Rabu, 11 November 2015

LAPORAN KEWIRAUSAHAAN PETERNAKAN



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pola pengembangan sapi potong dapat dilakukan dengan cara sinkronisasi daerah pengembangan agribisnis peternakan dengan komoditas lain menentukan prioritas pengembangan sapi potong pada daerah tertentu seduai daya adaptasi ternak dengan tidak mengalihfungsikan lahan penggembalaan menjadi daerah pertanian dan hutan industry bahkan bila mungkin meningkatkan status lahan penggembalaan umum baik dari aspek legal maupun kualitasnya.
Peluang usaha beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat meningkatnnya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging.Dengan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sebagai pendukung peluang usaha beternak sapi potong.Peluang tersebut membuat para pengusaha besar maupun kecil berlomba-lomba untuk mencari keuntungan dari berternak sapi potong. Pemotongan sapi dilakakukan di Rumah Potong Hewan  karena untuk menstandarisasi daging yang akan dikonsumsi. Dengan proses pemeriksaan kesehatan ternak sebelum di potong dan pemberian cap bahwa daging telah melewati pemotongan di Rumah Potong Hewan. Dan proses pemotongan sapi di Rumah Potong Hewan dilakukan oleh petugas yang terampil, menggunakan semi modern, sehingga mampu memotong puluhan ternak saat waktu pemotongan. Walaupun begitu, petugas tetap memegang kendali penuh atas proses pemotonganya. Dari Rumah Potong Hewan yang dikunjungi, bisa diketahui bagaimana standar pelaksanaan pemotongan yang baik, untuk kemanan pangan from stable to table.
Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu ke- waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambanan jumlah penduduk, penda-patan, kesadarangizi, dan perbaikan tingkat pendidikan. Sementara itu pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi meningkatnya jumlah permintaan dalam negeri.
Pengembangan peternakan di suatu daerah umumnya harus dipertimbangkan dari berbagai segi seperti karakteristik wilayah berupa iklim, topografi,jenis komoditi, tanah dan kecenderungan penggunaannya serta kondisi masyarakat suatu daerah, ketersediaan modal, pola pengembangan, ketrsediaan pakan, infrastruktu dan kelembagaan. Secara spesifik pelaksanaan  pengembangan peternakan dapat melalui berbagai cara yaitu perwilayahan produksi, wilayah sumber bibit, pengembangan system pola, sarana, pemberdayaan peternak dan pengembangan pakan ternak. Pengembangan ternak sapi potong ada tiga prinsip yang harus dipenuhi yakni  menjaga keseimbangan supply-demand daging, prinsip pelestarian dan prinsip mengurangi ketergantungan impor. Penyediaan daging sapi bagi kebutuhan masyarakat perlu dikendalikan agar prinsip pelestarian untuk peningkatan populasi dapat dicapai dan ketergantungan semakin dikurangi.
Pola pengembangan ternak sapi potong takyat pada prinsipnya  terdapat dua model, yakni pola swadaya dan pola kemitraan. Pola swadaya merupakan pola pengembangan peternakan rakyat yang mengandalkan  swadaya dan swadana peternak baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan pola kemitraan (PIR-NAK) merupakan kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak rakyat sebagai plasma dimana dalam kerjasama atau kemitraan ini, seluruh kegiatan pra-produksi, produksi hingga pasca produksi dilakukan dengan kerjasama antara plasma dan inti.
Pertumbuhan ternak potong meliputi pertumbuhan pre natal dan post natal. Pertumbuhan pre natal adalah pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung di dalam kandungan induk dan pertumbuhan post natal adalah pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung mulai ternak dilahirkan sampai mati. Fase pertumbuhan pada umur pedet, cempe atau genjik berbeda dengan fase pertumbuhan pada ternak muda dan dewasa.




Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari Praktikum Kewirausahaan ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa dibidang kewirausahaan dan tatacara berwirausaha yang baik.
Manfaat dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengerti bagaimana cara dan tekhnik berwirausaha yang baik.

















TINJAUAN PUSTAKA
Sapi potong merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan berupa daging yang memeliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya dalam kehidupan masyarakat. Ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan terutama bahan makanan berupa daging disamping hasil ikutan lain seperti pupuk, kulit, tulang, dan saebagainya (Sugeng 1999). Sedangkan menurut Natasasmita dan Mudikdjo (1979) ternak sapi dalam jangka waktu yang cukup panjang akan tetap mempunyai peranan penting bagi sektor pertanian di Indonesia. Ternak ini sangat sesuai untuk berbagai segi kehidupan usahatani di Indonesia yang kegunaannya antara lain sebagai sumber tenaga, pengubah hasil limbah pertanian dan rumput alam, tabungan dan cadangan uang tunai dan sumber pupuk organik.
Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi intensif dan intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari (Sugeng, 1999).
Program pengembangan sapi potong dimasa datang harus dilakukan secara efek-tif dan efisien sehingga produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk luar negeri. Hal ini dapat dicapai apabila pemanfaatan sumberdaya dilakukan secara tepat dan optimal serta pemanfaatan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan agroklimat setempat. Sementara itu faktor-faktor lain-nya baik yang bersifat kelembagaan, sarana dan prasarana serta peraturan-peraturan yang ada harus mendukung secara baik dan konsisten (Soetirto, 1997).
Mengingat kondisi Indonesia yang merupakan negara agraris maka sektor per- tanian tidak dapat terlepas dari berbagai sektor yang lain diantaranya sub sektor peter- nakan. Faktor pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia menentukan penye-baran usaha ternak sapi. Masyarakat peternak yang bermata pencaharian bertani tidak bisa lepas dari usaha ternak sapi, baik untuk tenaga, pupuk dan sebagainya, sehingga maju mundurnya usaha ternak sapi tergantung pada usahatani. Usahatani maju berarti menunjang produksi pakan ternak berupa hijauan, hasil ikutan pertanian berupa biji-bijian atau pakan penguat (Sugeng, 1999).


MATERI DAN METODA

Waktu dan Tempat
              Praktikum Kewirausahaan dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Desember 2013 pukul 15.00 sampai dengan selesai di Peternakan pak Satiman Jambi.

Materi
            Alat dan bahan yang digunakan yaitu baju praktikum, questioner, alat tulis dan buku untuk mencatat hasil yang didapat.

Metoda
            Metoda yang dilakukan untuk mengetahui teknik berwirausaha adalah memberikan beberapa pertanyaan langsung kepada pemilik peternakan atau orang yang merawat ternak tersebut. Setelah itu, hasil yang didapat ditulis di dalam buku.











HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor Penentu Usaha PeternakanTernak
Menurut Hernanto (1995) faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak adalah ; peternak sebagai pengelola, tanah usaha ternak, tenaga kerja, modal, tingkat tekno-logi, kemampuan peternak mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah anggota ke-luarga. Dalam usaha ternak di negara kita faktor produksi tanah mempunyai kedudukan penting, seperti halnya dengan modal dan tenaga kerja. Dalam perjalanan waktu situasi dan kondisi sektor peternakan pada posisi yang bersaing ketat dengan sektor lain seperti industri, perumahan, prasarana umum, perkantoran dan bangunan-bangunan pendidikan, sosial dan lain-lain. Tanah yang sempit dengan kualitas tanah yang kurang baik meru-pakan beban bagi peternak pengelola.
Kebutuhan lahan bagi pengembangan ternak ruminansia dirasakan sangat penting terutama sebagai sumber hijauan pakan, akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa dengan semakin padatnya penduduk, lahan yang tersedia untuk hijauan pakan ternak semakin menyempit. Akibatnya didaerah padat penduduk ternak lebih banyak tergan-tung pada limbah pertanian walaupun pada kenyataannya tidak seluruh limbah pertanian tersedia efektif untuk makanan ternak (Arfa`i, 2005).Faktor produksi penting ke dua adalah modal. Mubyarto (1994) menyatakan bahwa modal diartikan sebagai barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru dalam hal ini hasil peternakan. Modal peternak yang berupa barang di luar tanah adalah ternak beserta kandang, cangkul, bajak dan alat-alat peternankan lain, pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih disawah dan lain-lain. Modal terbagi atas modal tetap dan modal lancar, modal tetap adalah jenis-jenis modal yang terdiri dari : lahan, bangunan, alat-alat perta-nian, tanaman dilapangan, ternak kerja dan ternak produksi. Sedangkan modal lancar adalah modal yang sewaktu-sewaktu dapat dijadikan uang tunai.
Sumberdaya manusia juga merupakan faktor penting dalam usaha peternakan karena hal ini sangat berkaitan dengan tenaga kerja. Yang dimaksud dengan tenaga kerja dalam usahatani adalah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan berba-gai macam kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang berasal dari tanaman dan ternak. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri, yang terdiri dari ayah, istri dan anak-anak petani (Mubyarto, 1994). Hernanto (1995) menyatakan bahwa tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan mekanik. Adapun tenaga kerja manusia dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pengalaman, keterampilan, kesehatan, faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani. Potensi tenaga kerja petani adalah jumlah tenaga kerja yang tersedia pada satu keluarga petani. Kegiatan tenaga kerja untuk usaha ternak sapi
meliputi pembuatan kandang, pemeliharaan ternak dan panen
Usaha Peternakan Pak Satiman
a.      Identitas wirausaha
Nama pengusaha adalah pak Satiman umur 54 tahun, pendidikan terakhir peternak SD (Sekolah Dasar) tahun 1972, pengalaman usaha dirintis semenjak tahun 1990, jenis usaha yang dikembangkan adalah usaha penggemukan sapi potong .
b.      Identitas usaha
      Bidang usaha adalah penggemukan sapi potong, bentuk badan usaha adalah usaha peternakan dengan skala menengah, sedangkan waktu memulai usaha ini pada tahun 1995, usaha ini mulanya kesaaran sendiri oleh peternak karna melihat kondisi sulitnya untuk menemukan sapi dulunya untuk digunakan sebagai korban maka  terpikirkan oleh peternak untuk membuat suatu usaha penggemukan sapi, peternak dulunya sangat sulit menemukan sapi untuk dijadikan ternak kurban.
Modal usaha peternakan sapi pak satiman dulunya adalah,miik sendiri tetapi setelah terjadi peningkatan akan permintaan maka pak satatiman memulai intuk mencari modal untuk membeli sapi akan mnjadi bakalan, modal yng di pinjam pak satiman yaitu melalui bang daerah jambi, dengan nominal sekitar 100 juta dengan jangka pembayaran selama 5 tahu, paksatiman bisa mengembalikan modal yang dipinjamnya tidak begitu kesulita pasal nya pak satiam membayarnya jika sapi yang ada pada nya sudah laku, pak satiman bisa membayar sekita 5 alipembayaran daam setahun dia bisa melunasinya. Proses peminjaman nya tidak teralu sulit sehingga semua urusan nya mudah, cepat selesai dan membuahkan untung yang memuaskan kata pak satiman.
Skala usaha yang dijalankan meruakan skala menengah, sering kalipak satiman mendapat kan tawaran daripemerintah dan pengusaha agar usaha nya mesti dikembangkan lebih besar lagi tetapi paksatiman hanyamau dengan kondisi nya yang sekarang karna mmiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Lokasi perkandangan pak satiman lebih mempertimbang kan tentang kemiringan tanah pasal nyadia ebih memilih dimana air itumenurun atau tempat yang terrendah sehingga untuk mempermudah dalam pembuangan limbah, bukan itusaja sinar mata hari juma menjadi patokandalam pembuatan kandang, jika senar matahari bisa memasuki kandang maka  kandang akan mudak kering kbutuha cahaya matahari akan terpenuhi bagi kandang dan juga bagi ternaknya.Pemeliharaan sapi potong di tempat pak satiman dilakukan secara  intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari (Sugeng, 1999).
Untuk perairan pada peternakan paksatiman dalam pemiliharaan masih tradisional masih beum menggunakan tekologi dalam pemiliharaan sapi-sapi tersebut. Makan ternak diambil oleh para pekerja dilahan yang sudah ada rumputnya yaitu lahan milik sendiridari pak satiman sengaja ditanami rumput untuk makan para ternak. Teknologi digunakan hanya pompa air untuk mempermudah dalam memandikan dan membersihkan kandang ternak. Pmasarnnya meewatikabar dari para penduduk, karna sudah lama dikenal makanya orang-orang lebih mudah untuk mencarinya.
Jumlah karyawan yang bekerja 5-8 orang karyawan, karyawan disini hanya karyawan biasa tidak ada dibedakanyang betugas mencari pakan, membersihan kan kandang, memandiakan ternak dan memberinya makan. Untuk sistem upah karyawan digaji berdasarkan kapan karyawan membutuhkannya dengan alasan memang membutuhkan.gaji diberikan sebesar Rp 1.200.000/ bulan.
Untuk manajmen keuangan tidak pernah di bukukan kecuai pada hari raya kurban karna peserta kurban yang banyak makanya perlu dilakukan pembukuan untuk mempermudah urusannya. Adapun omsetnya tidak terlalu dihiraukan karna terkadang permintaannya tidak bisa dipstikan. Untuk Perkantoran tidak ada hanya dilakukan dirumah saja jika ada tamu yang ingin membeli.


PENUTUP

Kesimpulan
Usah pak satiman adalah usah usaha skala menengah yaitu khusus dalam penggemukan sapi yang dimulainya dari hobinya sampai menjadi usaha yang telah memberi kehidupan bagi keluarganya dengan kegigihanan tekat yang dimiliki oleh pak Satiman sehingga usahanya telah berkembang sampai saat sekarang ini.














DAFTAR PSTAKA

Anonima. 2010. Pemeliharaan Sapi Potong.Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin, Makasar
Anonimb. 2010. Sistem Pemberian Pakan. http://www.anneahira.com/sapi-potong.htm.

Anonimc. 2010. Komposisi Bahan Pakan. http://binaukm.com/2010/05/pakan-     

Diharjo, K., Kusharjanta B. dan Haryanto, 2003. Rancang Bangun Mesin Pencacah Makanan Ternak sapi Bagi kalangan Peternak menengah Ke Bawah, Vucer Dikti Jakarta.

Kusharjanta B, Diharjo K, dan Haryanto, 2004, Rekayasa Mesin Pencampur Makanan Ternak (Komboran Kering) Sapi Dengan Memanfaatkan Tong Bekas Untuk Kalangan Peternak Menengah Ke Bawah, Vucer, Dikti, Jakarta.
Natasasmita dan Mudikdjo (1979),pemeliharaan sapi potong.
Rianto, E. dan Purbowati, E. 2009.Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.










LAMPIRAN
 




















                                                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar