Selasa, 28 Juli 2015

LAPORAN PRAKTKUM INTEGRASI PETERNAKAN

PENDAHULUAN

Latar belakang

Integrasi ternak dalam usaha tani adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak sapi di areal tanaman tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman bahkan keberadaan ternak sapi ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus meningkatkan produksi sapi itu sendiri.Ternak sapi yang diintegrasikan dengan tanaman mampu memanfaatkan produk ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman) untuk pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk organik sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman.Sejalan dengan program pemerintah dalam peningkatan populasi dan produksi ternak sapi yaitu melalui program-program bantuan pengadaan bibit sapi maka hal ini sangat baik untuk penerapan integrasi ternak sapi dalam usaha tani tanaman.Dalam tulisan ini akan diuraikan integrasi ternak sapi dengan tanaman pangan meliputi tanaman padi.
Berkurangnya lahan mengakibatkan ketersediaan sumber pakan untuk ternak berkurang. Integrasi ternak pada perkebunan menjadi trend masa kini (Dwatmadji et al., 2004). Sampai saat ini Indonesia adalah produsen sawit terbesar di dunia dengan areal 6,78 juta hektare dan produksi 17,37 juta ton/tahun. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging terbanyak dan tergolong dalam jenis ruminansia yang mampu mengkonsumsikan pakan berserat tinggi seperti hijauan dan konsentrat dalam jumlah banyak.
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian.Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk pakan ternak.Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya.
Pengembangan ternak sapi dalam 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) akan tetap diarahkan untuk pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDS/K), dimana di dalamnya juga menyangkut aspek pakan. Konsep integrasi ternak dalam usahatani tanaman baik itu tanaman perkebunan, pangan atau hortikultura adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak, tanpa mengurangi aktifitas dan produktifitas tanaman. Bahkan keberadaan ternak ini harus dapat meningkatkan produktifitas tanaman sekaligus dengan produksi ternaknya. Integrasi ternak bertujuan agar terjadi senergi saling menguntungkan (mutualism sinergicity) dan pada akhirnya dapat membantu mengurangi biaya produksi.
Sistem integrasi padi-ternak merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan petani, melalui peningkatan produksi padi yang diintegrasikan secara sinergis dengan pemeliharaan ternak sapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan usahatani sapi yang diintegrasikan dengan tanaman padi berbasis inovasi teknologi terhadap pendapatan petani. Pola integrasinya adalah memanfaatkan jerami padi untuk pakan sapi dan kotoran sapi untuk pupuk tanaman.
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Integrasi Ternak dan Tanaman ini disusun untuk mengetahui hasil dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui  sampai sejauh mana keberhasilan dan kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dievaluasi.
Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi  pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan.  Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan  maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen  produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya.  Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.


Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menegtahui peranan usaha tani sapi terintegrasikan dengan tanaman padi berbasis inovasi teknologi terhadapa pendapatan petani, dengan cara memanfaatkan  limbahbaik itu limbah ternak, maupun limbah hasil pertanian.
Manfaat dari praktikum ini yaitu kita dapat mengetahui hasil dari diintegrasikan nya antara peternakan sapi potong dengan usaha tani berupa pertanian padi, dengan berbasis teknologi pemanfaatn limbah ternak dan limbah hasil pertanian.



Waktu dan Tempat
            Adapun raktikum Integrasi Peternakan ini dilaksanakan pada pada hari Minggu,20 Oktober 2013, Pukul 09.00 WIB di Desa Pudak dengan kelompok tani Usaha Sepakat.
Materi
Adapun materi yang digunakan pada praktikum ini yaitu buku, pena, kamera.
Metoda
Cara praktikum integrasi peternakan ini adalah para praktikan mengamati usaha petani, kemudian dicatat dan dibandingkan dengan materi yang telah diberiikan oleh dosen.



PEMBAHASAN

Pembangunan peternakan sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian sebagaimana yang tercantum dalam arah dan kebijakan pembangunan nasional yang pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai produksi, memperluas lapangan kerja, menunjang sektor industri dan ekspor, mencapai pendapatan dan gizi masyarakat yang pada akhirnya secara keseluruhan dapat diharapkan mencapai kesejahteraan masyarakat.
Program keterpaduan antara kelapa sawit dan ternak ruminansia harus didukung dengan penerapan teknologi yang tepat/sesuai, sehingga produksi yang dihasilkan dapat lebih efisien, berdaya saing dan berkelanjutan. Pada dasarnya sistem keterpaduan ini menjadi daur ulang sumberdaya yang tersedia secara optimal (Wijono et al.,2003).
Menurut Kusnadi dan Prawiradiputra (1993) integrasi ternak dan tanaman dapat meningkatkan pendapatan antara 14,9-129,4%. Dengan demikian pola integrasi layak dikembangkan karena meningkatkan pendapatan petani, dan menekan biaya produksi dibandingkan dengan kegiatan usahatani yang selama ini dilakukan oleh petani
            Pola integrasi sapi dan padi dapat berkembang dengan baik dan efisien karena adanya aliran sumberdaya yang tidak terputus yang bersumber dari limbah padi sebagai pakan ternak dan kompos setelah di daur ulang, sehingga terjalin mata rantai kebersihan dan kelestarian lingkungan. Ternyata pendekatan cara ini sangat dianjurkan oleh para ahli ekonomi, lingkungan, pertanian dan peternakan karena akan diperoleh produk yang lebih murah, berkualitas dan terjamin keberlanjutannya.
Semakin meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat harus diimbangi dengan ketersedian daging dengan harga yang terjangkau. Masalah yang dihadapi saat ini adalah ketersediaan daging sedikit sehingga harga melambung tinggi, dengan demikian tidak semua konsumen mampu membeli. Tingginya harga disebabkan karena ketersediaan daging yang sedikit serta daging tersebut masih diimpor. Jika daging disuplai dari dalam negeri maka harga daging tersebut akan lebih murah sehingga seluruh lapisan masyarakat mampu membelinya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan populasi ternak dalam negeri sehingga mampu memasok kebutuhan akan daging oleh masyarakat.
Adapun praktikum yang sudah dilaksanakan di Desa Pudak adalah melihat potensi persawahan yang ada di Desa tersebut untuk proses Integrasi anatara padi dan Sapi. Pada praktikum tersebut juga melakukan penanaman HMT (Hijauan Makan Ternak) yang di lakukan bersama-sama dengan dosen pembimbing.


Gambar 1. Proses Pengukuran Jarak Penanaman HMT

Gambar di atas menunjukan pengukuran jarak tanam HMT pada lahan yang sudah di sediakan oleh pihak Desa Pudak.
Lahan pertanian yang makin berkurang akibat beralih fungsi menjadi pemukiman, misalnya, menyebabkan petani-peternak harus mempunyai alternatif usaha untuk mencapai pendapatan, antara lain dengan mengatur pola tanam secara bergantian maupun campuran. Alternatif lain adalah mencapai usaha ternak sapi melalui integrasi sapi-tanaman pangan atau tanaman perkebunan (kelapa). Imam (2003) menyatakan, pengembangan peternakan dapat melalui diversifikasi ternak sapi dengan lahan persawahan, perkebunan, dan tambak. Suwandi (2005) yang meneliti penerapan pola usaha tani padi sawahsapi potong melaporkan sistem ini dapat mencapai produksi dan keuntungan petani berlahan sempit.
Selain sebagai sumber daging, ternak sapi berfungsi sebagai penghasil pupuk atau kompos untuk mencapai produksi tanaman pangan. Kotoran ternak dapat pula digunakan sebagai sumber biogas (Hasnudi, 1991). Hal ini mengindikasikan, integrasi sapi-tanaman dapat memberi manfaat yang besar bagi ternak dan tanaman. Menurut Bamualim et al., (2004), keuntungan langsung integrasi ternak sapi-tanaman  adalah meningkatnya pendapatan petani-peternak dari hasil penjualan sapi dan hasil tanaman. Keuntungan tidak langsung adalah membaiknya kualitas tanah akibat pemberian pupuk kandang.
Menurut Kariyasa dan Kasryno (2004), usaha ternak sapi akan efisien jika manajemen pemeliharaan diintegrasikan dengan tanaman sebagai sumber pakan bagi ternak itu sendiri. Ternak sapi menghasilkan pupuk untuk mencapai produksi tanaman, sedangkan tanaman dapat menyediakan pakan hijauan bagi ternak.

Gambar 2. Proses Penanaman HMT

Gambar di atas menunjukan penanaman HMT yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen pembimbing.


KESIMPULAN

Usahatani integrasi ternak sapi dengan padi merupakan usahatani yang efisien dan dinilai efektif untuk perbaikan pendapatan usahatani rakyat dengan pemilikan lahan sempit di pedesaan.
Sistem integrasi padi-sapi memberikan keuntungan kepada petani karena:
1) Pakan sapi yang selama ini belum optimal digunakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan atau dijual sebagai sumber pendapatan, 2) limbah pertanian (jerami padi dan dedak) yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan yang berkualitas sehingga mengurangi biaya penyediaan pakan. Pengembangan sistem usahatani integrasi padi-ternak perlu dilakukan melalui pendekatan kelompok. Cara ini dapat memudahkan pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan selain mengintensifkan komunikasi di antara anggota kelompok
maupun antara anggota kelompok dan pemerinta


  
DAFTAR PUSTAKA



Anonimous. 2010. Pemanfaatan Limbah Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi. Kampung Adat Paser. Kalimantan Timur.

Balai Penelitian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2001. Penelitian sistem usahatani integrasi tanaman-hewan pada lahan sawah irigasi. Laporan Tahunan 2001.

Balai Penelitian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2001. Pupuk kompos untuk meningkatkan produksi padi sawah. Lembar Informasi Pertanian.

BPS Cianjur. 2008. Kabupaten Cianjur dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur.

Diperta Cianjur. 2008. Laporan Tahunan 2007. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 196

Suryana, A. 2007b. Arah kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian. hlm. 5−12. Prosiding Seminar Nasional dan Ekspose Percepatan Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Kemandirian Masyarakat Kampung di Papua, Jayapura, 5−6 Juni 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Papua,

Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usaha Tani Terpadu Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar