Rabu, 11 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS



LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK UNGGAS



OLEH
 NURSHOLEH
E10011128


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI



 
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allh SWT  yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan Semester Manajemen Ternak Unggas tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimah kasih kepada Asisten Dosen Industri Mkanan Ternak selaku pembimbing utama dalam pratikum ini. Demikian laporan ini, penulis berharap agar bermanfaat bagi kita semua dalam kehidupan sehari-hari.


Jambi, Desember 2013


Penulis









DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGHANTAR----------------------------------------------------            i
DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------           ii
BAB I. PENDAHULUAN-------------------------------------------------           1
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------           1
1.2 Tujuan Pratikum----------------------------------------------------           2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA------------------------------------------           3
BAB III. MATERI DAN METODA--------------------------------------           5
3.1 Waktu dan Tempat-------------------------------------------------           5
3.2 Materi    ------------------------------------------------------------           5
3.3 Metode  ------------------------------------------------------------           5
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN---------------------------------           6
4.1 Pra Pemeliharaan---------------------------------------------------           6
4.2 Pemeliharaan-------------------------------------------------------         10
4.3 Manajemen Penyakit-----------------------------------------------         13
2.4 Penhitungan Konfersi Ransum-------------------------------------         14
BAB V. PENUTUP--------------------------------------------------------         15
Kesimpulan-------------------------------------------------------------         15 
Saran--------------------------------------------------------------------         15
DAFTAR PUSTAKA
 




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Peningkatan produksi daging ayam broiler dalam usaha memenuhi kebutuhan gizi masyarakat mempengaruhi perkembangan industri pakan, breeding, dan preferensi konsumen (tingkat kesukaaan atau selera masyarakat) Indonesia. Namun, sayangnya perkembangan tersebut menghasilkan harga daging ayam mahal, tidak bebas residu, dan sulit bersaing di pasaran dunia.
Broiler adalah ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang relatif singkat maka jenis ayam ini memprasyaratkan pertumbuhan yang cepat, dada lebar yang disertai timbunan daging yang baik, dan warna bulu yang disenangi, biasanya warna putih. Peranan usaha ternak ayam broiler di Indonesia mulai menonjol sejak tahun 1980 untuk memenuhi kebutuhan daging ayam di masyarakat. Hingga saat inipun usaha tersebut tetap berprospek karena konsumsi daging ayam broiler per kapita masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Beberapa peternak mengeluh bahwa memelihara ayam broiler itu repot dan tidak tahan penyakit. Sebenarnya hal itu tidak akan terjadi bila manajemen yang diterapkan telah benar. Manajemen tersebut dapat berupa manajemen pemeliharaan, pakan, kandang, kesehatan ternak dan hal lain yang dapa meningkatkan produksi ayam niaga pedaging.
Manajemen yang dilakukan tidak hanya pada saat pemeliharaan saja, tetapi sebaiknya manajemen mulai dilakukan saat prapemeliharaan. Manajemen pra pemeliharaan meliputi pembersihan kandang atau cuci kandang, pengapuran, pemasangan litter, pemasangan tirai dan pensucihamakan mikroorganisme pengganggu. Pensucihamakan dapat dilakukan dengan penyemprotan desinfektan atau formaldehyde.

1.2 Tujuan dan Manfaat
            Adapun masud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui tentang hal- hal yang harus dilakukan saat pra pemeliharaan ayam broiler, Mengetahui tentang manajemen pemeliharaan broiler yang baik dan benar dari mulai peroide stater, grower dan finisher. Mengetahui tentang hal- hal yang berhubungan dengan pasca pemeliharaan ayam broiler
            Manfaat yang diperoleh dari pratikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan ayam yang baik dan benar, seperti cara persiapan kandang sebelum ayam masuk, manajemen pakan, obat-obatan, vaksinasi dan juga manajemen perkandangan.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abidin, Z., (2002), Perlu diketahui juga bahwa kotoran menjadi mata rantai penyambung bibit penyakit pada periode selanjutnuya, lingkungan disekitar kandang juga perlu diperhatikan dalam tahap pembersihan kandang ini yaitu semak belukar dan tanaman perdu agar tidak menjadi sarang bagi predator anak ayam (kucing) dan tempat hidup serangga pengganggu seperti lalat dan tidak mengganggu sirkulasi udara.
Anonymous, (2007), Sedangkan untuk kandang litter sebaiknya alas litter agak tebal sekitar 5-7 cm.
Fadilah et al. (2007) menambahkan bahwa pemberian pakan pada saatstarter diberikan di chick feeder tray dan pada saat finisher diberikan pakan dalam feeder tube yang digantung.
Fadilah (2006). bahwa litter yang basah bisa meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu ayam kotor.
Prabowo (2007), Pada umumnya litter yang digunakan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, potongan kayu, jerami dan sebagainya. Masing-masing bahan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, berdasarkan penelitian dan hasil pengalaman dilapangan, bahan yang baik digunakan di daerah tropis adalah serutan kayu.
Rosidi, dkk., (2000). Berdasarkan sistem pemanasan yang digunakan, brooder dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu individual pen brooders dan central heating system.
Rasyaf  (1992) yang menyatakan bahwa pakan untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua tahap yaitu pakan untuk periode starter dan pakan untuk periode finisher.
Rasyaf (1995), yang menyatakan bahwa pertukaran udara dalam kandang akan sangat penting untuk membuang gas-gas amoniak yang dapat mengganggu pertumbuhan ayam. 
Rasyaf (1992). menambahkan bahwa penyebab dari kurang perhatian sanitasi akan menimbulkan ternak rentan terhadap penyakit, sehingga ternak banyak yang mati.
Suryana dan Hasbianto (2008). bahwa sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras adalah persyaratan temperatur berkisar 32,2-350C dan kelembapan 60-70%.


























BAB III
MATERI DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemen Ternak Unggas ini dilaksanakan Pada Bulan  November - Desember 2013, pada pagi hari jam 07.00 dan 16.00 WIB, bertempat di Fapet Farm  Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
Alat dan bahan yang di gunakan saat pratikum adalah Kandang, Lap pel, Ember, Tirai, Penyemprot desinfektan dan penyemprot formalin, Koran, Sekam, Brooder, Pemanas, Seperangkat alat untuk Memvaksin, Penyemprot desinfektan, kompresor, tali raffia, timbangan, sekat (chick guard). Pakan starter, Pakan grower, Pakan finisher, Vaksin ND, Air minum.
3.3 Metoda
Persiapan kandang meliputi pembersihan lantai dan dinding dengan pengapuran yang bertujuan untuk membunuh bakteri pada kandang sehingga tidak menyebabkan penyakit pada ayam. Tiga hari sebelum chick in yaitu menyemprotkan kandang dengan desinfektan untuk membunuh kuman dan bakteri. Menyiapkan lampu dan brooder yang bertujuan untuk membuat kondisi ayam nyaman sesuai dengan tubuh induknya. Pemasangan litter dengan Menaburkan serbuk gergaji ketebalannya ±5 cm untuk menjaga temperatur kandang.
            Kedatangan DOC. yang harus dilakukan adalah mengecek strain, menghitung jumlah DOC, mengambil 10 ekor DOC secara acak sebagai sampel, kemudian menimbang bobot sampel. Membagi DOC dalam flock-flock dan memberikan air gula dengan dosis 5%. Pemberian air gula bertujuan untuk mengembalikan energi yang hilang selama perjalanan dan menghindari dehidrasi pada DOC.
            Manajemen pemeliharaan. memberi pakan yang telah dihaluskan sesuai kebutuhan, memberikan air minum secara adlibitum. Dan mengatur suhu kandang supaya kandang nyaman untuk kehidupan ayam yang di peihara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pra Pemeliharaan
Kegiatan pra pemeliharaan diawali denan kegiatan persiapan kandang. Kegiatan ini memegang peranan penting dalam keberhasilan pemeliharan ayam broiler, persiapan kandang mempunyai pengertian yaitu menyediakan lingkungan yang benar – benar sesuai dan kondusif untuk partumbuhan ayam broiler dikarenakan ayam broiler merupakan ayam yang rentan terhadap berbagai macam penyakit dari periode starter sampai periode finisher tetapi yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu pada periode starter. Jika dalam melakukan persiapan kandang banyak kekurangan akan banyak menimbulkan berbagai permasalahan terutama pada bidang kesehatan. Tahap yang dilakukan dalam persiapan kandang yaitu :
a.       Pembersihan kandang
Pada pratikum yang dilakukan hal pertama yang dilakukan adalah pembersihan kandang (sanitasi), Tahap ini pada intinya membersihkan kandang yang sudah dipakai pada periode sebelumnya, pembersihan yang dilakukan pertama kali membersihkan kotoran yang ada di bawah kandang yang kemudian di masukan ke dalam karung, setelah di areal bawah kandang besih dilakukan pencucian kandang menggunakan sprayer berkekuatan tinggi sehingga kotoran yang ada pada lantai (slate) lepas, pada prinsipnya yaitu menghilangkan kotoran, Perlu diketahui juga bahwa kotoran menjadi mata rantai penyambung bibit penyakit pada periode selanjutnuya, lingkungan disekitar kandang juga perlu diperhatikan dalam tahap pembersihan kandang ini yaitu semak belukar dan tanaman perdu agar tidak menjadi sarang bagi predator anak ayam (kucing) dan tempat hidup serangga pengganggu seperti lalat dan tidak mengganggu sirkulasi udara ( Abidin, Z., 2002 ).
b.      Pengapuran
Mengapa harus ada pengapuran, karena pengapuran sangat penting dalam pra pemeliharaan karena dapat mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merugikan seperti ookista (penyebab cocsidiosis), konsentrasi kapur yang digunakan pada pengapuran saat pratikum yaitu 2% (2 kg kapur diencerkan dalam 10 liter air), kapur yang digunakan saat praktikum untuk 4 kandang yaitu kurang lebih 20 kg, dengan merek dolomite. Yang di campurkan di dalam tong besar.
c.       Penyemprotan kandang
Penyemprotan dilakukan secara rutin 2 – 3 kali menggunakan mesin jen shet agar efektif dalam menghilangkan bibit penyakit. Berikut ini hal- hal yang berkaitan dengan penyemprotan kandang :
·         Penyemprotan dengan larutan detergen 1-2% yang dilakukan setelah kandang dibersihkan (dicuci), penyemprotan ini bertujuan agar bahan – bahan organic yang berasal dari sisa-sisa pakan terutama yang tergolong dalam senyawa lunak dapat larut. Bahan-bahan organic yang tertinggal dalam kandang dapat menjadi media partumbuhan bagi jamur atau mikroorganism. Setelah disemprot dibiarkan 5 sampai 10 menit kemudian dibilas sampai bersih dan dibiarkan sampai bersih dan dibiarkan
mongering.
·         Penyemprotan dengan larutan formalin 5-10 % setelah tirai kandang dipasang. Perbandingan larutan adalah 1 liter formalin dalam 20 liter air (untuk kondisi normal) dan 1 liter formalin dalam 10 liter air (bila peternakan habis terserang wabah). Konsentrasi tersebut diperhitungkan agar dapat memusnahkan bibit penyakit tapi tidak membahayakan penyemprot. Setelah kandang disemprot, kandang dibiarkan 7-21 hari supaya mata rantai bibit penyakit terputus.
·         Penyemprotan menggunakan desinfektan seperti dekstan, istam, benzalvak, dan lain-lain, satu hari sebelum DOC masuk. Yang harus disemprot adalah bagian seluruh kandang terutama pada bagian brooder,
tempat pakan, dan tempat minum.
Saat praktikum kandang disemprot dengan larutan formalin (ormaldehyde) saja setelah penuutupan kandang dengan tirai.


d.      Pemasangan tirai
Tirai yang digunakan saat pratikum terbuat dari plastic hitam. Tirai berfungsi menutup kandang untuk meminimalkan pengaruh angina dari luar kandang dan mempertahankan suhu dalam kandang agar optimal terutama pada masa brooding sehingga pemanas dapat bekerja secara optimal. Bahan tirai dapat berasal dari karung plastik bekas pakan, terpal atau goni, yang penting dapat digunakan untuk menahan angin dan dapat digunakan lebih dari sekali. Pemasangan tirai pada dinding luar, dinding dalam dan diatas brooder. Tirai pada dinding luar kandang pemasangannya dengan membuat rol (gulungan) agar mudah dinaikan dan diturunkan (efisien tenaga).
Pada waktu malam hari, tetap harus ada sedikit rongga udara untuk membuang sisa-sisa hasil pembakaran seperti gas monoksida dan ammonia. Rongga udara sebaiknya sedikit lebih tinggi dari pemanas (30 cm).
e.       Pemasangan litter
Kandang yang digunakan saat praktikum adalah kandang slate karena alasnya langsung ke bawah tanah, untuk awal pemeliharaan menggunakan litter bertujuan untuk menghangatkan. Litter yang digunakan berupa serbuk gergaji. Kandang yang telah dikapur harus diberi alas baik untuk kandang jenis litter ataupun slate. Alas diberikan untuk memberikan kenyamanan bagi anak ayam dan supaya anak ayam tidak terperosok pada kandang slate. Kriteria bahan alas (litter) yang dapat digunakan antara lain dapat menyerap air, tidak cepat menggumpal, mudah didapat, murah harganya dan tidak menimbulkan polusi udara (debu). Pada umumnya litter yang digunakan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, potongan kayu, jerami dan sebagainya. Masing-masing bahan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, berdasarkan penelitian dan hasil pengalaman dilapangan, bahan yang baik digunakan di daerah tropis adalah serutan kayu Prabowo (2007), karena serutan kayu memiliki daya serap air yang baik, tidak cepat menggumpal dan kandungan debunya rendah.Akan tetapi peternak paling banyak menggunakan sekam padi yang murah dan mudah mendapatkannya.
Ketebalan litter diatur sesuai jenis lantai kandang, pada kandang slate sebaiknya tidak terlalu tebal antara 2-3 cm, karena alas tidak digunakan sampai akhir pemeliharaan (hanya sampai umur 18-21 hari) sehingga penggunaan serbuk gergaji dapat lebih hemat, 1 karung serbuk gergaji dapat digunakan untuk 6m2. Sedangkan untuk kandang litter sebaiknya alas litter agak tebal sekitar 5-7 cm (Anonymous., 2007 ).
f.       Pembuatan Brooder
Brooder merupakan induk buatan untuk memberikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan alami anak ayam. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan brooder adalah temperature dan bentuk brooder. Suhu berperan penting dalam massa brooding karena anak ayam belum mampu menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan kandang. Sumber energi untuk memanaskan brooder dapat menggunakan elpiji. Bentuk brooder yang di gunakan saat pratikum yaitu persegi empat, semestinya broder yang baik itu betuknya lingkaran supaya tidak ada sisi di sekeliling brooder. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan brooder yaitu :
·         bahan broder dapat mengguanakan seng, dengan penahan dari bambu. Brooder kotak dapat menggunakan bambu. Brooder lingkaran memungkinkan ayam menyebar secara merata sedangkan bentuk kotak ada kecenderungan anak ayam mengumpul ditengah. Letak brooder dapat di tengah maupun tepi di dalam kandang.
·         Pemanas yang di gunakan saat pratikum adalah gasolek dengan bahan bakar gas.
·         Lama brooding 10 – 12 hari (musim panas/kemarau), 12 – 14 hari (musim hujan).
·         Tiapa kandang sebaiknya tersedia minimal 1 thermometer (ditengah kandang) dan diberi standar suhu yang dikehendaki pada umur tertentu (maksimal dan minimal), bila suhu aktual dibawah suhu minimal, maka pemanas harus dinyalakan, bila suhu aktual diatas suhu maksimal maka pemanas harus dimatikan.
Pada saat pratikum criteria-kriteria di atas ini sudah sesuai dengan ketentuannya, sehingga dapat di kategorikan termasuk manajen yang bagus. Berdasarkan sistem pemanasan yang digunakan, brooder dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu individual pen brooders dan central heating sistem ( Rosidi, dkk., 2000 ).
4.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan ayam broiler diawali dengan penerimaan DOC, setelah DOC masuk pada saat pratikum kita melihat strain nya, kemudian penimbangan bobot badan sejumlah 250 ekor dan di ambil sampel 10 ekor ayam. Kemudian di beri air gula sebanyak 5% bertujuan untuk menambah energy anak ayam dan di beri makan berupa ransum seara adlibitum dengan cara di tebar di atas litter yang di alas Koran. Pada saat pratikum ayam di pelihara dari DOC sampai panen selama 32 hari. Sebelum ayam dating kita harus benar-benar siap kandangnya, kandang harus hangat. Menurut Abidin, Z ( 2002 ) ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum penerimaan DOC, yaitu :
a.       pemanas yang sudah ada dinyalakan 1 – 2 jam sebelum DOC datang.
b.      Pastikan temperatur brooder sudah memenuhi standar 33ºC
c.       Alas koran harus dalam keadaan bersih, terdapat tiga lapis koran dan diangkat satu lapis tiap hari (sampai hari ketiga)
d.      Menyiapkan air minumdari larutan gula ((1kg gula merah dalam 10 liter air minum) atau dapat menggunakan larutan sorbitol yaitu campuran antara larutan gula dan antibiotik.

A.     Manajemen Pakan dan Minum
Pakan diberikan dengan menggunakan chick feeder tray yang diletakkan di lantai agar memudahkan dalam mengkonsumsi pakan, sedangkan pada saat mencapai umur 1 minggu pakan diberikan dalam feeder tube. Peletakan tempat pakan dan minum pada masa ini adalah dengan digantung setinggi bahu ayam. Hal ini dilakukan agar pakan dan minum tidak mudah tumpah dan tidak tercampur dengan sekam. Sekam yang tercampur dalam pakan atau minum akan membahayakan ternak jika memakannya, karena dapat mengganggu saluran pencernaan. Sistem pemberian pakan yang dilakukan sudah baik, karena meperhatikan cara untuk memberi pakan pada saat DOC dan ayam periode finisher meliputi tempat pakan yang digunakan, cara penempatan tempat pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf  (1992) yang menyatakan bahwa pakan untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua tahap yaitu pakan untuk periode starter dan pakan untuk periode finisher. Fadilah et al. (2007) menambahkan bahwa pemberian pakan pada saatstarter diberikan di chick feeder tray dan pada saat finisher diberikan pakan dalam feeder tube yang digantung.
Ø  Pakan periode starter
Pemberian pakan pada periode starter menggunakan pakan dengan kandungan protein 21%. Kandungan protein tinggi ditujukan untuk memacu pertumbuhan ayam yang optimal pada periode awal. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap (sedikit demi sedikit) pada umur awal (1 minggu). Pemberian pakan starter dilakukan sampai dengan umur 21 hari.
Ø  Pakan pada periode finisher
 menggunakan pakan dengan kandungan protein minimal 19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pakan, karena pada periode finisher laju pertumbuhan sudah mulai menurun. Penggantian pakan dilakukan secara bertahap dari pakan starter : finisher, 75% : 25%, 50% : 50%, 25% : 75%, finisher total.
Yang harus di perhatikan lagi pada saat pratikum adalah posisi tempat pakan Dibawah gasolek sebaiknya jangan diberi tempat pakan/ feeder tray karena panas akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan. Umur 9 – 10 hari, penambahan seluruh alas tabung kuning dapat dilakukan sehingga feeder space 1:25 – 30 ekor. Umur 13 – 14 hari 50% tempat pakan tabung kuning bisa digantung. Umur 15 – 16 hari tabung kuning digantung semua.
Sedangkan pemberian minum yang dilakukan saat pratikum dengan cara menggunakan galon biasa, pada ayam fase starter dan galon otomatis fase finisher. Air minum yang diberikan harus sesuai standar kebutuhan harian (dibagi beberapa kali pemberian), jangan sampai kekurangan air pada fase DOC karena akan menimbulkan kerdil. Dan air dig anti sehari 2 kali.
Manajemen Perkandangan
Tirai ditutup pada fase starter bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan yang dibutuhkan DOC. Setelah ayam berumur lebih dari 1 minggu tirai ditutup pada saat malam hari atau pada saat suhu rendah, ketika ada angin kencang dan hujan. Hal ini dilakukan agar suhu dalam kandang tetap nyaman dan serbuk gergaji tidak basah. Tirai dibuka pada saat siang hari atau ketika suhu tinggi dan berfungsi sebagai ventilasi udara sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa pertukaran udara dalam kandang akan sangat penting untuk membuang gas-gas amoniak yang dapat mengganggu pertumbuhan ayam. Penggantian litter dengan menggunakan serbuk gergaji dilakukan apabila serbuk gergaji sudah basah. Tujuan dari penggantian serbuk gergaji adalah untuk menghindari peningkatan kandungan amonia dan penyebaran bibit penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2006) bahwa litter yang basah bisa meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu ayam kotor.
Pengaturan suhu dalam kandang bagi ternak dilakukan dengan pengaturan tirai dan brooder.  Bahan yang digunakan sebagai tirai adalah plastik tebal. Brooder menggunakan lampu bohlam dan gasolet yang apabila suhu tinggi maka bohlam dimatikan dan diangkat dijauhkan dari DOC. Gasolet juga di matikan, Suhu rata-rata dalam kandang pada minggu pertama 31,85oC, minggu kedua 30,65oC, minggu ketiga 29,91oC dan pada minggu keempat 29,65oC. Suhu tersebut bukan merupakan comfort zone bagi ternak sehingga ternak sering melakukan panting. Suhu yang baik untuk hidup ayam broiler adalah sekitar 320-350C. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryana dan Hasbianto (2008) bahwa sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras adalah persyaratan temperatur berkisar 32,2-350C dan kelembapan 60-70%. Awal DOC masuk tirai ditutup selama 1 minggu dan menggunakan lampu brooder yang berfungsi sebagai pemanas atau penghangat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa alat pemanas merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberi rasa hangat serta berfungsi untuk menggantikan panas tubuh yang biasa diberikan oleh induk ayam untuk menjaga tubuh anak ayam agar tetap stabil.

4.3 Manajemen Penyakit
Usaha pencegahan penyakit pada ayam broiler bisa dilakukan dengan sanitasi kandang dan vaksinasi. Pada broiler vaksinasi yang umum dilakukan yaitu vaksin ND 1, gumboro dan ND 2. Sauvani ( 2007 ) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vaksinasi yaitu jenis vaksin, metode vaksin, jadwal vaksin, dosis vaksin, waktu pemberian vaksin dan cara penyimpanan vaksin tersebut.
Sanitasi dilakukan secara rutin setiap hari meliputi sanitasi kandang, peralatan dan praktikan yang masuk kandang (biosecurity). Sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan kandang setiap harinya dengan cara menyapu sekam yang tercecer, selain itu juga membersihkan kandang luar dengan cara menyapu halaman luar kandang dan membersihkan selokan air agar tidak timbul bibit penyakit. Sanitasi peralatan yaitu dengan membersihkan tempat pakan dan air minum setiap hari supaya meminimalisir ternak agar tidak terkena penyakit baik dari jamur, bakteri, protozoa, dan virus yang dapat menimbulkan penyakit. Sanitasi praktikan (biosecurity) dengan cara menyemprotkan desinfektan ke tangan dan kaki supaya tidak membawa penyakit dari luar kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwatujuan dari sanitasi secara menyeluruh adalah untuk menjaga kebersihan kandang baik luar maupun  dalam kandang agar ternak dapat menampilkan performans yang baik dan ternak bebas dari penyakit. Rasyaf (1992) menambahkan bahwa penyebab dari kurang perhatian sanitasi akan menimbulkan ternak rentan terhadap penyakit, sehingga ternak banyak yang mati. Oleh karena itu sanitasi sangat diperlukan dalam manajemen usaha peternakan.
Vaksin ND 1 biasanya dilakukan pada minggu pertama. Pada saat praktikum, vaksin ND1 diberikan saat ayam berumur 4 hari dengan cara tetes mata dan subcutan, sebenarnya vaksin ini dapat dilakukan juga dengan cara intramuskular. ND 1 bersifat aktif atau kill. Setelah broiler berusia 11 hari maka divaksin IBD atau gumboro. Metode vaksin yaitu dengan drink water ( DW ), karena vaksin bersifat inaktif. Pada metode DW ini vaksin dilarutkan bersama dengan air yang telah dicampur dengan susu skim.
Pada saat prtikum berlangsung jika di lihat dari litternya basah, hal ini dapat menimbulkan penyakit oleh sebab itu litter tidak boleh terlalu basah. Selama pemeliharaan hendaknya litter yang digunakan sering dibolakbalik atau kalau perlu diganti. Tujuannya yaitu untuk menghindari penumpukan kotoran yang akan menimbulkan amoniak yang menganggu kesehatan broiler itu sendiri. Selain itu, biasanya di alas juga sering tumbuh cacing yang berbahaya jika dimakan oleh DOC. Pada awal pemeliharaan kandang yang digunakan ukurannya kecil, semakin lama ayam semakin besar sehingga perlu adanya pelebaran kandang. Biasanya pelebaran kandang dilakukan pada hari- hari ganjil.
2.4 Penhitungan Konfersi Ransum
            Pada pratikum yang telah di dapat dari kelompok B adalah sebagai berikut:
di ketahui populasi ayam sebanyak 2000 ekor dengan konsumsi pakan 6400kg. dan Pertambahan bobot badan mencapai 2 kg. maka dapat di hitunng.
Jumlah konsumsi pakan per ekor = konsumsi pakan/jumlah ayam
                                                     = 6.400.000 gr / 2000
                                                     = 3200 gr/ekor
FCR    = konsumsi pakan / Pertambahan bobot badan
= 3200 / 200
= 1,6
Kesimpulannya yaitu untuk mendapatkan bobot badan ayam 1 kg di butuhkan pakan sebanyak 1,6 kg.











BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kegiatan pra pemeliharaan terdiri dari cuci kandang, pengapuran, penyemprotan desinfektan, pemasangan litter, cuci tirai, pemasangan brodeer dan mengistirahatkan kandang sebelum digunakan selama ± 7 hari. Pengapuran dilakukan dengan melarutkan air dan kapur, sedangkan fumigasi dengan penyemprotan desinfektan (formaldehyde).
Pemeliharaan meliputi penerimaan DOC, kegiatan rutin ( pemberian pakan dan minum ), fumigasi, vaksinasi, pelebaran kandang dan culling ayam sakit. Vaksinasi yang dilakukan saat praktikum sebanyak 3 kali yaitu ND 1 umur 4 hari, IBD umur 11 hari dan ND 2 umur 21 hari.

5.2 Saran
        Praktikum lebih baik lagi, masih banyak yang perlu di benahi baik dari segi peralatan yang mendukung pemeliharaan maupun kandang. Terakhir, jangan pernah menyerah untuk mencari dan berbagi ilmu.














DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung Pedaging.
Agro Media Pustaka. Jakarta.
Alfred. 2005. Vaksin Ayam. Poultry Indonesia Farm Indeks Unggas. www.
Google.co.id
Anonymous. 2007. Budidaya Ayam Ras Pedaging. Pustaka Umum. www.
Google.co.id
Mulyowati, dkk. 2002. Lecture Note Ilmu Produksi Ternak Unggas. Fapet –
UNSOED. Purwokerto.
Prabowo. 2007. Budidaya Ayam Pedaging atau Potong Dengan Teknologi
Nasa. Poultry Indonesia Farm Indeks Unggas. www. Goole.co.id
Sauvani. 2007. Vaksinasi dan Penyakit. www. Google.co.id.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM- Press. Jogjakarta.
Winarno, F.G,. 1996. Mengatasi Permasalahan Beternak Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar