ternak berkurang. Integrasi
ternak pada perkebunan menjadi trend masa kini (Dwatmadji et al., 2004). Sampai saat ini Indonesia adalah produsen sawit
terbesar di dunia dengan areal 6,78 juta hektare dan produksi 17,37 juta
ton/tahun. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging
terbanyak dan tergolong dalam jenis ruminansia yang mampu mengkonsumsikan pakan
berserat tinggi seperti hijauan dan konsentrat dalam jumlah banyak.
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering
disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan
dan pertanian.Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di
lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah
karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan
untuk pakan ternak.Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk
memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi
kesuburan tanah.Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi,
mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan
efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya.
Pengembangan
ternak sapi dalam 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) akan tetap diarahkan
untuk pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDS/K), dimana di
dalamnya juga menyangkut aspek pakan. Konsep integrasi ternak dalam usahatani
tanaman baik itu tanaman perkebunan, pangan atau hortikultura adalah
menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak, tanpa mengurangi aktifitas dan
produktifitas tanaman. Bahkan keberadaan ternak ini harus dapat meningkatkan
produktifitas tanaman sekaligus dengan produksi ternaknya. Integrasi ternak
bertujuan agar terjadi senergi saling menguntungkan (mutualism sinergicity) dan
pada akhirnya dapat membantu mengurangi biaya produksi.
Sistem integrasi padi-ternak merupakan salah satu upaya
meningkatkan pendapatan petani, melalui
peningkatan produksi padi yang diintegrasikan secara sinergis dengan pemeliharaan ternak
sapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan usahatani sapi yang diintegrasikan dengan
tanaman padi berbasis inovasi teknologi terhadap
pendapatan petani. Pola integrasinya adalah memanfaatkan jerami padi untuk pakan sapi dan kotoran sapi
untuk pupuk tanaman.
Laporan
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Integrasi Ternak dan Tanaman ini disusun
untuk mengetahui hasil dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan dan untuk
mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan dan kekurangan-kekurangan
dalam pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dievaluasi.
Agar proses pemanfaatan tersebut
dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi
pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor
produksi tanaman, peternakan maupun
perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan
tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena
pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi
peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas
dan efisiensi produksi akan tercapai.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menegtahui peranan
usaha tani sapi terintegrasikan dengan tanaman padi berbasis inovasi teknologi
terhadapa pendapatan petani, dengan cara memanfaatkan limbahbaik itu limbah ternak, maupun limbah
hasil pertanian.
Manfaat dari praktikum ini yaitu kita dapat mengetahui hasil
dari diintegrasikan nya antara peternakan sapi potong dengan usaha tani berupa
pertanian padi, dengan berbasis teknologi pemanfaatn limbah ternak dan limbah
hasil pertanian.
Waktu
dan Tempat
Adapun raktikum Integrasi Peternakan
ini dilaksanakan pada pada hari Minggu,20
Oktober 2013, Pukul 09.00
WIB di Desa Pudak dengan kelompok tani Usaha Sepakat.
Materi
Adapun
materi yang digunakan pada praktikum ini yaitu buku, pena, kamera.
Metoda
Cara
praktikum integrasi peternakan ini adalah para praktikan mengamati usaha
petani, kemudian dicatat dan dibandingkan dengan materi yang telah diberiikan
oleh dosen.
PEMBAHASAN
Pembangunan peternakan sebagai bagian integral
dari pembangunan pertanian sebagaimana yang tercantum dalam arah dan kebijakan
pembangunan nasional yang pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai produksi,
memperluas lapangan kerja, menunjang sektor industri dan ekspor, mencapai
pendapatan dan gizi masyarakat yang pada akhirnya secara keseluruhan dapat
diharapkan mencapai kesejahteraan masyarakat.
Program
keterpaduan antara kelapa sawit dan ternak ruminansia harus didukung dengan
penerapan teknologi yang tepat/sesuai, sehingga produksi yang dihasilkan dapat
lebih efisien, berdaya saing dan berkelanjutan. Pada dasarnya sistem
keterpaduan ini menjadi daur ulang sumberdaya yang tersedia secara optimal
(Wijono et al.,2003).
Menurut Kusnadi dan Prawiradiputra (1993) integrasi ternak
dan tanaman dapat meningkatkan pendapatan antara
14,9-129,4%. Dengan demikian pola integrasi layak dikembangkan karena meningkatkan pendapatan
petani, dan menekan biaya produksi dibandingkan
dengan kegiatan usahatani yang selama
ini dilakukan oleh petani
Pola integrasi sapi dan padi dapat berkembang
dengan baik dan efisien karena adanya aliran sumberdaya yang tidak terputus
yang bersumber dari limbah padi sebagai pakan ternak dan kompos setelah di
daur ulang, sehingga terjalin mata rantai kebersihan dan kelestarian
lingkungan. Ternyata pendekatan cara ini sangat dianjurkan oleh para ahli
ekonomi, lingkungan, pertanian dan peternakan karena akan diperoleh produk yang
lebih murah, berkualitas dan terjamin keberlanjutannya.
Semakin meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat harus
diimbangi dengan ketersedian daging dengan harga yang terjangkau. Masalah yang
dihadapi saat ini adalah ketersediaan daging sedikit sehingga harga melambung
tinggi, dengan demikian tidak semua konsumen mampu membeli. Tingginya harga
disebabkan karena ketersediaan daging yang sedikit serta daging tersebut masih
diimpor. Jika daging disuplai dari dalam negeri maka harga daging tersebut akan
lebih murah sehingga seluruh lapisan masyarakat mampu membelinya. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan populasi ternak dalam negeri
sehingga mampu memasok kebutuhan akan daging oleh masyarakat.
Adapun praktikum yang sudah dilaksanakan di Desa Pudak adalah melihat
potensi persawahan yang ada di Desa tersebut untuk proses Integrasi anatara
padi dan Sapi. Pada praktikum tersebut juga melakukan penanaman HMT (Hijauan
Makan Ternak) yang di lakukan bersama-sama dengan dosen pembimbing.

Gambar 1. Proses Pengukuran
Jarak Penanaman HMT
Gambar di atas menunjukan pengukuran jarak tanam HMT pada
lahan yang sudah di sediakan oleh pihak Desa Pudak.
Lahan
pertanian yang makin berkurang akibat beralih fungsi menjadi pemukiman,
misalnya, menyebabkan petani-peternak harus mempunyai alternatif usaha untuk
mencapai pendapatan, antara lain dengan mengatur pola tanam secara bergantian
maupun campuran. Alternatif lain adalah mencapai usaha ternak sapi melalui
integrasi sapi-tanaman pangan atau tanaman perkebunan (kelapa). Imam (2003)
menyatakan, pengembangan peternakan dapat melalui diversifikasi ternak sapi
dengan lahan persawahan, perkebunan, dan tambak. Suwandi (2005) yang meneliti
penerapan pola usaha tani padi sawahsapi potong melaporkan sistem ini dapat
mencapai produksi dan keuntungan petani berlahan sempit.
Selain
sebagai sumber daging, ternak sapi berfungsi sebagai penghasil pupuk atau
kompos untuk mencapai produksi tanaman pangan. Kotoran ternak dapat pula
digunakan sebagai sumber biogas (Hasnudi, 1991). Hal ini mengindikasikan,
integrasi sapi-tanaman dapat memberi manfaat yang besar bagi ternak dan
tanaman. Menurut Bamualim et al., (2004), keuntungan langsung integrasi
ternak sapi-tanaman adalah meningkatnya pendapatan petani-peternak dari
hasil penjualan sapi dan hasil tanaman. Keuntungan tidak langsung adalah
membaiknya kualitas tanah akibat pemberian pupuk kandang.
Menurut
Kariyasa dan Kasryno (2004), usaha ternak sapi akan efisien jika manajemen
pemeliharaan diintegrasikan dengan tanaman sebagai sumber pakan bagi ternak itu
sendiri. Ternak sapi menghasilkan pupuk untuk mencapai produksi tanaman,
sedangkan tanaman dapat menyediakan pakan hijauan bagi ternak.

Gambar 2. Proses
Penanaman HMT
Gambar di atas menunjukan penanaman HMT yang dilakukan
oleh mahasiswa dan dosen pembimbing.
KESIMPULAN
Usahatani integrasi ternak sapi dengan padi merupakan
usahatani yang efisien dan
dinilai efektif untuk perbaikan pendapatan usahatani rakyat dengan pemilikan lahan sempit di pedesaan.
Sistem integrasi padi-sapi memberikan keuntungan kepada
petani karena:
1)
Pakan sapi yang selama ini belum
optimal digunakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
atau dijual sebagai sumber pendapatan, 2) limbah
pertanian (jerami padi dan dedak) yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan yang
berkualitas sehingga mengurangi biaya penyediaan
pakan. Pengembangan sistem usahatani
integrasi padi-ternak perlu dilakukan melalui pendekatan kelompok. Cara ini dapat memudahkan pemerintah
dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan
selain mengintensifkan komunikasi di antara anggota kelompok
maupun
antara anggota kelompok dan pemerinta
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2010.
Pemanfaatan Limbah Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi. Kampung Adat Paser.
Kalimantan Timur.
Balai Penelitian Teknologi Pertanian
Jawa Barat. 2001. Penelitian sistem usahatani integrasi tanaman-hewan
pada lahan sawah irigasi. Laporan Tahunan 2001.
Balai Penelitian Teknologi Pertanian
Jawa Barat. 2001. Pupuk kompos untuk meningkatkan produksi padi sawah.
Lembar Informasi Pertanian.
BPS Cianjur. 2008. Kabupaten Cianjur
dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur.
Diperta Cianjur. 2008. Laporan
Tahunan 2007. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 196
Suryana, A. 2007b.
Arah kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam pemasyarakatan
inovasi teknologi pertanian. hlm. 5−12. Prosiding Seminar Nasional dan Ekspose
Percepatan Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Kemandirian Masyarakat
Kampung di Papua, Jayapura, 5−6 Juni 2007. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Papua,
Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usaha Tani
Terpadu Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan
RAP-CLS. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar