LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK UNGGAS
OLEH
NURSHOLEH
E10011128
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
ucapkan kehadirat Allh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan laporan Semester Manajemen Ternak Unggas tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa
laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
laporan ini dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.
Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimah kasih kepada Asisten Dosen Industri Mkanan Ternak
selaku pembimbing utama dalam pratikum ini. Demikian laporan ini, penulis
berharap agar bermanfaat bagi kita semua dalam kehidupan sehari-hari.
Jambi, Desember 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGHANTAR---------------------------------------------------- i
DAFTAR
ISI--------------------------------------------------------------- ii
BAB
I. PENDAHULUAN------------------------------------------------- 1
1.1
Latar Belakang----------------------------------------------------- 1
1.2
Tujuan Pratikum---------------------------------------------------- 2
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA------------------------------------------ 3
BAB
III. MATERI DAN METODA-------------------------------------- 5
3.1 Waktu dan
Tempat------------------------------------------------- 5
3.2 Materi ------------------------------------------------------------ 5
3.3 Metode ------------------------------------------------------------ 5
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN--------------------------------- 6
4.1 Pra
Pemeliharaan--------------------------------------------------- 6
4.2 Pemeliharaan------------------------------------------------------- 10
4.3 Manajemen
Penyakit----------------------------------------------- 13
2.4 Penhitungan
Konfersi Ransum------------------------------------- 14
BAB
V. PENUTUP-------------------------------------------------------- 15
Kesimpulan------------------------------------------------------------- 15
Saran-------------------------------------------------------------------- 15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan produksi daging ayam broiler dalam usaha memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat mempengaruhi perkembangan industri pakan, breeding, dan preferensi
konsumen (tingkat kesukaaan atau selera masyarakat) Indonesia. Namun, sayangnya
perkembangan tersebut menghasilkan harga daging ayam mahal, tidak bebas residu,
dan sulit bersaing di pasaran dunia.
Broiler adalah ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya
dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging. Sehubungan
dengan waktu panen yang relatif singkat maka jenis ayam ini memprasyaratkan
pertumbuhan yang cepat, dada lebar yang disertai timbunan daging yang baik, dan
warna bulu yang disenangi, biasanya warna putih. Peranan usaha ternak ayam broiler
di Indonesia mulai menonjol sejak tahun 1980 untuk memenuhi kebutuhan daging
ayam di masyarakat. Hingga saat inipun usaha tersebut tetap berprospek karena
konsumsi daging ayam broiler per kapita masyarakat Indonesia masih tergolong
rendah.
Beberapa peternak mengeluh bahwa memelihara ayam broiler itu
repot dan tidak tahan penyakit. Sebenarnya hal itu tidak akan terjadi bila
manajemen yang diterapkan telah benar. Manajemen tersebut dapat berupa
manajemen pemeliharaan, pakan, kandang, kesehatan ternak dan hal lain yang dapa
meningkatkan produksi ayam niaga pedaging.
Manajemen
yang dilakukan tidak hanya pada saat pemeliharaan saja, tetapi sebaiknya
manajemen mulai dilakukan saat prapemeliharaan. Manajemen pra pemeliharaan
meliputi pembersihan kandang atau cuci kandang, pengapuran, pemasangan litter,
pemasangan tirai dan pensucihamakan mikroorganisme pengganggu. Pensucihamakan
dapat dilakukan dengan penyemprotan desinfektan atau formaldehyde.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun
masud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui tentang hal- hal
yang harus dilakukan saat pra pemeliharaan ayam broiler, Mengetahui tentang
manajemen pemeliharaan broiler yang baik dan benar dari mulai peroide stater,
grower dan finisher. Mengetahui tentang hal- hal yang berhubungan dengan pasca
pemeliharaan ayam broiler
Manfaat yang diperoleh dari pratikum
ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan ayam
yang baik dan benar, seperti cara persiapan kandang sebelum ayam masuk,
manajemen pakan, obat-obatan, vaksinasi dan juga manajemen perkandangan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Abidin, Z., (2002),
Perlu diketahui juga bahwa kotoran menjadi mata rantai penyambung bibit
penyakit pada periode selanjutnuya, lingkungan disekitar kandang juga perlu
diperhatikan dalam tahap pembersihan kandang ini yaitu semak belukar dan
tanaman perdu agar tidak menjadi sarang bagi predator anak ayam (kucing) dan
tempat hidup serangga pengganggu seperti lalat dan tidak mengganggu sirkulasi
udara.
Anonymous, (2007),
Sedangkan untuk kandang litter sebaiknya alas litter agak tebal sekitar 5-7 cm.
Fadilah et al. (2007) menambahkan bahwa
pemberian pakan pada saatstarter diberikan di chick feeder
tray dan pada saat finisher diberikan pakan dalam feeder tube yang
digantung.
Fadilah (2006). bahwa litter yang basah bisa meningkatkan
kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan
menyebabkan bulu ayam kotor.
Prabowo (2007), Pada
umumnya litter yang digunakan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, potongan
kayu, jerami dan sebagainya. Masing-masing bahan memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, berdasarkan penelitian dan hasil pengalaman
dilapangan, bahan yang baik digunakan di daerah tropis adalah serutan kayu.
Rosidi, dkk., (2000). Berdasarkan sistem pemanasan
yang digunakan, brooder dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu individual pen
brooders dan central heating system.
Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa pakan untuk ayam
broiler dibedakan menjadi dua tahap yaitu pakan untuk periode starter dan pakan
untuk periode finisher.
Rasyaf
(1995), yang menyatakan bahwa pertukaran udara dalam kandang akan sangat
penting untuk membuang gas-gas amoniak yang dapat mengganggu pertumbuhan
ayam.
Rasyaf (1992). menambahkan bahwa penyebab
dari kurang perhatian sanitasi akan menimbulkan ternak rentan terhadap
penyakit, sehingga ternak banyak yang mati.
Suryana dan Hasbianto (2008). bahwa sistem perkandangan yang
ideal untuk usaha ternak ayam ras adalah persyaratan temperatur berkisar
32,2-350C dan kelembapan 60-70%.
BAB
III
MATERI
DAN METODA
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Manajemen Ternak Unggas ini dilaksanakan Pada Bulan November - Desember
2013, pada pagi hari jam 07.00 dan 16.00 WIB, bertempat di Fapet Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2
Materi
Alat dan bahan
yang di gunakan saat pratikum adalah Kandang, Lap pel, Ember, Tirai, Penyemprot
desinfektan dan penyemprot formalin, Koran, Sekam, Brooder, Pemanas,
Seperangkat alat untuk Memvaksin, Penyemprot desinfektan, kompresor, tali
raffia, timbangan, sekat (chick guard). Pakan starter, Pakan grower, Pakan
finisher, Vaksin ND, Air minum.
3.3 Metoda
Persiapan kandang
meliputi pembersihan lantai dan dinding dengan pengapuran yang bertujuan untuk
membunuh bakteri pada kandang sehingga tidak menyebabkan penyakit pada ayam.
Tiga hari sebelum chick in yaitu menyemprotkan kandang dengan desinfektan untuk
membunuh kuman dan bakteri. Menyiapkan lampu dan brooder yang bertujuan untuk
membuat kondisi ayam nyaman sesuai dengan tubuh induknya. Pemasangan litter
dengan Menaburkan serbuk gergaji ketebalannya ±5 cm untuk menjaga temperatur
kandang.
Kedatangan
DOC. yang harus dilakukan adalah mengecek strain, menghitung jumlah DOC,
mengambil 10 ekor DOC secara acak sebagai sampel, kemudian menimbang bobot
sampel. Membagi DOC dalam flock-flock dan memberikan air gula dengan dosis 5%.
Pemberian air gula bertujuan untuk mengembalikan energi yang hilang selama
perjalanan dan menghindari dehidrasi pada DOC.
Manajemen
pemeliharaan. memberi pakan yang telah dihaluskan sesuai kebutuhan, memberikan
air minum secara adlibitum. Dan mengatur suhu kandang supaya kandang nyaman
untuk kehidupan ayam yang di peihara.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Pra Pemeliharaan
Kegiatan pra pemeliharaan diawali denan
kegiatan persiapan kandang. Kegiatan ini memegang peranan penting dalam
keberhasilan pemeliharan ayam broiler, persiapan kandang mempunyai pengertian
yaitu menyediakan lingkungan yang benar – benar sesuai dan kondusif untuk
partumbuhan ayam broiler dikarenakan ayam broiler merupakan ayam yang rentan
terhadap berbagai macam penyakit dari periode starter sampai periode finisher
tetapi yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu pada periode starter. Jika
dalam melakukan persiapan kandang banyak kekurangan akan banyak menimbulkan
berbagai permasalahan terutama pada bidang kesehatan. Tahap yang dilakukan
dalam persiapan kandang yaitu :
a. Pembersihan
kandang
Pada pratikum yang dilakukan hal pertama
yang dilakukan adalah pembersihan kandang (sanitasi), Tahap ini pada intinya
membersihkan kandang yang sudah dipakai pada periode sebelumnya, pembersihan
yang dilakukan pertama kali membersihkan kotoran yang ada di bawah kandang yang
kemudian di masukan ke dalam karung, setelah di areal bawah kandang besih
dilakukan pencucian kandang menggunakan sprayer berkekuatan tinggi sehingga
kotoran yang ada pada lantai (slate) lepas, pada prinsipnya yaitu menghilangkan
kotoran, Perlu diketahui juga bahwa kotoran menjadi mata rantai penyambung
bibit penyakit pada periode selanjutnuya, lingkungan disekitar kandang juga
perlu diperhatikan dalam tahap pembersihan kandang ini yaitu semak belukar dan
tanaman perdu agar tidak menjadi sarang bagi predator anak ayam (kucing) dan
tempat hidup serangga pengganggu seperti lalat dan tidak mengganggu sirkulasi
udara ( Abidin, Z., 2002 ).
b. Pengapuran
Mengapa harus ada pengapuran, karena
pengapuran sangat penting dalam pra pemeliharaan karena dapat mencegah
berkembangnya mikroorganisme yang dapat merugikan seperti ookista (penyebab
cocsidiosis), konsentrasi kapur yang digunakan pada pengapuran saat pratikum
yaitu 2% (2 kg kapur diencerkan dalam 10 liter air), kapur yang digunakan saat
praktikum untuk 4 kandang yaitu kurang lebih 20 kg, dengan merek dolomite. Yang
di campurkan di dalam tong besar.
c. Penyemprotan
kandang
Penyemprotan dilakukan secara rutin 2 – 3 kali
menggunakan mesin jen shet agar efektif dalam menghilangkan bibit penyakit.
Berikut ini hal- hal yang berkaitan dengan penyemprotan kandang :
·
Penyemprotan dengan larutan detergen
1-2% yang dilakukan setelah kandang dibersihkan (dicuci), penyemprotan ini
bertujuan agar bahan – bahan organic yang berasal dari sisa-sisa pakan terutama
yang tergolong dalam senyawa lunak dapat larut. Bahan-bahan organic yang
tertinggal dalam kandang dapat menjadi media partumbuhan bagi jamur atau
mikroorganism. Setelah disemprot dibiarkan 5 sampai 10 menit kemudian dibilas
sampai bersih dan dibiarkan sampai bersih dan dibiarkan
mongering.
·
Penyemprotan dengan larutan formalin
5-10 % setelah tirai kandang dipasang. Perbandingan larutan adalah 1 liter
formalin dalam 20 liter air (untuk kondisi normal) dan 1 liter formalin dalam
10 liter air (bila peternakan habis terserang wabah). Konsentrasi tersebut
diperhitungkan agar dapat memusnahkan bibit penyakit tapi tidak membahayakan
penyemprot. Setelah kandang disemprot, kandang dibiarkan 7-21 hari supaya mata
rantai bibit penyakit terputus.
·
Penyemprotan menggunakan desinfektan
seperti dekstan, istam, benzalvak, dan lain-lain, satu hari sebelum DOC masuk.
Yang harus disemprot adalah bagian seluruh kandang terutama pada bagian brooder,
tempat pakan, dan
tempat minum.
Saat praktikum kandang
disemprot dengan larutan formalin (ormaldehyde) saja setelah penuutupan kandang
dengan tirai.
d. Pemasangan
tirai
Tirai
yang digunakan saat pratikum terbuat dari plastic hitam. Tirai berfungsi menutup
kandang untuk meminimalkan pengaruh angina dari luar kandang dan mempertahankan
suhu dalam kandang agar optimal terutama pada masa brooding sehingga pemanas
dapat bekerja secara optimal. Bahan tirai dapat berasal dari karung plastik
bekas pakan, terpal atau goni, yang penting dapat digunakan untuk menahan angin
dan dapat digunakan lebih dari sekali. Pemasangan tirai pada dinding luar,
dinding dalam dan diatas brooder. Tirai pada dinding luar kandang pemasangannya
dengan membuat rol (gulungan) agar mudah dinaikan dan diturunkan (efisien
tenaga).
Pada
waktu malam hari, tetap harus ada sedikit rongga udara untuk membuang sisa-sisa
hasil pembakaran seperti gas monoksida dan ammonia. Rongga udara sebaiknya
sedikit lebih tinggi dari pemanas (30 cm).
e. Pemasangan
litter
Kandang yang digunakan saat praktikum adalah kandang
slate karena alasnya langsung ke bawah tanah, untuk awal pemeliharaan
menggunakan litter bertujuan untuk menghangatkan. Litter yang digunakan berupa serbuk
gergaji. Kandang yang telah dikapur harus diberi alas baik untuk kandang jenis
litter ataupun slate. Alas diberikan untuk memberikan kenyamanan bagi anak ayam
dan supaya anak ayam tidak terperosok pada kandang slate. Kriteria bahan alas
(litter) yang dapat digunakan antara lain dapat menyerap air, tidak cepat
menggumpal, mudah didapat, murah harganya dan tidak menimbulkan polusi udara
(debu). Pada umumnya litter yang digunakan adalah serbuk gergaji, serutan kayu,
potongan kayu, jerami dan sebagainya. Masing-masing bahan memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, berdasarkan penelitian dan hasil pengalaman
dilapangan, bahan yang baik digunakan di daerah tropis adalah serutan kayu Prabowo
(2007), karena serutan kayu memiliki daya serap air yang baik, tidak cepat
menggumpal dan kandungan debunya rendah.Akan tetapi peternak paling banyak
menggunakan sekam padi yang murah dan mudah mendapatkannya.
Ketebalan litter diatur sesuai jenis lantai kandang,
pada kandang slate sebaiknya tidak terlalu tebal antara 2-3 cm, karena alas
tidak digunakan sampai akhir pemeliharaan (hanya sampai umur 18-21 hari)
sehingga penggunaan serbuk gergaji dapat lebih hemat, 1 karung serbuk gergaji
dapat digunakan untuk 6m2. Sedangkan untuk kandang litter sebaiknya alas litter
agak tebal sekitar 5-7 cm (Anonymous., 2007 ).
f. Pembuatan
Brooder
Brooder merupakan induk buatan untuk memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan alami anak ayam. Yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan brooder adalah temperature dan bentuk brooder.
Suhu berperan penting dalam massa brooding karena anak ayam belum mampu
menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan kandang. Sumber energi untuk
memanaskan brooder dapat menggunakan elpiji. Bentuk brooder yang di gunakan
saat pratikum yaitu persegi empat, semestinya broder yang baik itu betuknya
lingkaran supaya tidak ada sisi di sekeliling brooder. Hal- hal yang harus
diperhatikan dalam pemasangan brooder yaitu :
·
bahan broder dapat mengguanakan seng,
dengan penahan dari bambu. Brooder kotak dapat menggunakan bambu. Brooder
lingkaran memungkinkan ayam menyebar secara merata sedangkan bentuk kotak ada kecenderungan
anak ayam mengumpul ditengah. Letak brooder dapat di tengah maupun tepi di
dalam kandang.
·
Pemanas yang di gunakan saat pratikum
adalah gasolek dengan bahan bakar gas.
·
Lama brooding 10 – 12 hari (musim
panas/kemarau), 12 – 14 hari (musim hujan).
·
Tiapa kandang sebaiknya tersedia minimal
1 thermometer (ditengah kandang) dan diberi standar suhu yang dikehendaki pada
umur tertentu (maksimal dan minimal), bila suhu aktual dibawah suhu minimal,
maka pemanas harus dinyalakan, bila suhu aktual diatas suhu maksimal maka
pemanas harus dimatikan.
Pada saat
pratikum criteria-kriteria di atas ini sudah sesuai dengan ketentuannya,
sehingga dapat di kategorikan termasuk manajen yang bagus. Berdasarkan sistem
pemanasan yang digunakan, brooder dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
individual pen brooders dan central heating sistem ( Rosidi, dkk., 2000 ).
4.2
Pemeliharaan
Pemeliharaan
ayam broiler diawali dengan penerimaan DOC, setelah DOC masuk pada saat pratikum
kita melihat strain nya, kemudian penimbangan bobot badan sejumlah 250 ekor dan
di ambil sampel 10 ekor ayam. Kemudian di beri air gula sebanyak 5% bertujuan
untuk menambah energy anak ayam dan di beri makan berupa ransum seara adlibitum
dengan cara di tebar di atas litter yang di alas Koran. Pada saat pratikum ayam
di pelihara dari DOC sampai panen selama 32 hari. Sebelum ayam dating kita
harus benar-benar siap kandangnya, kandang harus hangat. Menurut Abidin, Z (
2002 ) ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum penerimaan DOC, yaitu :
a. pemanas
yang sudah ada dinyalakan 1 – 2 jam sebelum DOC datang.
b. Pastikan
temperatur brooder sudah memenuhi standar 33ºC
c. Alas
koran harus dalam keadaan bersih, terdapat tiga lapis koran dan diangkat satu
lapis tiap hari (sampai hari ketiga)
d.
Menyiapkan air minumdari larutan gula
((1kg gula merah dalam 10 liter air minum) atau dapat menggunakan larutan
sorbitol yaitu campuran antara larutan gula dan antibiotik.
A.
Manajemen Pakan dan Minum
Pakan diberikan dengan menggunakan chick
feeder tray yang diletakkan di lantai agar memudahkan dalam
mengkonsumsi pakan, sedangkan pada saat mencapai umur 1 minggu pakan diberikan dalam feeder tube.
Peletakan tempat pakan dan minum pada masa ini adalah dengan digantung setinggi
bahu ayam. Hal ini dilakukan agar pakan dan minum tidak mudah tumpah dan tidak
tercampur dengan sekam. Sekam yang tercampur dalam pakan atau minum akan
membahayakan ternak jika memakannya, karena dapat mengganggu saluran
pencernaan. Sistem
pemberian pakan yang dilakukan sudah baik, karena meperhatikan cara untuk
memberi pakan pada saat DOC dan ayam periode finisher meliputi
tempat pakan yang digunakan, cara penempatan tempat pakan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa pakan untuk ayam
broiler dibedakan menjadi dua tahap yaitu pakan untuk periode starter dan pakan
untuk periode finisher. Fadilah et al. (2007) menambahkan
bahwa pemberian pakan pada saatstarter diberikan di chick
feeder tray dan pada saat finisher diberikan pakan dalam
feeder tube yang digantung.
Ø Pakan periode starter
Pemberian pakan pada periode starter menggunakan pakan
dengan kandungan protein 21%. Kandungan protein tinggi ditujukan untuk memacu
pertumbuhan ayam yang optimal pada periode awal. Pemberian pakan dilakukan
secara bertahap (sedikit demi sedikit) pada umur awal (1 minggu). Pemberian
pakan starter dilakukan sampai dengan umur 21 hari.
Ø Pakan pada periode finisher
menggunakan pakan
dengan kandungan protein minimal 19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi
pakan, karena pada periode finisher laju pertumbuhan sudah mulai menurun.
Penggantian pakan dilakukan secara bertahap dari pakan starter : finisher, 75%
: 25%, 50% : 50%, 25% : 75%, finisher total.
Yang harus di perhatikan lagi pada saat pratikum adalah
posisi tempat pakan Dibawah gasolek sebaiknya jangan diberi tempat pakan/
feeder tray karena panas akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan. Umur 9 – 10
hari, penambahan seluruh alas tabung kuning dapat dilakukan sehingga feeder
space 1:25 – 30 ekor. Umur 13 – 14 hari 50% tempat pakan tabung kuning bisa
digantung. Umur 15 – 16 hari tabung kuning digantung semua.
Sedangkan
pemberian minum yang dilakukan saat pratikum dengan cara menggunakan galon
biasa, pada ayam fase starter dan galon otomatis fase finisher. Air minum yang
diberikan harus sesuai standar kebutuhan harian (dibagi beberapa kali
pemberian), jangan sampai kekurangan air pada fase DOC karena akan menimbulkan
kerdil. Dan air dig anti sehari 2 kali.
Manajemen
Perkandangan
Tirai ditutup pada fase starter bertujuan
untuk menyesuaikan kondisi lingkungan yang dibutuhkan DOC. Setelah ayam berumur
lebih dari 1 minggu tirai ditutup pada saat malam hari atau pada saat suhu
rendah, ketika ada angin kencang dan hujan. Hal ini
dilakukan agar suhu dalam kandang tetap nyaman dan serbuk gergaji tidak basah.
Tirai dibuka pada saat siang hari atau ketika suhu tinggi dan berfungsi sebagai
ventilasi udara sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa pertukaran
udara dalam kandang akan sangat penting untuk membuang gas-gas amoniak yang
dapat mengganggu pertumbuhan ayam. Penggantian litter dengan menggunakan serbuk
gergaji dilakukan apabila serbuk gergaji sudah basah. Tujuan dari penggantian serbuk
gergaji adalah untuk menghindari peningkatan kandungan amonia dan penyebaran
bibit penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2006) bahwa litter yang
basah bisa meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai
penyakit, dan menyebabkan bulu ayam kotor.
Pengaturan suhu dalam kandang bagi
ternak dilakukan dengan pengaturan tirai dan brooder. Bahan yang digunakan sebagai tirai
adalah plastik tebal. Brooder menggunakan lampu bohlam dan gasolet yang apabila
suhu tinggi maka bohlam dimatikan dan diangkat dijauhkan dari DOC. Gasolet juga
di matikan, Suhu rata-rata dalam kandang pada minggu pertama 31,85oC,
minggu kedua 30,65oC, minggu ketiga 29,91oC dan pada
minggu keempat 29,65oC. Suhu tersebut bukan merupakan comfort
zone bagi ternak sehingga ternak sering melakukan panting.
Suhu yang baik untuk hidup ayam broiler adalah sekitar 320-350C.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suryana dan Hasbianto (2008) bahwa sistem
perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras adalah persyaratan
temperatur berkisar 32,2-350C dan kelembapan 60-70%. Awal DOC masuk
tirai ditutup selama 1 minggu dan menggunakan lampu brooder yang
berfungsi sebagai pemanas atau penghangat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa alat pemanas merupakan suatu alat yang
digunakan untuk memberi rasa hangat serta berfungsi untuk menggantikan panas
tubuh yang biasa diberikan oleh induk ayam untuk menjaga tubuh anak ayam agar
tetap stabil.
4.3 Manajemen Penyakit
Usaha pencegahan penyakit pada ayam broiler bisa dilakukan
dengan sanitasi kandang dan vaksinasi. Pada broiler vaksinasi yang umum
dilakukan yaitu vaksin ND 1, gumboro dan ND 2. Sauvani ( 2007 ) mengatakan
bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vaksinasi yaitu jenis
vaksin, metode vaksin, jadwal vaksin, dosis vaksin, waktu pemberian vaksin dan
cara penyimpanan vaksin tersebut.
Sanitasi dilakukan secara rutin setiap hari meliputi
sanitasi kandang, peralatan dan praktikan yang masuk kandang (biosecurity). Sanitasi
kandang dilakukan dengan cara membersihkan kandang setiap harinya dengan cara
menyapu sekam yang tercecer, selain itu juga membersihkan kandang luar dengan
cara menyapu halaman luar kandang dan membersihkan selokan air agar tidak timbul
bibit penyakit. Sanitasi peralatan yaitu dengan membersihkan tempat pakan dan
air minum setiap hari supaya meminimalisir ternak agar tidak terkena penyakit
baik dari jamur, bakteri, protozoa, dan virus yang dapat menimbulkan penyakit.
Sanitasi praktikan (biosecurity) dengan cara
menyemprotkan desinfektan ke
tangan dan kaki supaya tidak membawa penyakit dari luar kandang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwatujuan dari sanitasi secara
menyeluruh adalah untuk menjaga kebersihan kandang baik luar maupun dalam
kandang agar ternak dapat menampilkan performans yang baik dan ternak bebas
dari penyakit. Rasyaf (1992) menambahkan bahwa penyebab
dari kurang perhatian sanitasi akan menimbulkan ternak rentan terhadap
penyakit, sehingga ternak banyak yang mati. Oleh karena itu sanitasi sangat
diperlukan dalam manajemen usaha peternakan.
Vaksin ND 1 biasanya dilakukan pada
minggu pertama. Pada saat praktikum, vaksin ND1 diberikan saat ayam berumur 4
hari dengan cara tetes mata dan subcutan, sebenarnya vaksin ini dapat dilakukan
juga dengan cara intramuskular. ND 1 bersifat aktif atau kill. Setelah broiler
berusia 11 hari maka divaksin IBD atau gumboro. Metode vaksin yaitu dengan
drink water ( DW ), karena vaksin bersifat inaktif. Pada metode DW ini vaksin
dilarutkan bersama dengan air yang telah dicampur dengan susu skim.
Pada saat prtikum berlangsung jika
di lihat dari litternya basah, hal ini dapat menimbulkan penyakit oleh sebab
itu litter tidak boleh terlalu basah. Selama pemeliharaan hendaknya litter yang
digunakan sering dibolakbalik atau kalau perlu diganti. Tujuannya yaitu untuk
menghindari penumpukan kotoran yang akan menimbulkan amoniak yang menganggu
kesehatan broiler itu sendiri. Selain itu, biasanya di alas juga sering tumbuh
cacing yang berbahaya jika dimakan oleh DOC. Pada awal pemeliharaan kandang
yang digunakan ukurannya kecil, semakin lama ayam semakin besar sehingga perlu
adanya pelebaran kandang. Biasanya pelebaran kandang dilakukan pada hari- hari
ganjil.
2.4 Penhitungan Konfersi Ransum
Pada pratikum yang telah di dapat
dari kelompok B adalah sebagai berikut:
di ketahui populasi ayam sebanyak
2000 ekor dengan konsumsi pakan 6400kg. dan Pertambahan bobot badan mencapai 2
kg. maka dapat di hitunng.
Jumlah konsumsi pakan per ekor =
konsumsi pakan/jumlah ayam
= 6.400.000 gr / 2000
= 3200 gr/ekor
FCR =
konsumsi pakan / Pertambahan bobot badan
= 3200 / 200
= 1,6
Kesimpulannya yaitu untuk
mendapatkan bobot badan ayam 1 kg di butuhkan pakan sebanyak 1,6 kg.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kegiatan pra pemeliharaan terdiri dari cuci kandang,
pengapuran, penyemprotan desinfektan, pemasangan litter, cuci tirai, pemasangan
brodeer dan mengistirahatkan kandang sebelum digunakan selama ± 7 hari.
Pengapuran dilakukan dengan melarutkan air dan kapur, sedangkan fumigasi dengan
penyemprotan desinfektan (formaldehyde).
Pemeliharaan meliputi penerimaan DOC, kegiatan rutin
( pemberian pakan dan minum ), fumigasi, vaksinasi, pelebaran kandang dan
culling ayam sakit. Vaksinasi yang dilakukan saat praktikum sebanyak 3 kali
yaitu ND 1 umur 4 hari, IBD umur 11 hari dan ND 2 umur 21 hari.
5.2
Saran
Praktikum lebih baik lagi, masih banyak
yang perlu di benahi baik dari segi peralatan yang mendukung pemeliharaan
maupun kandang. Terakhir, jangan pernah menyerah untuk mencari dan berbagi ilmu.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2002. Meningkatkan
Produktivitas Ayam Kampung Pedaging.
Agro Media Pustaka. Jakarta.
Alfred. 2005. Vaksin Ayam. Poultry
Indonesia Farm Indeks Unggas. www.
Google.co.id
Anonymous. 2007. Budidaya Ayam Ras
Pedaging. Pustaka Umum. www.
Google.co.id
Mulyowati, dkk. 2002. Lecture Note
Ilmu Produksi Ternak Unggas. Fapet –
UNSOED. Purwokerto.
Prabowo. 2007. Budidaya Ayam Pedaging atau Potong Dengan
Teknologi
Nasa. Poultry Indonesia Farm Indeks Unggas. www. Goole.co.id
Sauvani. 2007. Vaksinasi dan Penyakit. www. Google.co.id.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM- Press.
Jogjakarta.
Winarno, F.G,. 1996. Mengatasi
Permasalahan Beternak Ayam. Penebar

Tidak ada komentar:
Posting Komentar