Rabu, 11 November 2015

LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK PERAH



LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
NUTRISI TERNAK PERAH
“PETERNAKAN SAPI PERAH KELOMPOK TANI BINA MAJU SEJAHTERA”

OLEH :
NURSHOLEH
E10011128






 







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat. Namun memeliharaanya masih sangat minim khusunya di Provinsi Jambi ini dikarenakan suhu lingkungan termasuk tinggi, sedangkan suhu yang baik untuk penampilan produktivitas sapi (produksi susu, pertumbuhan ) atau daerah optimal yaitu 0 – 16oC. Pemerahan susu pada sapi perah memiliki prospek yang pelu diperhatikan adalah kebersihan alat, sapi dan lantai kandang. Kandang yang baik didalam pemeliharaan sapi perah memiliki kemiringan 20 C. pembersihkan kandang sapi perah harus terjadwal yaitu pada pagi hari pukul 06.30 dan pada pada sore hari pukul 15.30 sudah mulai dibersihkan, karena keterlibatan peternak, pekerja pada sapi 80%.
Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. Hal tersebut dikarenakan besarnya produksi susu ditentukan oleh keberhasilan program-program reproduksi dan manajemen pakan yang balance (seimbang) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Kandang harus dibersihkan setiap hari secara teratur terutama lantai kandang, bak pakan dan bak minum. Sapi perah yang sedang laktasi memerlukan tingkat kebersihan yang lebih baik agar air susu yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik pula. Terutama pada waktu akan mengadakan pemerahan, kandang dan peralatan harus dibersihkan terlebih dahulu sebab air susu mudah sekali menyerap bau-bauan. Oleh karena itu diperlukan air yang cukup banyak untuk penyediaan air minum, memandikan sapi, membersihkan kandang, dan peralatan persusuan.
Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi, calving interval, service per conception maupun umur beranak. Salah satu masalah yang masih menjadi kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang diperhatikannya service period. Umumnya peternak kita service periodnya sekitar 4 bulan, padahal standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan terjadi kontinyuitas produksi service period dipatok 2 bulan. Ini akan menjadi tugas bagi kita semua untuk dapat membenahi manajemen reproduksi pada ternak sapi perah.
1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum yang dilakukan yaitu untuk mengetahui sistem pemeliharaan sapi perah itu sendiri, khususnya manajemen pakan.
1.3  Manfaat
Sedangkan manfaatnya yaitu kita dapat mengetahui system pemeliharaan ternak sapi perah, mengetahui susunan ransum yang digunakan sebagai pakan,
















BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Menurut Murtijho A.B. 2000, Makanan ternak ruminansia dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Makanan yang baik akan menjadikan fungsi proses dalam tubuh secara normal. Dalam batas normal , makanan bagi hewan ternak ruminansia berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh ,dan membuat energi sehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme untuk perrtumbuhan, produksi dan reproduksi.
Menurut Blakely and Blade, 2001 Sapi Friesian Holstein (FH) yang memiliki corak hitam putih memiliki produksi susu yang tinggi dan berkadar lemak rendah. Hal ini sangat cocok dengan kondisi pemasaran saat ini.
Menurut Hardjosubroto, 2004 Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi yang berasal dari negeri Belanda, yaitu propinsi North Holland dan West Friesland. Sifat karakteristik FH adalah berwarna hitam putih, ada juga yang berwarna merah dan putih, merupakan sapi tipe besar dengan berat dewasa betina 540 sampai 580 kilogram dan sapi jantan mencapai 800 kilogram. Produksi susunya dapat mencapai 12.352 liter perlaktasi selama 300 hari dengan kadar lemak 3,7%, di Indonesia rerata produksi susu berkisar antara 2500 sampai 3000 kilogram perlaktasi.
Menurut Suwarsono 2002, dalam pemberian pakan kosentrat sebaiknya diberikan pada saat pagi dan sore hari. Dan pemberian pakan kosentrat pada umumnya diberikan < 1jam sebelum pemerahan serta ketersedia air minum juga merupakan faktor yang menentukan keberhasilan peternakan sapi perah.
Menurut Sugeng (2003), menyatakan bahwa lantai kandang yang terbuat dari semen berfungsi untuk memudahkan peternak dalam membersihkan dan membuang kotoran.
Menurut Sugeng (2002), menyatakan bahwa pakan bagi ternak dapat berfungsi untuk hidup pokok, pertumbuhan dan reproduksi. Jenis pakan yang yang diberikan serta cara memberikan kunci keberhasilan usaha sapi perah. Pakan (ransum) yang diberikan merupakan hijauan dan konsentrat.





























BAB III
MATERI DAN METODA
2.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Nutrisi Ternak Perah ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013, tepatnya pada hari selasa pukul 08.00 – 11.00 WIB. Bertempat di Peternakan pak Ali di Kota Karang, Kasang Pudak, Jambi.
2.2 Materi
            Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu dari ternak itu sendiri sapi Friesian Holstein (FH), pakan yang digunakan, mesin pencacah rumput, dan alat tulis.
2.3 Metoda
            Adapun cara kerjanya yaitu kita mendengarkan pengarahan dari peternak dan mengamati penchopperan limbah tanaman jagung.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Keadaan Umum Peternakan Bina Maju Sejahtera
Adapun peternakan sapi perah kelompok Tani Bina Maju Sejahtera terletak di desa Kota Karang, Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi dengan luas sekitar 2 Ha di perkebunan sawit, jenis sapi perahnya adalah PFH (Peranakan Friesian Holstein).

Gambar 1. Keadaan umum dan jenis ternak sapi perah di BMS
Bangsa sapi perah yang terdapat pada peternakan pak Ali yaitu sapi FH (Friesian Holstein) yang berjumlah 16 ekor denagn 7 indukan, 3 betina dara dan 6 ekor jantan.Sapi FH mempunyai karakteristik (ciri-ciri)sebagai berikut : warna dominan bercorak hitam, putih Sesuai dengan pendapat Blakely and Blade, (1991) “ Sapi Friesian Holstein (FH) yang memiliki corak hitam putih memiliki produksi susu yang tinggi dan berkadar lemak rendah. Hal ini sangat cocok dengan kondisi pemasaran saat ini “.Dipekuat juga oleh pendapat Syarief dan Sumopratowo, (1990)”Tanda – tanda yang dimiliki bangsa ini antara lain memiliki warna putih dengan  belang  hitam,  warna hitam didaerah bawah persendian siku dan lutut, tetapi warna  hitam  pada  kaki  mulai dari bahu atau paha sampai ke kuku”,ternak betina juga lebih jinak daripada ternak jantan.
Description: D:\FILE\foto\249112_166952660149567_656537272_n.jpg
Gambar 2. Sapi Friesian Holstein (FH)
            Suhu yang cocok untuk lingkungan sapi perah yaitu kisaran 0-160C, sehingga produksi susu pada sapi ini tidak terlalu banyak, kareni sapi FH tidak tahan akan susu yang tinggi Soetardi, (1995) menyatakan  FH  tergolong  bangsa sapi yang  paling  rendah daya tahan  panasnya, sehingga perlu dipertimbangkan  iklim  yang  ada di daerah  pemeliharaan.

3.2 Pakan sapi Perah
Pakan yang diberikan dipeternakan pak Ali berupa hijauan (silase jagung 60%) dan konsentrat 40% . Komposisi dan proporsi dari konsentrat itu sendiri yaitu :
Ampas tahu                                                40 – 60 %
Dedak                                                         20-30 %
Suplemen vit                                              1 kg / 100 gr (1-2%)
Bungkil                                                       5% (tidak banyak takut tengik 
                                                                   susunya)
Garam                                                         1-2%
Polar                                                           10%
Bila belum mencapai 100% ditambah dedak + B.jagung (silase) yang telah dicoper 60%
Pemberian pakan 10% dari Bobot Badan (hijauan segar), untuk memacu produksi susu diberikan choperan ubi kayu (singkong) yang mengandung karbohidrat tinggi.
Pakan merupakan hal yang paling penting, selain digunakan untuk hidup pertumbuhan juga sebagai penentu produksi susu.Pakan yang utama digunakan pada peternakan ini adalah hijauan yang berasal dari hasil pertanian Jagung, terdapat juga mesin pengolah hijauan (pencacah) yang mana menjadikan batang jagung menjadi potongan – potongan. Ada juga pembuatan komplit feed campuaran dari batang jagung dan dedak yang dimasukkan kedalam karung, ini dibuat untuk antisipasi musim kemarau dan datangnya bulan puasa yang dapat menghemat tenaga.
Prihadi,(1996)menyatakanbahwa”fungsi  utama  dari  pemberian  konsen rat adalah mensuplai energi tambahan yang diperlukan untuk produksi susu secara maksimum  dan  mengatur atau menyesuaikan tingkat protein suatu ransum tertentu  Pemeliharaan sapi perah ”.Tersedianya penampungan air yang cukup, yang mana air selalu diberikan Blakely dan Bade, (1994) menyatakan ”air minum harus selalu ada atau  tersedia  karena air mempunyai fungsi sangat vital”.
                                                                 








Gambar 3. Limbah Jagung Yang di Chopper
Gambar 4. Konsentrat
Prinsip pembuatan silase
            Prinsip pembuatan silase adalah usaha untuk mencapai dan mempercepat keadaan hampa udara (anaerob) dan suasana asm di tempat penyimpanan. Dalam keadaan hampa udara dan suasana asam inilah, maka bakteri pembusuk dan jamur akan mati, sehingga hijauan akan tahan lama didalamnya. Keadaan hampa udara
Prinsip ini dapat dilaksanakan dengan penyimpanan hijauan makanan ternak yang dilakukan:
- Didalam tempat yang tertutup rapat
- Dengan penimbunan hijauan yang dipadatkan Pemadatan yang sempurna akan memperkecil kantong-kantong udara didalam penyimpanan, sehingga keadaan hampa udara cepat tercapai. Guna mempermudah pemadatan, maka ada baiknya kalau hijauan yang akan dibuat silase itu dipotong –potong terlebih dahulu. Apabila terjadi penutupan silo yang tidak rapat atau didalam silo banyak terdapat kantong udara, maka hal ini akan menimbulkan organisme aerobik, terutama jamur akan tumbuh cepat.
Suasana asam untuk mencegah adanya organisme di dalam penyimpanan yang tidak dikehendaki, karena organisme tersebut bisa mengakibatkan terjadinya pembusukan yakni pembentukan asam bitirat yang tidak dikehendak, maka dapat diusahakan dengan penurunan pH sekitar 4 didalam silo secepat mungkin.Usaha penurunan pH ini bisa dilakukan dengan memberikan bahan pengawet baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembukaan silase tidak boleh lebih dari 2-3 kali/hari, karena bias memacu masuknya udara dalam silo.
Pemberian bahan pengawet secara langsung. Pemberian bahan pengawet secara langsung ini bisa dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia seperti : Na, Bisulfat, Sulfur dioksida, HCL, Asam Sulfat. Pemberian bahan pengawet tidak langsung yakni dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan yang banyak mengandung karbohidrat sebagai substrat pertumbuhan bakteri. Bahan-bahan tersebut misalnya:
- Tetes : 3 % dari bahan silase
- Dedak halus : 5% dari bahan silase
- Menir : 3% dari bahan silase
- Onggok : 3% dari bahan silase
Proses ensilase
Proses ini terjadi karena bakteri-bakteri pembentuk asam susu, yakni bakteri Lactisacidi dan Steptococcus Lactis yang hidup anaerob pada Ph 4. Itulah sebabnya maka keadaan atau media semacam itu secepat mungkn diciptakan, agar proses ensilase segera berlangsung sebelum bahan hijauan itu dirusak oleh bakteri pembusuk dan jamur. Proses ini terjadi karena dalam penyimpanan itu sel-sel yang masih hidup terus bernapas dengan menggunakan O2 membentuk CO2, H2O dan panas. Enzim dan bakteri waktu itu aktif bekerja dan terjadilah fermentasi, yakni pemecahan karbohidrat menjadi alkohol, asam laktat, asam butirat, asam karbonat dan pelepasan panas. Di dalam hal ini protein dirombak menjadi amoniak, asam amino, amida, asam asetat, asam butirat dan air.
Karena pada proses tersebut, maka semakn lama sisa udara di dalam silo berkurang, akibat suatu pemadatan silase dan juga karena udara terpakai untuk pernapasan sel-sel tadi, sehingga pada saat tertentu O2 akan habis, akhirnya pernapasan berhenti. Dalam keadaan demikian, maka jamur tak dapat tumbuh, tetapi bakteri masih aktif bekerja menghasilkan asam organik.
Akibat keaktifan bakteri inilah maka terjadi asam. Proses penambahan asam yang berlangsung terus ini berarti menyebabkan terjadinya penurunan Ph ysng mengskibstksn bakteri terlambat bekerjanya. Pada Ph sekitar 4, bakteri berhenti bekerja dengan demikian proses ensilase selesai. Bila udara dan air tidak masuk ke dalam silo maka silase akan tahan lama di tempat penyimpanannya.
Persiapan Pembuatan Silase
Untuk melakukan pembuatan silase ini perlu dipersiapkan semua peralatan dan bahan-bahannya seperti:
1.Silo, tempat yang dipakai untuk pembuatan atau penyimpana silase.
2.Chopper atau alat-alat yang lainnya yang bisa digunakan untuk memotong bahan hijauan yang hendak disimpan menjadi potongan pendek-pendek.
3.Hijauan makanan ternak yang telah dipanen.
4. Bahan-bahan pengawet.
5.Plastik yang bisa diperrgunakan sebagai penutup atau sebagai alat penahan perembesan air di bagian dindingnya.












V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Sapi perah yang terdapat dipeternakan Pak Ali yaitu Bangsa Friessian Holstein (FH) yang berasal dari Belanda. Pakan yang diberikan berupa hijaua segar/silase limbah jagung dan konsetrat(pakan penguat).
5.2 Saran
            Semoga dengan adanya praktikum dapat membantu dalam pemahaman teori. Dan laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar