LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
NUTRISI TERNAK PERAH
“PETERNAKAN SAPI PERAH
KELOMPOK TANI BINA MAJU SEJAHTERA”
OLEH :
NURSHOLEH
E10011128
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan
gizi bagi masyarakat. Namun memeliharaanya masih sangat minim khusunya di
Provinsi Jambi ini dikarenakan suhu lingkungan termasuk tinggi, sedangkan suhu
yang baik untuk penampilan produktivitas sapi (produksi susu, pertumbuhan )
atau daerah optimal yaitu 0 – 16oC. Pemerahan susu pada sapi perah
memiliki prospek yang pelu diperhatikan adalah kebersihan alat, sapi dan lantai
kandang. Kandang yang baik didalam pemeliharaan sapi perah memiliki kemiringan
20 C. pembersihkan kandang sapi perah harus terjadwal yaitu pada
pagi hari pukul 06.30 dan pada pada sore hari pukul 15.30 sudah mulai
dibersihkan, karena keterlibatan peternak, pekerja pada sapi 80%.
Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis.
Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat ditingkatkan,
diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. Hal tersebut dikarenakan
besarnya produksi susu ditentukan oleh keberhasilan program-program reproduksi
dan manajemen pakan yang balance (seimbang) baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
Kandang harus dibersihkan setiap
hari secara teratur terutama lantai kandang, bak pakan dan bak minum. Sapi
perah yang sedang laktasi memerlukan tingkat kebersihan yang lebih baik agar
air susu yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik pula. Terutama pada waktu
akan mengadakan pemerahan, kandang dan peralatan harus dibersihkan terlebih
dahulu sebab air susu mudah sekali menyerap bau-bauan. Oleh karena itu
diperlukan air yang cukup banyak untuk penyediaan air minum, memandikan sapi,
membersihkan kandang, dan peralatan persusuan.
Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan
beberapa hal, diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi,
calving interval, service per conception maupun umur beranak. Salah satu
masalah yang masih menjadi kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang
diperhatikannya service period. Umumnya peternak kita service periodnya sekitar
4 bulan, padahal standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan
terjadi kontinyuitas produksi service period dipatok 2 bulan. Ini akan menjadi
tugas bagi kita semua untuk dapat membenahi manajemen reproduksi pada ternak
sapi perah.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum yang dilakukan yaitu untuk mengetahui sistem pemeliharaan sapi
perah itu sendiri, khususnya manajemen pakan.
1.3 Manfaat
Sedangkan manfaatnya
yaitu kita dapat mengetahui system pemeliharaan ternak sapi perah, mengetahui
susunan ransum yang digunakan sebagai pakan,
BAB
II
TINJAUN
PUSTAKA
Menurut Murtijho A.B. 2000, Makanan ternak ruminansia dari
sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk kesehatan,
pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Makanan yang baik akan menjadikan fungsi
proses dalam tubuh secara normal. Dalam batas normal , makanan bagi hewan
ternak ruminansia berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh ,dan
membuat energi sehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme untuk
perrtumbuhan, produksi dan reproduksi.
Menurut Blakely and Blade, 2001 Sapi
Friesian Holstein (FH) yang memiliki corak hitam putih memiliki produksi susu
yang tinggi dan berkadar lemak rendah. Hal ini sangat cocok dengan kondisi
pemasaran saat ini.
Menurut Hardjosubroto, 2004
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi yang berasal dari negeri Belanda,
yaitu propinsi North Holland dan West Friesland. Sifat karakteristik FH adalah
berwarna hitam putih, ada juga yang berwarna merah dan putih, merupakan sapi
tipe besar dengan berat dewasa betina 540 sampai 580 kilogram dan sapi jantan
mencapai 800 kilogram. Produksi susunya dapat mencapai 12.352 liter perlaktasi
selama 300 hari dengan kadar lemak 3,7%, di Indonesia rerata produksi susu
berkisar antara 2500 sampai 3000 kilogram perlaktasi.
Menurut Suwarsono 2002,
dalam pemberian pakan kosentrat sebaiknya diberikan pada saat pagi dan sore
hari. Dan pemberian pakan kosentrat pada umumnya diberikan < 1jam sebelum
pemerahan serta ketersedia air minum juga merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan peternakan sapi perah.
Menurut Sugeng (2003),
menyatakan bahwa lantai kandang yang terbuat dari semen berfungsi untuk
memudahkan peternak dalam membersihkan dan membuang kotoran.
Menurut Sugeng (2002),
menyatakan bahwa pakan bagi ternak dapat berfungsi untuk hidup pokok,
pertumbuhan dan reproduksi. Jenis pakan yang yang diberikan serta cara
memberikan kunci keberhasilan usaha sapi perah. Pakan (ransum) yang diberikan merupakan hijauan dan
konsentrat.
BAB
III
MATERI
DAN METODA
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Nutrisi Ternak Perah ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013, tepatnya pada
hari selasa pukul 08.00 – 11.00 WIB. Bertempat di Peternakan pak Ali di Kota
Karang, Kasang Pudak, Jambi.
2.2
Materi
Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu dari ternak itu sendiri sapi Friesian Holstein (FH),
pakan yang digunakan, mesin pencacah rumput, dan alat tulis.
2.3
Metoda
Adapun
cara kerjanya yaitu kita mendengarkan pengarahan dari peternak dan mengamati
penchopperan limbah tanaman jagung.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Keadaan Umum
Peternakan Bina Maju Sejahtera
Adapun peternakan sapi
perah kelompok Tani Bina Maju Sejahtera terletak di desa Kota Karang, Kecamatan
Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi dengan luas sekitar 2 Ha di perkebunan sawit,
jenis sapi perahnya adalah PFH (Peranakan Friesian Holstein).

Gambar 1. Keadaan umum dan jenis
ternak sapi perah di BMS
Bangsa sapi perah yang terdapat pada
peternakan pak Ali yaitu sapi FH (Friesian Holstein) yang berjumlah 16 ekor
denagn 7 indukan, 3 betina dara dan 6 ekor jantan.Sapi FH mempunyai
karakteristik (ciri-ciri)sebagai berikut : warna dominan bercorak hitam, putih
Sesuai dengan pendapat Blakely and
Blade, (1991) “ Sapi Friesian Holstein (FH) yang memiliki corak hitam putih
memiliki produksi susu yang tinggi dan berkadar lemak rendah. Hal ini sangat
cocok dengan kondisi pemasaran saat ini “.Dipekuat juga oleh pendapat Syarief dan Sumopratowo, (1990)”Tanda –
tanda yang dimiliki bangsa ini antara lain memiliki warna putih dengan
belang hitam, warna hitam
didaerah bawah persendian siku dan lutut, tetapi warna hitam pada
kaki mulai dari bahu atau paha sampai ke kuku”,ternak betina juga
lebih jinak daripada ternak jantan.

Gambar
2. Sapi Friesian Holstein (FH)
Suhu
yang cocok untuk lingkungan sapi perah yaitu kisaran 0-160C,
sehingga produksi susu pada sapi ini tidak terlalu banyak, kareni sapi FH tidak
tahan akan susu yang tinggi Soetardi, (1995)
menyatakan FH tergolong bangsa sapi yang paling
rendah daya tahan panasnya, sehingga perlu dipertimbangkan
iklim yang ada di daerah pemeliharaan.
3.2 Pakan sapi Perah
Pakan yang diberikan
dipeternakan pak Ali berupa hijauan (silase jagung 60%) dan konsentrat 40% .
Komposisi dan proporsi dari konsentrat itu sendiri yaitu :




susunya)


Bila
belum mencapai 100% ditambah dedak + B.jagung (silase) yang telah dicoper 60%
Pemberian pakan 10%
dari Bobot Badan (hijauan segar), untuk memacu produksi susu diberikan choperan
ubi kayu (singkong) yang mengandung karbohidrat tinggi.
Pakan merupakan hal
yang paling penting, selain digunakan untuk hidup pertumbuhan juga sebagai
penentu produksi susu.Pakan yang utama digunakan pada peternakan ini adalah
hijauan yang berasal dari hasil pertanian Jagung, terdapat juga mesin pengolah
hijauan (pencacah) yang mana menjadikan batang jagung menjadi potongan –
potongan. Ada juga
pembuatan komplit feed campuaran dari batang jagung dan dedak yang dimasukkan
kedalam karung, ini dibuat untuk antisipasi musim kemarau dan datangnya bulan
puasa yang dapat menghemat tenaga.
Prihadi,(1996)menyatakanbahwa”fungsi utama dari
pemberian konsen rat adalah mensuplai energi tambahan yang
diperlukan untuk produksi susu secara maksimum dan mengatur atau
menyesuaikan tingkat protein suatu ransum tertentu Pemeliharaan sapi
perah ”.Tersedianya penampungan air yang cukup, yang mana air selalu diberikan Blakely dan Bade, (1994) menyatakan
”air minum harus selalu ada atau tersedia karena air mempunyai
fungsi sangat vital”.

Gambar 3. Limbah Jagung Yang di
Chopper

Gambar 4. Konsentrat
Prinsip
pembuatan silase
Prinsip
pembuatan silase adalah usaha untuk mencapai dan mempercepat keadaan hampa
udara (anaerob) dan suasana asm di tempat penyimpanan. Dalam keadaan hampa
udara dan suasana asam inilah, maka bakteri pembusuk dan jamur akan mati,
sehingga hijauan akan tahan lama didalamnya. Keadaan hampa udara
Prinsip ini dapat dilaksanakan dengan penyimpanan hijauan makanan ternak yang dilakukan:
Prinsip ini dapat dilaksanakan dengan penyimpanan hijauan makanan ternak yang dilakukan:
- Didalam tempat yang tertutup rapat
- Dengan penimbunan hijauan yang
dipadatkan Pemadatan yang sempurna akan memperkecil kantong-kantong udara
didalam penyimpanan, sehingga keadaan hampa udara cepat tercapai. Guna
mempermudah pemadatan, maka ada baiknya kalau hijauan yang akan dibuat silase
itu dipotong –potong terlebih dahulu. Apabila terjadi penutupan silo yang tidak
rapat atau didalam silo banyak terdapat kantong udara, maka hal ini akan
menimbulkan organisme aerobik, terutama jamur akan tumbuh cepat.
Suasana asam untuk
mencegah adanya organisme di dalam penyimpanan yang tidak dikehendaki, karena
organisme tersebut bisa mengakibatkan terjadinya pembusukan yakni pembentukan
asam bitirat yang tidak dikehendak, maka dapat diusahakan dengan penurunan pH
sekitar 4 didalam silo secepat mungkin.Usaha penurunan pH ini bisa dilakukan
dengan memberikan bahan pengawet baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembukaan
silase tidak boleh lebih dari 2-3 kali/hari, karena bias memacu masuknya udara
dalam silo.
Pemberian bahan pengawet
secara langsung. Pemberian bahan pengawet secara langsung ini bisa dilakukan
dengan menambahkan bahan-bahan kimia seperti : Na, Bisulfat, Sulfur dioksida,
HCL, Asam Sulfat. Pemberian bahan pengawet tidak langsung yakni dilakukan
dengan menambahkan bahan-bahan yang banyak mengandung karbohidrat sebagai
substrat pertumbuhan bakteri. Bahan-bahan tersebut misalnya:
- Tetes : 3 % dari
bahan silase
-
Dedak halus : 5% dari bahan silase
- Menir : 3% dari bahan
silase
-
Onggok : 3% dari bahan silase
Proses ensilase
Proses ini terjadi
karena bakteri-bakteri pembentuk asam susu, yakni bakteri Lactisacidi dan
Steptococcus Lactis yang hidup anaerob pada Ph 4. Itulah sebabnya maka keadaan
atau media semacam itu secepat mungkn diciptakan, agar proses ensilase segera
berlangsung sebelum bahan hijauan itu dirusak oleh bakteri pembusuk dan jamur. Proses
ini terjadi karena dalam penyimpanan itu sel-sel yang masih hidup terus
bernapas dengan menggunakan O2 membentuk CO2, H2O dan panas. Enzim dan bakteri
waktu itu aktif bekerja dan terjadilah fermentasi, yakni pemecahan karbohidrat
menjadi alkohol, asam laktat, asam butirat, asam karbonat dan pelepasan panas.
Di dalam hal ini protein dirombak menjadi amoniak, asam amino, amida, asam
asetat, asam butirat dan air.
Karena pada proses tersebut, maka semakn lama sisa udara di dalam silo berkurang, akibat suatu pemadatan silase dan juga karena udara terpakai untuk pernapasan sel-sel tadi, sehingga pada saat tertentu O2 akan habis, akhirnya pernapasan berhenti. Dalam keadaan demikian, maka jamur tak dapat tumbuh, tetapi bakteri masih aktif bekerja menghasilkan asam organik.
Akibat keaktifan bakteri inilah maka terjadi asam. Proses penambahan asam yang berlangsung terus ini berarti menyebabkan terjadinya penurunan Ph ysng mengskibstksn bakteri terlambat bekerjanya. Pada Ph sekitar 4, bakteri berhenti bekerja dengan demikian proses ensilase selesai. Bila udara dan air tidak masuk ke dalam silo maka silase akan tahan lama di tempat penyimpanannya.
Persiapan Pembuatan Silase
Karena pada proses tersebut, maka semakn lama sisa udara di dalam silo berkurang, akibat suatu pemadatan silase dan juga karena udara terpakai untuk pernapasan sel-sel tadi, sehingga pada saat tertentu O2 akan habis, akhirnya pernapasan berhenti. Dalam keadaan demikian, maka jamur tak dapat tumbuh, tetapi bakteri masih aktif bekerja menghasilkan asam organik.
Akibat keaktifan bakteri inilah maka terjadi asam. Proses penambahan asam yang berlangsung terus ini berarti menyebabkan terjadinya penurunan Ph ysng mengskibstksn bakteri terlambat bekerjanya. Pada Ph sekitar 4, bakteri berhenti bekerja dengan demikian proses ensilase selesai. Bila udara dan air tidak masuk ke dalam silo maka silase akan tahan lama di tempat penyimpanannya.
Persiapan Pembuatan Silase
Untuk melakukan
pembuatan silase ini perlu dipersiapkan semua peralatan dan bahan-bahannya
seperti:
1.Silo, tempat yang dipakai untuk pembuatan
atau penyimpana silase.
2.Chopper atau alat-alat yang lainnya yang bisa
digunakan untuk memotong bahan hijauan yang hendak disimpan menjadi potongan pendek-pendek.
3.Hijauan makanan ternak yang telah
dipanen.
4. Bahan-bahan pengawet.
5.Plastik yang bisa diperrgunakan sebagai penutup
atau sebagai alat penahan perembesan air di bagian dindingnya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sapi
perah yang terdapat dipeternakan Pak Ali yaitu Bangsa Friessian Holstein (FH)
yang berasal dari Belanda. Pakan yang diberikan berupa hijaua segar/silase
limbah jagung dan konsetrat(pakan penguat).
5.2
Saran
Semoga
dengan adanya praktikum dapat membantu dalam pemahaman teori. Dan laporan ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar