TUGAS EKONOMI PRODUKSI
SISTEM BAGI HASIL DALAM
USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER
OLEH :
NURSHOLEH E10011128
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
PENDAHULUAN
Usaha ternak ayam ras di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang
memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir, perkembangan usaha
ini memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian dan memiliki nilai
strategis khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam negeri
serta mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja Prospek
agribisnis peternakan untuk ternak ayam broiler cukup baik permintaan pasar
selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi
hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat dan
peluang pasar yang bisa diandalkan. Di tinjau dari segi mutu, daging ayam
memiliki nilai gizi yang tinggi di banding dengan daging tenak lainnya,
dagingnya lembut, warnanya merah terang, bersih dan menarik, memiliki asam
amino yang lengkap, serta mudah diolah. Dagingnya di dalam pesta keagamaan
netral, lain halnya dengan daging sapi bagi umat Hindu, dan daging babi bagi
umat Islam, di tinjau dari segi ekonomisnya, khususnya ayam ras potong atau
ayam negri yang sudah populer dengan sebutan broiler, merupakan ayam yang bisa
diusahakan secara efisien, sebab broiler merupakan ternak potong yang paling
cepat bisa dipotong di banding dengan ternak yang lainnya (Aak, 1986).
Broiler merupakan ayam ras pedaging
yang memiliki pertumbuhan cepat dan dapat mengkonversi pakan yang dikonsumsi
secara optimal menjadi daging. Broiler organik merupakan ayam ras pedaging yang
pemeliharaanya dilakukan tanpa pemberian bahan kimia, seperti obat-obatan,
antibiotik, maupun vitamin buatan pabrik. Pemeliharaan ayam broiler ini diberi
asupan probiotik dan herbal. Daging ayam yang dihasilkan ternyata mempunyai
kandungan lemak yang lebih rendah dari ayam broiler secara konvensional. Teksturnya
hampir mirip ayam pejantan/ayam kampung dan gumpalan lemak pada dagingnya lebih
sedikit daripada ayam broiler.
Usaha
peternakan dewasa ini telah banyak upaya yang dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan konsumen terutama sebagai penyedia pangan asal ternak, dan salah
satunya yang berperan adalah peternakan ayam broiler. Usaha peternakan ayam
broiler dapat berkembang jika pengelola memiliki modal. Masyarakat menggunakan
pinjaman untuk mendirikan usaha peternakan ayam broiler dengan kerjasama sistem
bagi hasil dari laba bersih yang diperoleh tiap tahunnya. Pengelolaan modal
merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen suatu perusahaan, untuk itu
dengan manajemen yang baik diharapkan profit atau tingkat laba yang diperoleh
dapat maksimum. Manajemen pengelolaan modal, mencakup efisiensi penggunaan
biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel.
Modal sangat diperlukan baik dalam
pendirian maupun dalam pengembangan suatu usaha. Hal tersebut harus didukung
dengan pengelolaan modal yang baik. Walaupun pola kerjasama yang dilaksanakan
berbeda-beda baik itu bagi hasil, kemitraan ataupun secara mandiri jika
pengelolaan modalnya dilakukan dengan baik maka tidak akan menghalangi suatu
usaha untuk terus berkembang. Manajemen modal yang baik mencakup efisiensi
penggunaan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya-biaya tersebut dalam usaha
ayam broiler digunakan untuk pengadaan faktor-faktor produksi sehingga dalam
pemanfaatannya harus efisien agar tingkat laba yang diperoleh dapat maksimum.
RUMUSAN MASALAH
1. Manajemen Usaha Peternakan Ayam Broiler
2. Biaya usaha peternakan ayam broiler
3. Tingkat laba yang diperoleh dari sistem bagi
hasil peternakan ayam broiler
TUJUAN MAKALAH
1.
Mempelajari
manajemen usaha peternakan ayam broiler
2.
Menghitung
biaya usaha peternakan ayam broiler
3. Menganalisis tingkat laba/profitabilitas yang
diperoleh dari sistem bagi hasil
PEMBAHASAN
Usaha
peternakan ayam broiler memerlukan modal untuk menjalankan usahanya. Modal
tersebut selain digunakan untuk investasi juga digunakan untuk biaya produksi
atau biaya operasional. Terdapat tiga bentuk kerjasama permodalan dalam usaha
peternakan ayam broiler ini, yaitu 1) usaha dengan modal sendiri atau biasa
disebut dengan peternakan mandiri; 2) usaha dengan modal dari orang lain dan
dipercayakan penuh kepada seseorang untuk mengelolanya atau disebut dengan
sistem bagi hasil; dan 3) usaha dengan modal dari orang lain dan orang yang
memelihara ayam hanya diberi sejumlah uang atas usahanya memelihara ayam
broiler tersebut atau bisa disebut dengan peternakan sistem kemitraan. Ketiga
jenis kerjasama permodalan pada
peternakan
ayam broiler ini akan sangat membuka wacana jenis usaha mana yang akan dipilih
nantinya untuk menjalankan usaha peternakan ayam broiler. Ketiga jenis
kerjasama permodalan yang akan dipilih, berkaitan erat dengan hasil yang
diharapkan pada usaha peternakan ayam broiler ini. Untuk mengetahui hal
tersebut, maka diperlukan beberapa analisis yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan menghasilkan laba dari modal yang ditanamkan. Analisis-analisis yang
dapat digunakan antara lain: 1) Titik Impas (Break Even Point) yaitu analisis
yang digunakan untuk mengetahui pada skala dan nilai penjualan berapa
perusahaan tidak memperoleh laba juga tidak menderita kerugian. Analisis titik
impas ini akan memudahkan peternak untuk mengetahui pada tingkat penjualan dan
skala pemeliharaan berapa, usaha peternakannya dapat memperolah laba; 2) MOS
(Margin of Safety) atau MIR (Marginal Income Ratio) yaitu analisis untuk
mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Kedua analisis ini dapat
digunakan peternak untuk mengetahui usahanya sedang dalam kondisi yang sangat
menguntungkan atau merugikan; dan 3) Rentabilitas (ekonomi dan modal sendiri)
yaitu analisis untuk mengetahui kemampuan modal yang digunakan untuk menghasilkan
laba.
Ketiga
analisis tersebut akan sangat membantu untuk mengetahui profitabilitas yang
dicapai usaha peternakan ayam broiler sistem bagi hasil pada khususnya.
Kerangka Sistem Bagi Hasil diperlihatkan pada Bagan di bawah ini.
Bagan
1. Kerangka Sistem Bagi Hasil
1.
Usaha
Peternakan Ayam Broiler
Usaha peternakan ayam broiler terlihat mulai
kembali berkembang setelah Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997. Hal ini
dapat dilihat dari terjadinyapeningkatan populasi ayam broiler dari tahun 2000
sampai tahun 2004 sebesar 51,86%, dari sekitar 646 juta ekor menjadi 981 juta
ekor seperti diperlihatkan. pada Tabel 1.
Tabel 1.
Populasi Ayam Ras
Pada
umumnya, usaha peternakan di Indonesia dapat dibedakan menjadi perusahaan
peternakan dan peternakan rakyat. Menurut Undang-undang Peternakan tahun 1967
pasal 9 ayat 2 dan 3, peternakan rakyat adalah peternakan yang dikelola hanya
sebagai usaha sampingan selain usaha pertanian, sedangkan perusahaan peternakan
adalah peternakan yang dikelola secara profesional.
2.
Pengertian Sistem Bagi Hasil
Kerjasama
permodalan pada usaha peternakan ayam broiler terdiri dari tiga jenis yaitu
model mandiri, kemitraan dan bagi hasil. Menurut UU No. 9 Tahun 1995 kemitraan
adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar yang
disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh perusahaan dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pola
kemitraan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pertanian No. 940.Kpts/OT.210/10/97
tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian terbagi menjadi lima macam, yaitu:
(1) Pola Inti Plasma: merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra
(perusahaan inti) dengan kelompok mitra. Perusahaan mitra (perusahaan inti)
bertindak sebagai inti yang menampung, membeli hasil produksi, memberikan
pembinaan teknologi maupun bimbingan teknis, (2) Pola Subkontrak; merupakan
hubungan.
Kemitraan antara kelompok mitra dengan
perusahaan inti yang ada di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan
perusahaan mitra (perusahaan inti) sebagai bagian dari produksinya, (3) Pola
Dagang Umum;
Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok
mitra dengan perusahaan mitra (perusahaan inti) yang di dalamnya perusahaan
mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok
kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra, (4) Pola Keagenan; merupakan
hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra (perusahaan
inti) yang di dalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang
dan jasa usaha perusahaan mitra, dan (5) Pola Kerjasama Operasional Agribisnis
(KOA); merupakan hubungan kemitraan, dimana kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra (perusahaan inti)
menyediakan biaya atau modal serta sarana untuk mengusahakan dan membudidayakan
suatu komoditi pertanian.
Menurut
Undang-undang Peternakan tahun 1967 pasal 17 tentang Bagi Hasil Ternak dan Persewaan Ternak, ayat
(1) peternak atas dasar bagi hasil ialah penyerahan ternak sebagai amanat yang
dititipkan kepada orang lain untuk dipelihara baik-baik, diternakkan dengan
perjanjian bahwa dalam waktu tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa
ternak keturunannya atau dalam bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak,
ayat (2) waktu tertentu yang dimaksud pada ayat (1) tidak boleh kurang dari 5
(lima) tahun jika ternak atas dasar bagi hasil tersebut termasuk ternak besar
tetapi untuk ternak kecil jangka waktu itu dapat diperpendek.
Biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh peternak mandiri maupun peternak dengan sistem bagi hasil
hampir sama komposisinya. Berbeda dengan peternak model kemitraan, pada
peternak plasma sarana produksi ternaknya semua disediakan oleh peternak inti.
Perhitungan untuk keseluruhan pengeluaran yang digunakan untuk produksi pada
peternak plasma tetap dihitung sebagai biaya. Penelitian Nugroho (2004)
menunjukkan perbedaan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh dua jenis usaha
peternakan. Biaya tenaga kerja pada peternak 6mandiri dikeluarkan hanya untuk staf
kandang saja, sedangkan pada peternak plasma biaya tenaga kerja selain untuk
staf kandang juga dikeluarkan untuk manajer kandang. Biaya pakan yang
dikeluarkan oleh kedua jenis peternakan ayam broiler besarnya relatif sama
yaitu sebesar 64%. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing peternak
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah ayam yang dipelihara tiap periode dan
fluktuasi harga dari masing-masing komponen biaya.
Penelitian
Nugroho (2004), menunjukkan bahwa laba bersih tunai yang diterima oleh kedua
jenis usaha peternakan tersebut sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya biaya
yang dikeluarkan pada masing-masing periode. Laba bersih tunai tertinggi dan
terendah terjadi pada peternakan mandiri yang menunjukkan fluktuasi risiko
dalam berproduksi. Pada saat kondisi usaha peternakan rakyat ayam broiler
mendapatkan keuntungan, maka keuntungan tersebut sepenuhnya akan menjadi milik
peternak mandiri. Namun, pada saat kondisi usaha peternakan ayam broiler
menderita kerugian, maka peternak mandiri harus menanggung semua kerugian yang
ada.
Sebaliknya,
pada peternakan plasma keuntungan yang diperoleh akan dipotong oleh pihak inti, yaitu sebesar 30% apabila
para peternak plasma mempunyai hutang di masa lampau. Namun, pada saat kondisi
usaha peternakan rakyat ayam broiler menderita kerugian, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh pihak yang mengakibatkan kerugian tersebut terjadi, yaitu
plasma atau inti. Selain risiko, beda antara peternak mandiri dan peternak
plasma adalah kebebasan menjual ayam broiler hasil panen dengan harga sesuai
pasar. Sebaliknya, para peternak plasma tidak bebas menjual ayam broiler hasil
panen karena ada perjanjian yang telah disepakati antara plasma dan inti.
Sesuai perjanjian tersebut, ayam broiler hasil panen sebagai output dari peternak
plasma tersebut dijual ke pihak inti.
Berbeda
dengan kedua jenis usaha di atas, pada peternakan ayam broiler dengan sistem bagi hasil keuntungan
(laba bersih) yang diperoleh dalam satu tahun produksi dibagi sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak (penanan modal dan pengelola peternakan). Apabila
kondisi usaha peternakan ayam broiler sedang mengalami kerugian, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh kedua belah pihak. Pengaruh dari kerugian tersebut
yaitu pada besarnya pembagian karena dihitung dari besarnya laba bersih yang
diperoleh. Usaha peternakan dengan sistem bagi hasil ini, pengelola peternakan
bebas menjual ayam broiler hasil panen dan bebas menentukan pembelian sapronak
(sarana produksi ternak) yang dibutuhkan.
3.
Biaya
dan Penerimaan
a.
Biaya
Biaya merupakan hal
penting bagi petani dalam membuat keputusan untuk manajemen usahanya. Mubyarto
(1989) menjelaskan, biaya tetap adalah jenism biaya yang jumlahnya tidak
tergantung pada jumlah produksi, sedangkan biaya variabel adalah jenis biaya
yang jumlahnya tergantung pada jumlah produksi. Penggolongan biaya menurut
Munawir (2000) meliputi:
1.
Biaya Tetap
Biaya tetap usaha
peternakan meliputi biaya penyusutan dan biaya pemasaran. Biaya penyusutan
investasi merupakan biaya tetap usaha peternakan ayam broiler, yang dikenakan
untuk tujuan perhitungan nilai korbanan peternakan dari investasi yang telah
ditanamkannya. Perhitungan biaya penyusutan investasi menggunakan metode garis
lurus, yaitu besarnya biaya penyusutan per tahun adalah tetap. Asumsi yang digunakan
adalah nilai investasi pada akhir umur ekonomis tidak bersisa (sama dengan nol)
sehingga rumus untuk biaya penyusutan per tahun adalah sebagai berikut:
2. Biaya Variabel
Biaya variabel dikeluarkan peternak ayam broiler untuk biaya produksi
atau biaya operasional. Biaya total sendiri merupakan keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh peternak yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
4. Penerimaan
Laba bersih
usahatani merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dan biaya yang
dikeluarkan (Hernanto, 1995). Penerimaan usahatani mengukur imbalan yang
diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,
pengelolaan, dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan ke dalam
usahaternak. Oleh karena itu penerimaan merupakan ukuran keuntungan usahaternak
yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahaternak
(Soekartawi et al., 1986).
usahaternak
yang dilakukan oleh peternak mitra lebih efisien daripada usahaternak yang
dilakukan oleh peternak mandiri (Tabel 6). Hal ini dikarenakan semua sarana
produksi ternak didapat dari peternak inti sehingga total biaya tunai yang
dikeluarkan peternak lebih kecil dibandingkan dengan total biaya tunai peternak
mandiri. Laba bersih yang diperoleh peternak mitra atas biaya tunai pun lebih
besar dari laba bersih atas biaya tunai peternak mandiri.
5.
Konsep
Profitabilitas
Masalah
profitabilitas suatu peternakan berkaitan dengan selisih antara harga jual dan
biaya per unit (Buffa dan Rakesh, 1994). Suatu usaha dikatakan mendapat profitabilitas jika penerimaan atau
nilai penjualan produknya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk tersebut, dan rugi jika mengalami hal yang sebaliknya. Diantara kondisi
laba dan rugi tersebut terdapat kondisi titik impas, yaitu saat penerimaan
yang diperoleh sama dengan
biaya. Suatu usaha didirikan dengan tujuan untuk
memperoleh laba. Peternak perlu melakukan evaluasi apakah usaha yang
dijalankannya masih menguntungkan,
sehingga dapat diambil keputusan apakah usaha tersebut dapat dilanjutkan bahkan terus dikembangkan atau
tidak. Untuk itu peternak
memerlukan suatu alat
analisis untuk menghitung kemampuan suatu peternakannya untuk memperoleh laba, yaitu analisis
profitabilitas. Analisis
profitabilitas yang
digunakan antara lain titik impas (Break Even Point), MOS (Margin of Safety) dan MIR (Marginal
Income Ratio) serta rentabilitas.
6. Titik Impas (Break Even Point)
Titik impas dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana suatu perusahaan belum mendapat laba dan tidak
mengalami kerugian. Dengan kata lain, titik impas terjadi ketika penghasilan
sama dengan biaya total atau laba sama dengan nol. Titik impas ini sangat sensitif
terhadap perubahan sejumlah faktor, khususnya biaya tetap, biaya variabel per
unit dan harga jual per unit produk. Apabila biaya tetap diturunkan maka
tingkat titik impas akan bergerak turun ke titik yang lebih rendah (Boediono,
2000). Munawir (2000) menyebutkan, bahwa analisis titik impas perlu mengetahui
tentang jalannya pembiayaan total. Pendekatan dengan analisis titik impas ini
pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari analisis keuntungan yang didasarkan
pada analisis marginal baik terhadap penghasilan maupun pembiayaan yang
dikeluarkan. Analisis ini memberikan manfaat kepada perusahaan, yaitu:
1)
peternak dapat mengetahui efisiensi yang harus dilakukan agar semua
biaya operasi dapat tertutup,
2) peternak dapat mengevaluasi
tingkat-tingkat penjualan tertentu dalam hubungannya dengan tingkat keuntungan.
Analisis
titik impas pada penelitian ini menggunakan metode persamaan matematis atau
teknik aljabar. Satuan yang digunakan untuk perhitungan impas dinyatakan dalam
rupiah penjualan, dengan menggunakan rumus menurut Munawir (2000) sebagai
berikut:
Menurut Munawir
(2000), kemampuan memperoleh laba oleh suatu peternakan dapat diketahui dengan
perhitungan Margin of Safety (MOS) dan Marginal Income
Ratio (MIR).
1) Margin of Safety (MOS)
MOS merupakan rasio antara tingkat
penjualan tertentu dengan tingkat penjualan pada kondisi impas. Nilai MOS
menjadi petunjuk bagi manajemen peternakan mengenai batas toleransi penurunan
penjualan, agar peternak tidak menderita
kerugian walaupun belum memperoleh laba. Semakin besar MOS semakin baik
peternakan tersebut, karena semakin besar batas keamanan peternakan untuk
mengalami penurunan tingkat penjualannya. Secara matematis nilai MOS dirumuskan
sebagai berikut:
2) Marginal Income
Ratio (MIR) atau disebut juga dengan Margin Contribution
Ratio, merupakan rasio
antara Marginal Income atau laba kontribusi
dengan penerimaan penjualan. Laba kontribusi sendiri adalah selisih antara
penerimaan penjualan dengan biaya variabel total. Nilai MIR menunjukkan bagian
dari penerimaan penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan
memberikan laba. Semakin besar nilai MIR semakin baik keadaan peternakan,
karena semakin besar kemampuan usaha untuk menutupi biaya tetap dan memperoleh
laba. Secara matematis nilai MIR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Selanjutnya kemampuan
memperolah laba peternakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Kemampuan
Memperoleh Laba (KML) = MOS x MIR x 100 %
7.
Rentabilitas
Menurut
Riyanto (1995), rentabilitas pada suatu usaha peternakan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yangmenghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu, dan umumnya dirumuskan sebagai berikut:
dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh
selama periode tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut. Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan
bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan
diperbandingkan. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dibedakan dua macam
rentabilitas yang digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal
dalam usaha peternakan, yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal
sendiri.
1) Rentabilitas Ekonomi (Earning Power)
Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing (seluruh modal yang bekerja di dalam usaha
peternakan/operating capital) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Dengan demikian modal yang ditanamkan
dalam peternakan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek tidak
diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Laba yang diperhitungkan
untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari
operasional peternakan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income).
Bagi suatu usaha pada
umumnya masalah rentabilitas lebih penting daripada masalah laba, karena laba
yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa peternakan itu telah dapat bekerja
dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang
diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi (earning power) itu sendiri ditentukan
oleh dua faktor, yaitu:
a) Profit Margin, yaitu perbandingan
antara net operating income dengan net sales dan dinyatakan dengan
persentase.
Dapat dikatakan bahwa profit margin ialah selisih antara net sales dengan operating expenses (harga pokok
penjualan + biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum), hasilnya dinyatakan dalam persentase dari
net sales.
b) Turnover of operating assets atau tingkat perputaran aktiva
usaha, yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode
tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi net sales
dengan operating assets.
Operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi peternakan
dengan melihat kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode
tertentu. Hasil akhir dari profit margin dan operating assets
turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena itu
makin tingginya tingkat profit margin atau operating assets turnover
masing-masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya earning power.
Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover dapatlah
digambarkan sebagai berikut:
Profit Margin X Operating Assets Turnover = Earning Power
2) Rentabilitas Modal Sendiri (Return on Equity)
Rentabilitas
modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah kemampuan
suatu peternakan dengan modal sendiri untuk menghasilkan profit. Laba yang
diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha
setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan (Earning After
Tax), sedangkan modal yang diperhitungkan hanya modal sendiri yang
diinvestasikan di dalam peternakan.
Rentabilitas modal sendiri dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Manajemen Peternakan
Sebagai contoh
diambil dari referensi di Internet adalah Kerjasama yang terjalin antara bapak
Imam Suhari dan pihak PT Kusuma Niaga Persada Nusantara adalah sistem bagi
hasil, yaitu 40% dari laba bersih menjadi hak pihak pengelola peternakan dan
60% dari laba bersih menjadi hak pihak
perusahaan. Lahan dan skala usaha
yang dijalankan oleh PT Kusuma Niaga Persada Nusantara khususnya untuk peternakan ayam
ini dapat dikategorikan skala usaha sedang
karena hanya mampu memelihara 8000 ekor ayam, yang terdiri dari ayam broiler dan ayam jantan petelur. Tabel di
bawah ini menunjukkan luas lahan yang digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan usaha
peternakannya.
Lahan merupakan milik bersama (pengelola peternakan
dan perusahaan). Sehingga dalam perhitungan biaya tetap terdapat penyusutan
untuk kandang. Biaya pembuatan tiap kandang sebesar Rp 4.750.000 dengan
kapasitas tiapkandang 1000 ekor. Komposisi ayam yang dipelihara pada tiap
periodenya bervariasi, hal ini didasarkan pada pertimbangan harga ayam di pasar
dan tergantung permintaan konsumen. Permintaan yang fluktuatif khususnya untuk
daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah karena adanya bulan Muharram (bulan Suro)
yang pada umumnya terjadi penurunan penjualan ayam broiler, sedangkan untuk
bulan Syawal dan Dzulhijah terjadi peningkatan penjualan ayam broiler
dibandingkan bulan-bulan lainnya. Komposisi pemeliharaan ayam broiler dan ayam
jantan petelur pada usaha peternakan ayam selama penelitian ditunjukkan oleh
Tabel dibawah ini
Bulan Desember 2004 – Januari 2005 di saat banyak
permintaan terhadap ayam broiler, pengelola peternakan PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara hanya memelihara 6000 ekor DOC broiler ke kandang. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi turunnya harga ayam broiler pada saat panen.
Pemilihan Bibit Ayam (Day Old Chick)
Pemilihan DOC
(Day Old Chick) yang baik sangat diperhatikan oleh peternakan, karena kualitas DOC
akan berpengaruh pada keberhasilan produksi. Banyaknya DOC di pasar dipengaruhi
oleh jumlah produksi perusahaan pembibitan dan permintaan konsumen akan ayam
broiler.
DOC
(Day Old Chick) yang digunakan oleh PT Kusuma Niaga Persada Nusantara berasal
dari PT Charoen Pokphand, setiap pembelian 100 ekornya diberikan ekstra 2 ekor.
Hal yang dilakukan setelah DOC datang adalah penimbangan untuk mengetahui bobot
badan awal rata-rata DOC tersebut. Bobot badan awal DOC tersebut rata-rata
berkisar 0,03 - 0,04 kg. Selama penelitian harga DOC tiap periodenya terus
mengalami kenaikan seperti yang terjadi di wilayah DKI – Jakarta pada tahun
2005. Perubahan harga DOC selama penelitian dapat dilihat pada Gambar di bawah
ini :
Gambar . Grafik Harga DOC Setiap Periode Pemeliharaan
Total biaya DOC dipengaruhi oleh kenaikan harga DOC
tiap periodenya. Total biaya DOC setiap periode produksi selama penelitian terlihat
pada Tabel di bawah ini :
Total biaya untuk pembelian DOC selama satu
tahun produksi (Juni 2004 – Mei 2005) sebesar Rp. 62.150.000. Harga DOC yang
terus meningkat tidak merubah keputusan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara dalam
hal pemilihan bibit yang berkualitas baik. Perusahaan tetap menggunakan bibit
yang baik agar bobot hidup akhir dari ayam broiler yang dihasilkan sesuai
dengan target perusahaan tersebut yaitu 2,0 – 2,5 kg dengan lama pemeliharaan
45 hari. Total biaya DOC yang tertinggi pada bulan Desember 2004 - Januari 2005
yaitu sebesar Rp 13.800.000, selain karena DOC yang dibeli banyak (6000 ekor)
juga karena harganya mencapai Rp 2.300/ekor.
Pakan
Pakan yang dibutuhkan oleh ayam broiler rata-rata 5,38
kg/ekor/periode produksi dengan konversi pakan 2,45 yang dipelihara selama 45
hari. Besarnya konversi pakan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pakan belum
efisien, karena untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup diperlukan pakan sebanyak
2,45 kg. Pada saat umur ayam broiler lebih dari 20 hari pakan yang diberikan
tidak hanya pakan dari PT Charoen Pokphand saja (np 11 dan BR 1). Komposisi
pakan yang diberikan selama satu periode produksi dapat dilihat pada
Aspek Keuangan Struktur
Modal
Modal sangat diperlukan untuk memulai suatu usaha. Besarnya
modal disesuaikan dengan kebutuhan usaha tersebut. Modal awal (kandang, gudang,
rumah untuk kantor dan lahan semuanya milik perusahaan) untuk usaha ayam broiler
ini berasal dari PT Kusuma Niaga Persada Nusantara dan pengelola peternakan. Modal
awal pemeliharaan yang diperlukan adalah Rp 13.000/ekor ayam broiler, sedangkan
untuk biaya pengembangan diambil dari tabungan bersama kedua belah pihak dengan
persentase untuk perusahaan lebih besar (70%) dibandingkan dengan persentase
pengelola peternakan (30%). Pembagian laba berdasarkan kesepakatan adalah 40:
60 dari total laba bersih yaitu 40% untuk
pengelola peternakan ayam broiler dan 60% untuk PT Kusuma Niaga Persada Nusantara.
Biaya
Biaya pada suatu usaha akan sangat menentukan besarnya
modal yang diperlukan. Biaya terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Komponen biaya tetap terdiri atas biaya sewa lahan, penyusutan
kandang, pajak bumi bangunan dan biaya penyusutan peralatan-peralatan.
Biaya variabel terdiri atas biaya pembelian DOC,
pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, vitamin, fumigasi, jerami, sak bekas
semen, listrik, telepon, batubara, minyak tanah, gula merah, susu skim, bensin
untuk akomodasi pengelola peternakan, servis sepeda, pita mesin tik, trafo
lampu, pembelian tali, alat tulis, kabel dan biaya bina lingkungan.
Komponen-komponen tersebut termasuk ke dalam biaya variabel karena pembeliannya
tidak tetap berdasarkan skala pemeliharaan pada periode tersebut. Lama
pemeliharaan ayam juga sangat berpengaruh pada besarnya biaya variabel tiap
periodenya
Air Minum
Air gula (gula merah atau gula pasir) diberikan oleh
pengelola peternakan setelah DOC datang ke kandang. Air gula berfungsi untuk
menambah energi, agar ayam tidak stres. Gula merah/gula pasir yang diperlukan untuk
setiap 1.000 ekor ayam adalah sebanyak 1 kg dilarutkan ke dalam 5 liter air.
Kandang dan Peralatan Kandang
Kandang merupakan bagian dari faktor produksi yang
harus ada dalam usaha peternakan ayam broiler. Kandang model panggung akan sangat
mengurangi kontak langsung antara
ayam dan fesesnya
sehingga dapat mengurangi penyebaran berbagai jenis penyakit pada ayam. Hal ini juga
memudahkan pengelola peternakan untuk mendeteksi kesehatan ayam. Kandang dengan atap model
monitor (dua atap yang diberi jarak untuk
sirkulasi udara), akan memudahkan sirkulasi udara di dalam kandang.
Banyaknya peralatan yang diperlukan untuk usaha
peternakan ayam broiler akan sangat menuntut pengelola peternakan untuk bisa
mengelolanya dengan sangat baik, pengalaman dalam usaha inipun akan sangat
menunjang dalam pengelolaannya
Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada suatu usaha akan sangat diperlukan
untuk melaksanakan semua aktivitas pada usaha tersebut. Total biaya tenaga kerja selama satu tahun
produksi sebesar Rp 8.142.118 Besarnya biaya tenaga kerja bisa diminimumkan
dengan menambah keterampilan untuk para pekerja kandang, sehingga
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan ayam broiler dapat
dikerjakan oleh pekerja kandang tanpa pekerja tambahan. Hal ini juga dapat lebih
mengefisienkan waktu kerja para pekerja kandang.
Fumigasi
Fumigasi sangat penting dilakukan pada suatu usaha
peternakan ayam broiler. Fumigasi dilakukan untuk memberantas hama penyakit
yang masih tertinggal di kandang yang digunakan pada periode sebelumnya Biaya
fumigasi periode Juni-Juli 2004 terutama antisep paling besar dibandingkan
periode lainnya yaitu sebesar Rp. 278.500. Hal ini dikarenakan pada bulan
tersebut merupakan musim pancaroba dimana terjadinya perubahan suhu udara yang
sangat fluktuatif dibandingkan bulan-bulan lainnya, sehingga untuk mencegah
penyebaran penyakit pada kandang ayam diberikan desinfektan berupa antisep
secara intensif. Ayam-ayam pada bulan tersebut jika tidak mendapat penanganan
yang baik akan menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi, penerimaan yang
diperoleh peternak pun akan menurun bahkan dapat menyebabkan kerugian
Vaksinasi
Vaksinasi untuk ayam broiler oleh pengelola peternakan
dilakukan selama periode pemeliharaan. Pemberian vaksin sesuai dengan beberapa ketentuan. Pengelola
peternakan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara mempunyai ketentuan dalam
pemberian vaksin. Cara pemberian vaksin dilakukan dengan tetes mata dan melalui
air minum. Vaksin yang diberikan melalui air minum harus dilarutkan terlebih
dahulu dengan susu skim. Sebelum dilakukan vaksinasi ayam terlebih dahulu
dipuasakan dari minum selama tiga jam. Dosis vaksin yang diberikan adalah 500 –
1000 cc, dosis tersebut harus bisa habis dalam waktu dua jam. Jenis vaksinasi
yang dilakukan setiap periode pemeliharaan selalu sama, tetapi jumlah
pemberiannya disesuaikan dengan jumlah ayam broiler yang dipelihara karena
vaksin harus diberikan sesuai dosis dan tepat waktu.
Obat-obatan
Tujuan dilakukan pengobatan pada ayam yang sakit
adalah untuk menjaga produktivitas ayam. Salah satu cara yang dilakukan oleh
pengelola peternakan ayam broiler ini adalah pengontrolan setiap dua hari
sekali terhadap kotoran (feses) ayam broiler.
Harga untuk setiap
jenis obat juga berbeda. Biaya obat-obatan setiap periode pemeliharaan dapat
dilihat pada Tabel 24. Jenis obat-obatan yang sering digunakan pada setiap
periode pemeliharaan adalah trimisin dan therapi, sedangkan trivural,
kholiridin, neomeditril dan porbitol tidak digunakan pada setiap periode pemeliharaan.
Pembelian obat-obatan pada bulan Juni – Juli 2004 sangat besar, karena pada
bulan tersebut cuaca sedang tidak baik sehingga banyak ayam broiler yang sedang
sakit (mencret putih) maka Rp 769.000 digunakan untuk membeli therapi. Bulan
April – Mei 2005 pembelian obat-obatan juga sangat besar (terutama untuk pembelian
trivural dan porbitol) dibandingkan bulan-bulan yang lainnya, karena pada bulan
tersebut ayam broiler banyak yang terkena penyakit CRD (Chronic Respiratory
Disease). Karena banyaknya ayam broiler yang sakit pada akhir pemeliharaan pada
bulan April – Mei 2005, maka ada sebanyak 18 ekor ayam tidak laku dijual karena
bobot badan akhirnya kurang dari 1 kg. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan
ayam broiler tidak maksimal akibat serangan penyakit CRD pada bulan
pemeliharaan. Pemberian obat-obatan selain harus disesuaikan dengan jenis
penyakitnya juga harus diperhatikan dalam hal batas waktu pemberiannya.
Pemberian obat-obatan pada ayam broiler harus dihentikan lima hari sebelum
ayam-ayam broiler tersebut dijual, jika hal ini tidak dilakukan maka
obat-obatan akan meresap di daging. Keuntungan dari penghentian pemberian
obat-obatan adalah untuk meringankan biaya produksi sehingga laba yang
diperolehpun diharapkan lebih besar. Pertimbangan lain penghentian pemberian
obat-obatan lima hari sebelum ayam broiler dijual karena pada saat umur ayam
lebih dari 30 hari sudah termasuk umur aman untuk ayam, sedangkan pada saat
umur 25 – 30 hari ayam broiler sangat masih sangat rentan terhadap penyakit.
Panen
Umur panen pada ayam
broiler akan sangat berkaitan erat dengan tingkat mortalitas dari ayam broiler
yang sedang dipelihara. Rata-rata ayam broiler yang dipanen tiap periodenya
lebih dari 90% dari total ayam yang dipelihara berarti mortalitasnya kurang
dari 10%, bobot badan akhir 2,0 – 2,5 kg per ekornya pada umur pemeliharaan 45
hari. Mortalitas terbesar di peternakan ayam broiler PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara disebabkan oleh CRD (Chronic Respiratory Disease). Mortalitas ini
juga sangat mempengaruhi tingkat penerimaan peternak, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi tingkat laba usaha peternakan tersebut.
Mortalitas terbesar terjadi pada pemeliharaan bulan
Juni – Juli 2004 (skala pemeliharaan 6000 ekor). Periode tersebut merupakan
musim pancaroba sehingga ayam broiler yang mati mencapai 537 ekor (8,95%)
karena udara panas. Periode pemeliharaan bulan Agustus – September 2004 (skala pemeliharaan
4000 ekor) tingkat mortalitasnya hanya 2,10%, hal ini mengindikasikan bahwa
ayam broiler dapat beradaptasi dengan baik pada bulan Agustus –September. Pada
bulan April – Mei 2005 tingkat mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan pada
bulan Agustus – September 2004, hal ini disebabkan karena banyaknya ayam
broiler yang terserang penyakit CRD (Chronic Respiratory Disease).
Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu unsur yang mempunyai
kontribusi dalam usaha peternakan ayam broiler. Pemasaran yang terencana dengan
baik akan sangat menguntungan usaha peternakan ayam broiler, karena perusahaan dapat
merencanakan tingkat laba yang ingin diperolehnya. Pengelola peternakan mengantisipasi
masalah pemasaran ini dengan cara menjalin kerjasama dengan beberapa pedagang ayam broiler untuk menjadi
konsumen tetap. Hal ini akan memudahkan perusahaan dalam distribusi ayam
broiler.
Aspek Keuangan Struktur Modal
Modal sangat diperlukan untuk memulai suatu usaha.
Besarnya modal disesuaikan dengan kebutuhan usaha tersebut. Modal awal
(kandang, gudang, rumah untuk kantor dan lahan semuanya milik perusahaan) untuk
usaha ayam broiler ini berasal dari PT Kusuma Niaga Persada Nusantara dan
pengelola peternakan.
Modal awal pemeliharaan yang diperlukan adalah Rp
13.000/ekor ayam broiler, sedangkan untuk biaya pengembangan diambil dari
tabungan bersama kedua belah pihak dengan persentase untuk perusahaan lebih
besar (70%) dibandingkan dengan persentase pengelola peternakan (30%).
Pembagian laba berdasarkan kesepakatan adalah 40: 60 dari total laba bersih
yaitu 40% untuk pengelola peternakan ayam broiler dan 60% untuk PT Kusuma Niaga
Persada Nusantara.
Biaya
Biaya pada suatu usaha akan sangat menentukan besarnya
modal yang diperlukan. Biaya terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Komponen biaya tetap terdiri atas biaya sewa lahan, penyusutan
kandang, pajak bumi bangunan dan biaya penyusutan peralatan-peralatan.
Biaya variabel
terdiri atas biaya pembelian DOC, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin,
vitamin, fumigasi, jerami, sak bekas semen, listrik, telepon, batubara, minyak tanah,
gula merah, susu skim, bensin untuk akomodasi pengelola peternakan, servis
sepeda, pita mesin tik, trafo lampu, pembelian tali, alat tulis, kabel dan
biaya bina lingkungan. Komponen-komponen tersebut termasuk ke dalam biaya
variabel karena pembeliannya tidak tetap berdasarkan skala pemeliharaan pada periode
tersebut. Lama pemeliharaan ayam juga sangat berpengaruh pada besarnya biaya
variabel tiap periodenya. Komponen biaya tetap dan biaya variabel yang
digunakan oleh pengelola peternakan selama penelitian terdapat pada Tabel 27.
Biaya pakan merupakan biaya terbesar dikeluarkan oleh
peternak pada usaha ayam broiler yaitu
sebesar 73,698% dari total biaya. Besarnya biaya pakan tersebut karena belum
efisien dalam penggunaan pakan, hal ini dapat dilihat dari konversi pakan
sebesar 2,45. Lama pemeliharaan ayam broiler sangat berpengaruh pada banyaknya
jumlah pakan yang diperlukan. Oleh karena itu pengelola peternakan harus
efisien dalam penggunaan pakan, dengan cara meningkatkan kualitas pakan dan
manajemen pemeliharaan sehingga diperoleh ayam dengan bobot badan lebih dari 2
kg dalam waktu yang lebih singkat.
Biaya untuk pengobatan dan pencegahan terhadap
penyakit, yaitu biaya obat-obatan; vaksin; fumigasi dan vitamin merupakan biaya
yang persentasenya cukup besar yaitu 3,542%. Besarnya persentase tersebut
dipengaruhi oleh meningkatnya pembelian obat-obatan pada periode April – Mei
2005 karena ayam yang dipelihara banyak terserang penyakit CRD (Chronic
Respiratory Disease), sedangkan pada periode Juni – Juli 2004 meningkatnya
pembelian vitamin untuk mempertahankan ketahanan tubuh ayam disaat musim
pancaroba. PT Kusuma Niaga Persada Nusantara banyak memerlukan tenaga kerja harian
untuk melakukan aktivitas-aktivitas di usahanya, misalnya tenaga untuk menimbang
setiap kali panen; penjaga malam pada saat umur ayam broiler yang dipelihara
mencapai 25 – 45 hari agar pencurian tidak terjadi; tenaga harian untuk
vaksinasi tetes mata pada saat umur ayam broiler 4 hari, karena vaksin ini harus
diberikan pada saat itu juga dan dilakukan pada saat yang bersamaan. Beberapa
hal di atas yang menyebabkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan mencapai
persentase sebesar 2,131%.
Penerimaan
Penerimaan tunai peternakan ayam broiler berasal dari
hasil penjualan ayam broiler hidup dengan harga per kilogram berkisar antara
Rp. 6.000 – Rp. 8.000 dan bobot badan panen antara 2,00 – 2,50 kg. Pada
peternakan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara terdapat ayam kerdil (culling)
dengan bobot badan ratarata sebesar 1,24 kg, dijual dengan harga lebih rendah
antara Rp. 5.000 – Rp 5.400/kg. PT Kusuma Niaga Persada Nusantara mengeluarkan
10 – 15 ekor untuk biaya bina lingkungan yang diberikan untuk tetangga terdekat
dengan lokasi kandang. Hal ini dilakukan selain untuk menghindari pencurian
juga sebagai uang ganti rugi karena lokasi kandang sangat dekat dengan
pemukiman mereka yang terganggu dengan bau dari kotoran ayam. Harga ayam
tersebut sangat tergantung pada pasar dan bulan-bulan jawa misalnya saat bulan
Muharram (Februari – Maret 2005) dimana permintaan ayam broiler cenderung
menurun sedangkan pada bulan Syawal dan Dzulhijjah (Oktober – November 2004 dan
Desember 2004 – Januari 2005) permintaan ayam broiler cenderung meningkat.
Penerimaan ayam broiler pun besarnya akan sesuai dengan harga dan permintaan
pada bulan-bulan tersebut, makanya pengelola peternakan mengantisipasi kondisi
tersebut dengan umur pemeliharaan yang bisa diatur dengan pemberian pakan
alternatif (campuran jagung, cbr/kbr dan bekatul) selain itu juga diatur jumlah
pemasukkan DOC setiap periode
Sistem Bagi Hasil
Laba bersih yang diperoleh dalam satu tahun produksi
sebesar Rp 24.044.448,71. Sistem bagi hasil pada PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara berdasarkan laba yang diperoleh selama satu tahun produksi adalah
sebagai berikut: (a) bagian hasil perusahaan investor 60% dari laba bersih
yaitu sebesar Rp 14.426.669,23 dan (b) bagian hasil pengelola peternakan 40%
dari laba bersih yaitu sebesar Rp 9.617.779,48. Kerjasama dengan modal awal 70%
dari perusahaan dan 30% dari pengelola peternakan, pembagian hasil 60%:40%
sebenarnya lebih menguntungkan pihak pengelola peternakan. Keuntungan yang
diperoleh pengelola peternakan selain mendapatkan bagi hasil sebesar 40% dari
laba, juga mendapatkan gaji sebesar Rp 400.000/periode. Sistem bagi hasil ini
berbeda dengan jenis usaha secara kemitraan maupun mandiri, hal ini terlihat
dari kedua belah pihak yang bekerja sama menanamkan modalnya dengan persentase
sesuai dengan kontrak dan adanya pembagian hasil yang jelas antara pengelola
peternakan dan perusahaan. Kelebihan dari sistem bagi hasil ini adalah
pengelola peternakan bebas menjual ayam broiler yang dipanen sesuai dengan
harga yang ada di pasar. Kelebihan lain pada sistem bagi hasil jika terjadi
kerugian ditanggung oleh kedua belah pihak.
Sebagai contoh 2. Sistem bagi hasil di bawah ini
Jumlah biaya
yang dihabiskan dan keuntungan yang dihasilkan.
Sewa tanah beserta kandang yang
dapat menampung 4000 ekor ayam Rp15.000.000,- per tahun. Biaya gaji 2 orang
pekerja Rp600.000,- per orang per sekali panen Rp1.200.000,- . Biaya bibit per
kardus isi 100 ekor Rp370.000,- total harga 37 kardus berisi 3700 ekor bibit
ayam Rp13.690.000,-(dibayar setelah panen). Biaya pakan per kwintal Rp265.000,-
pakan yang dihabiskan sekali panen adalah 130 kwintal seharga Rp265,000,- kali
130 kwintal sama dengan Rp34.450.000,-.(dibayar setelah panen) Biaya 20 bungkus
obat anti stress yang dihabiskan selama sekali panen adalah Rp240.000,-(dibayar
setelah panen). Biaya 24 botol vaksin selama sekali panen Rp360.000,- (dibayar
setelah panen). Dari 3700 ekor bibit biasanya dapat dipanen 3500 ekor per ekor
rata-rata memiliki berat 1,5kg, maka hasil penjualan sekali panen Rp14.000,-
dikali 5250kg (berat 3500 ekor ayam) sama dengan Rp73.500.000,-. Keuntungan
yang didapat adalah : hasil penjualan Rp73.500.000,- dikurangi jumlah total
biaya pakan, bibit, obat anti stress, vaksin Rp48.740.000,- sama dengan
Rp24.760.000,-. Karena sistem kerja bagi hasil dengan penyuplai bibit dan
kebutuhan 50%-50%, maka keuntungan yang didapat dibagi dua menjadi
Rp12.380.000,- per sekali panen. Modal yang harus disiapkan pada awalnya adalah
untuk pembiayaan kandang. Jika menyewa kandang orang maka cukup Rp15.000.000,-.
Jika menyewa tanah 10 tahun dan membikin kandang sendiri untuk isi 4000 ekor
maka jumlah modal yang harus disiapkan uang sewa tanah Rp10.000.000,- plus
biaya kandang Rp60.000.000,- sama dengan Rp70.000.000,-.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Manajemen perusahaan belum baik terutama dalam
efisiensi penggunaan pakan, karena konversi pakan sebesar 2,45 untuk
menghasilkan 1 kg bobot hidup akhir. Selain itu Belem optimalnya pemanfaatan
tenaga kerja terutama pekerja kandang yang masih mempunyai banyak waktu luang.
Manajemen yang sudah baik adalah pemilihan bibit yang berkualitas, program
pencegahan dan pengobatan penyakit. Biaya total yang dikeluarkan perusahaan
pada satu tahun produksi sebesar Rp 382.020.737,35 dengan komposisi biaya tetap
Rp 3.542.189,35 (0,927%) dan biaya variabel Rp 378.478.548,00 (99,073%). Laba
bersih selama satu tahun produksi yang dihasilkan perusahaan sebesar Rp
24.044.448,71 dengan pembagian hasil Rp 14.426.669,23 untuk perusahaan dan Rp
9.617.779,48 untuk pengelola peternakan. Kemampuan Memperoleh Laba sebesar
6,13% dari total hasil penjualan ayam broiler selama satu tahun produksi. Rentabilitas
ekonomi sebesar 6,29%. Rentabilitas modal sendiri 1,42%.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1998. Kemitraan:
Kebijaksanaan dan
Penjelasan Pola Kemitraan Usaha Pertanian.
Boediono. 2000. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi No.1.
Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
Buffa, E. S. dan R. K. Sarin. 1994. Manajemen Operasi dan Produksi
Modern.
Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2001. Buku
Statistika Peternakan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Fitrifani, E. 2003. Analisis kemitraan dan efisiensi ekonomi
usahaternak ayam
broiler di Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Skripsi. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hernanto, F. 1995. Ilmu
Usaha Tani. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Proyek Peningkatan
Perguruan
Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyantono. 2005. Antara Produksi Pakan dan Populasi. Poultry
Indonesia, Edisi
298 Februari 2005.
Jakarta.
Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat.
Liberty.
Yogyakarta.
National Poultry
Industry Statistic Service. 2005. Informasi Perkembangan
Supply – Demand DOC. Poultry Indonesia, Edisi 304 Agustus 2005.
Jakarta.
Nugroho, E.P. 2004. Analisis dampak flu burung (Avian Influenza)
terhadap laba
bersih tunai para peternak rakyat ayam
broiler di Kabupaten Bogor.
Skripsi.
Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pakarti, S.I.B. 2000. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
usahatani ayam
ras pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Pambudy, R. dan I. Pulungan. 1992. Peraturan Perundang-undangan
Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Edisi Keempat. BPFEYogyakarta. Yogyakarta.
Setriani, R. 2005. Analisis laba bersih peternak ayam ras pedaging
pada pola
kemitraan inti-plasma Naratas Poultry Shop.
Skripsi. Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekartawi, A. Soeharjo, J.B. Hardarker dan J.L. Dillon. 1986.
Ilmu Usaha Tani
dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.
Veranza, H. 2004.
Analisis finansial usaha peternakan ayam broiler x di Desa
Balekambang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Skripsi.
Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wahid, A. 2004. Strategi bisnis peternakan ayam broiler mandiri
Hasjrul Harahap
Farm di Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Saya Widya Okta, saya ingin memberi kesaksian tentang karya bagus Tuhan dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari pinjaman di Asia dan sebagian lain dari kata tersebut, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman yang curang di sini di internet, tapi mereka tetap asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban penipuan pemberi pinjaman 6-kredit, saya kehilangan banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka.
BalasHapusSaya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan teman saya yang saya jelaskan situasi saya, kemudian mengenalkan saya ke perusahaan pinjaman yang andal yaitu SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya sebesar Rp900.000.000 dari SANDRAOVIALOANFIRM dengan tarif rendah 2% dalam 24 jam yang saya gunakan tanpa tekanan atau tekanan. Jika Anda membutuhkan pinjaman Anda dapat menghubungi dia melalui email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
Jika Anda memerlukan bantuan dalam melakukan proses pinjaman, Anda juga bisa menghubungi saya melalui email: (widyaokta750@gmail.com) dan beberapa orang lain yang juga mendapatkan pinjaman mereka Mrs. Jelli Mira, email: (jellimira750@gmail.com). Yang saya lakukan adalah memastikan saya tidak pernah terpenuhi dalam pembayaran cicilan bulanan sesuai kesepakatan dengan perusahaan pinjaman.
Jadi saya memutuskan untuk membagikan karya bagus Tuhan melalui SANDRAOVIALOANFIRM, karena dia mengubah hidup saya dan keluarga saya. Itulah alasan Tuhan Yang Mahakuasa akan selalu memberkatinya.